Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

June 24, 2013

Cerpen Persahabatan: Didiemin Kakak Ipar

Cerpen persahabatan karya +Lilih Prilian Ari Pranowo

Cerpen Persahabatan Didiemin Kakak Ipar

Belakangan hari ini, Radit gelisah. Ia merasa tidak nyaman berada di rumah. Lebih tepatnya, merasa tidak nyaman karena perilaku kakak iparnya. Ya, akhir-akhir ini, ia merasa kakak iparnya itu ngediemin dirinya.

“Lha, kamu ngelakuin apa sampai kakak iparmu itu ngediemin kamu?” tanya Nung pada suatu hari ketika Radit ngapel ke kos pacar keduanya itu. [baca cerpen persahabatan Jadikan Aku yang Kedua karya Lilih Prilian Ari Pranowo, yang mengisahkan Radit jadian dengan Nung.]

Radit menggelengkan kepala. “Nggak. Aku nggak pernah melakukan sesuatu yang bisa membuat dia marah atau sebagainya.”

“Kalau nggak ada kesalahan, ngapain juga kakak iparmu ngediemin kamu. Geje!”

“Ya, dia emang pendiem sih. Tipe pendiem banget, yang kalau nggak diajak bicara nggak bakalan bicara sepatah kata pun,” jelas Radit.

“Mungkin dia lagi ada masalah? Atau lagi bau mulut?” Untuk pernyataan terakhir yang dilontarkan Nung, dua sejoli itu terkekeh-kekeh.

“Bisa jadi,” timpal Radit. Dan mereka berdua tertawa-tawa lagi. Memecahkan keheningan kos.

Namun, Radit masih kurang puas dengan obrolan itu. Pasalnya, ia tinggal sekontrakan dengan kakak perempuan dan suaminya itu. Masak tidak tegor-tegoran. Tidak enak hati ia.

Ia pun mencari opini kedua.

Makanya, selepas pamit dari kos Nung, ia menuju rumah Sarah dengan Scoppy pemberian Sarah. Ngapel sekalian ngobrol-ngobrol sebentar. Walaupun sejujur-sejujurnya hati, ia sedikit enggan untuk kesana. Melihat wajah mbledah Sarah.

***

“Selama ini kamu gimana kalau dirumah?” Sarah, pacar Radit yang pertama, mengajukan tanya.

“Biasa aja, kayak kebiasaan aku dulu-dulu. Makan, tidur, kuliah…”

“Hmm, pantes aja kakak iparmu ngambek. Kamu cuma makan tidur tanpa memberikan kontribusi berarti bagi mereka, karena itu kamu dianggap beban. Bahasa lainnya nih: kamu dianggap kebo!”

“Tapi, dulu waktu Mbea masih single, semua fine-fine aja. Nggak ada yang nggubris perilaku aku?” Radit mencoba membela dirinya.

“Ck, dibedainlah. Sekarang Mbak kamu itu sudah berkeluarga. Kamu dianggap orang asing sama mereka, khususnya sama Kakak ipar kamu itu. Kalau kamu mau Kakak Ipar kamu itu ngomong sama kamu lagi supaya hati kamu merasa lebih baik, coba deh bantu-bantu dikit aja, yang kamu bisa,” ucap Sarah.

Apa yang dikatakan Sarah ada benarnya juga. Selama ini ia memang bak seekor kebo. Berangkat kuliah malam, pulang main hingga sampai rumah Subuh, kemudian tidur sampai sore. ‘Bukankah perilakuknya itu mencerminkan jika dirinya seekor kebo?!’ Radit ngomong dengan hati nuraninya sendiri.

Ah, mungkin itu jawabannya.

***

Sejak berdiskusi dengan dua pacarnya itu, Nung dan Sarah, Radit mengubah sikapnya. Ia mencoba melakukan apa yang mereka anjurkan. Ia bersihkan apa yang seharusnya dibersihkan. Ia cuci pakaiannya sendiri. Toh, sudah ada mesin cuci. Ia sapu lantai kamarnya. Semua puntung rokok dibuangnya.

Setelah melakukan itu, apa yang terjadi saudara-saudara? Kakak ipar Radit tetap tidak berubah sedikit pun. Ia masih diam seribu bahasa. Radit stre dengan sikap Kakak iparnya itu. Apa sih maunya?

***

“Entahlah, aku nggak punya ide. Mungkin kamu bisa menanyakannya langsung sama Mbea, daripada gerundelan di belakang mereka,” usul Nung.

Radit mencoba memberanikan diri bertanya pada Mbea, Kakak tercintanya yang ndut sekali.

“Mbea, kenapa Bang Bowo ngediemin aku sih?” tanya Radit pada suatu sore yang aneh.

Kakaknya yang sedang momong Si Kunyit, keponakannya yang cantik, menoleh. Bukannya menanggapi pertanyaan adiknya itu, ia malah tertawa. “Hahaha…”

“Kenapa tertawa?”

“Lucu.”

“Lucu gimana?”

“Bang Bowo itu bukannya nggak mau ngomong sama kamu. Dia lagi sariawan! Kepedean tingkat dewa banget kamu, ngerasa dia nggak mau ngomong sama kamu?”

“Habis, tiap pulang aku didiemin aja. Kirain marah sama aku gara-gara nggak pernah nyuci baju sendiri sama ngebersihin kamar?”

“Kalau itu sih aku yang marah. Jadi, kamu udah sadar? Bagus!”

Radit terkejut.

“Sebenernya bukan marah sih, Dit, tapi mengajarkan kamu untuk lebih bersikap mandiri. Kamu kan udah gede, umur kamu 24 tahun, cewek kamu juga 2 kan? Masak untuk melakukan bersih-bersih pada diri sendiri kamu baru nyadar? Kemana aja? Ngerasa jadi artis?!”

Radit cuma bengong mendapat omongan ketus dari Kakaknya.

“Aku ngomong gini karena masih sayang sama kamu. Emang omonganku pedes dan menyakitkan hati, tapi jauh lebih menyakitkan kalau aku ngediemin kamu tanpa pernah bicara apa-apa?”

“Iya Mbea, iya.”

Mungkin kata-kata Mbea, Kakaknya yang ndut itu memang menyakitkan dan pedes di telinga. Namun, setidaknya Bang Bowo tidak marah padanya. Jika sampai dia marah, bisa-bisa duit bulanannya niscaya tidak turun lagi alias macet! Jika itu terjadi akan sangat membingungkannya.[]

Silakan baca cerpen persahabatan lainnya disini.

----------
*) Seekor cerpenis internet, yang kadang menulis sinopsis drama Korea terbaru. Mengurusi dua blog, yaitu Lilih Notes dan Plot Drama. Jarang nge-tweet tapi punya akun Twitter di @LilihPrilianAP.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Cerpen Persahabatan: Didiemin Kakak Ipar

0 komentar:

Post a Comment