Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

January 17, 2015

Sinopsis 'The King's Face' Episode 15 & 16

Baca sebelumnya sinopsis 'The King's Face' episode 13 & 14.

Sinopsis 'The King's Face' Episode 15

Sinopsis 'The King's Face' Episode 15 & 16
Sinopsis 'The King's Face' Episode 15 & 16

Kisah Romance – Gwanghee bertemu dengan Seonjo untuk meminta izin menghancurkan leburkan pasukan Jepang yang akan meninggalkan Joseon setelah memporak-porandakannya. Seonjo bertanya bagaimana perjanjian dengan Ming? Gwanghee mengatakan tidak akan melekatkan label putra mahkota dan akan menggabungkan diri dengan pasukan relawan, sementara Seonjo pura-pura tidak tahu apa-apa. Sehingga, bila terjadi apa-apa, maka Seonjo bisa meninggalkannya tanpa terkena masalah.

Sepeninggalnya Gwanghee, Seonjo memanggil penjaga. Do Chi masuk. Seonjo mengatakan akan menemui Jenderal Yeo Song! Ketika ke tempat Yeo Song bersama rombongannya, Seonjo menemukan ruangan tersebut sudah kosong. Yeo Song telah kabur lebih dulu. Di ruangannya, Gwi In juga sedang membicarakan kaburnya Yeo Song dengan Gyong Rang. Tapi, di saat bersamaan, Shinsung mengeluh tidak bernapas – entah apa yang terjadi padanya.

Jenderal Kinoshita dan kaki tangannya tentara Jepang bicara. Mereka merencanakan meninggalkan Joseon dalam beberapa hari dan membawa seluruh harta rampasan perang ke Jepang atas perintah kaisar. Si kaki tangan bertanya bagaimana dengan putra mahkota Joseon yang belum berhasil ditangani? Jenderal Kinoshita bilang tidak ada waktu lagi mengurusi semua itu.

Di luar ruangan, pembicaraan itu dikuping oleh Song Wool, yang kemudian melaporkannya kepada Ga Hee. Song Wool mengatakan kepada Ga Hee bila menginginkan kepala Kinoshita, maka harus bergegas karena mereka akan pergi dalam waktu lima hari saja. Ga Hee bertanya pada Song Wool adakah jalur aman bagi Gwanghee untuk ke kota? Song Wool menjawab melalui Jang Soo Tae.

Malamnya, Gwanghee dan Young Shin menyamar sebagai pedagang yang menjadi bagian dari Jang Soo Tae saat melintasi perbatasan. Jang Soo Tae kaget melihat Gwanghee dan Young Shin ada di tempatnya, terlebih setelah putra mahkota mengatakan akan menghancurkan Konishita dan seluruh tentaranya. Gwanghee meminta bantuan Soo Tae kali ini. Ga Hee dan seorang wanita anggota komunitas Daedoong juga datang.

Gwanghee dan beberapa orang pasukannya mengadakan rapat. Dia kesal begitu menerima informasi bahwa orang yang merusak makam leluhurnya adalah Kinoshita! Anak buah Gwanghee mengatakan bahwa perusakan itu dilakukan untuk menemukan harta berharga milik Joseon. Kemudian, Gwanghee bertanya pada Seo Yong mengenai para tentara relawan. Seo Yong menjawab bahwa mereka tersebar di beberapa titik, terutama di Gunung Inwang dan Gunung Bookak – menunggu kesempatan merebut Hanyang (ibukota Joseon, sekarang Seoul). Dia mengatakan mereka senang menerima kabar dari Gwanghee dan bisa mengumpulkan seluruh pasukan dalam tempo hanya dua hari saja. Gwanghee memuji sikap tersebut dan mengingatkan untuk tidak sampai membongkar identitas mereka.

Gwanghee, Young Shin, dan Seo Yong mengecek keamanan di gerbang masuk ibukota. Mereka menilai akan sulit membobol gerbang tersebut, bahkan dengan tentara relawan sekalipun. Gwanghee mengajak keduanya mengecek keamanan di Gerbang Shinmu menuju Gunung Inwang. Tapi, begitu berbalik mereka berpapasan dengan Ishida (tentara Jepang yang sebelumnya menembak Gwanghee di episode 14). Ishida mengenal wajah Gwanghee. Tapi Seo Yong langsung menikamnya sebelum dia memanggil teman-temannya. Sekaratlah Ishida.

Seorang bawahan Konishita melapor bahwa Ishida ditikam orang Joseon. Mengetahui hal ini, mereka menyimpulkan bahwa tentara Joseon telah berada di dalam kota. Konishita minta bawahannya itu untuk mengirim utusan ke markas Ming untuk mengadukan bahwa pihak Joseon melanggar Perjanjian Kanghwa yang telah disepakati Ming dan Jepang.

Seonjo mengatakan kepada PM Lee bahwa putra mahkota telah pergi ke ibukota. PM Lee tidak mengerti kenapa putra mahkota mau menyerang tentara Jepang yang akan mundur? Dia mengatakan bila Ming mengetahui hal ini, bukan tidak mungkin mereka akan melanggar perjanjian dan melakukan sesuatu terhadap Joseon. Seonjo tersenyum dan menjawab jika itu terjadi, maka mereka harus memastikan dirinya tidak tahu apa-apa. PM Lee mengatakan bahwa putra mahkota bisa saja diganti, karena pihak Ming belum menyepakatinya.

Do Chi dan Gwi In bicara mengenai pembicaraan PM Lee dan Raja Seonjo. Gwi In meminta pendapat Do Chi. Opini Do Chi adalah pihak Ming akan marah besar bila mengetahui putra mahkota akan menyerang tentara Jepang dan akan mengakibatkan keributan yang besar. Dengan demikian, Gwanghee takkan diakui sebagai putra mahkota. Gwi In bertanya mengapa harus menunggu, mengapa tidak diprovokatori saja, sehingg Gwanghee tidak bisa kembali dari ibukota dalam keadaan hidup.

Gwanghee mengadakan rapat lagi dengan beberapa orang pasukan khususnya. Mereka merencanakan untuk menggempur pasukan Kinoshita – satu-satunya tim militer Jepang yang masih tersisa di Joseon. Karena itu, dia merasa memiliki kesempatan menang, hanya dengan tentara relawan saja. Dia mengatakan akan mengecek kondisi istana – menghitung jumlah kekuatan lawan. Sementara itu, dia memerintahkan dua orang lainnya untuk memberi pesan kepada prajurit di Gunung Inwang, di mana dalam tempo dua hari mereka semua harus berkumpul di depan Gerbang Shinmu. Dia juga perintahkan Seo Yong bersembunyi di istana dan bila waktunya sudah tiba harus membukakan gerbang untuk para pasukan.

Sementara itu, kondisi Shinsung sepertinya semakin parah. Yeah, walaupun Gwi In terus memberinya semangat bahwa gelar putra mahkota akan jatuh ke tangan Shinsung.

Sesuai ucapannya, Gwanghee mengecek kondisi istana sendiri dengan berpura-pura menyamar sebagai pedagang yang menghadiahi harta benda bernilai dari Joseon. Dia sempat terkejut begitu mengetahui ruang singgasana raja telah diambil alih menjadi ruang Kinoshita, di mana interiornya sudah diberi pernak pernik khas Jepang. Gwanghee menilai Kinoshita adalah pemimpin yang hebat berkat ambisinya tapi punya kelemahan terhadap wanita – dan itu dinilainya sebagai satu kesalahan.

Selesai Gwanghee mengecek, Do Chi datang untuk melaporkan kepada Kinoshita bahwa putra mahkota Joseon ada di ibukota. Dia meminta Kinoshita menangkapnya dulu sebelum mundur, sebab putra mahkota sangat kesal menerima berita bahwa Jepang dan Ming menandatangani perjanjian diam-diam. Dia mengingatkan Konishita bahwa putra mahkota pasti membawa rencana buruk bagi tentaranya. Kinoshita terkekeh dan mencabut pedangnya dan mengacungkannya pada Do Chi, dan bertanya apa tujuan Do Chi? Do Chi menjawab demi negara.

Seorang antek Kinoshita membuka pintu dan membawa Song Wool ke dalam. Dia menyebutkan bahwa Song Wool telah menguping, tapi Song Wool berdalih hanya sekadar melintas saja. Kinoshita senang mendengar berita bahwa putra mahkota datang ke ibukota. Dia mengumpulkan semua pria Joseon dan membunuhinya satu per satu sambil mengancam akan membunuh semuanya jika putra mahkota tidak muncul. Gwanghee muncul dan langsung mengaku sebagai putra mahkota. Itu justru memicu semua orang yang ditangkap untuk mengaku sebagai putra mahkota, sehingga Kinoshita menjadi bingung. Dia memerintahkan untuk dipanggil pembaca wajah. Muncullah Profesor Go.

Song Wool melaporkan pada Ga Hee bahwa ketua mereka telah meminta Kinoshita membunuh putra mahkota. Ga Hee tak percaya padanya, tapi Song Wool meyakinkannya. Sementara itu, Profesor Go mengecek satu per satu pria yang mengaku sebagai putra mahkota, tapi dia mengatakan putra mahkota tidak ada di sana. Kinoshita meminta semuanya dikurung.

Gwanghee mengatakan bahwa waktunya semakin dekat sebelum pukul 8 malam. Di mana tentara relawan akan melakukan serangan besar-besaran. Dia meminta Young Shin berdoa semoga sampai saat itu pihak Jepang tidak berubah pikiran dan membiarkan mereka hidup. Orang-orang yang di penjara bersama Gwanghee mendekat dan menjelaskan bahwa telah melihat kebaikan Gwanghee tidak meninggalkan rakyat. Mereka mengatakan akan melindungi Gwanghee dan tunduk di hadapannya.

Ga Hee menemui Do Chi untuk menanyakan alasan mengapa membocorkan soal keberadaan putra mahkota. Do Chi berbalik dan memberikan alasan, tapi Ga Hee mengacungkan anak panah ke arahnya. Ga Hee melesatkan anak panahnya ke pilar kayu dan berjanji lain kali tidak akan meleset lagi. Do Chi tersenyum dan mengatakan akan menghadapi pedang Ga Hee lain kali.

Keadaan Shinsung makin parah. Tabib datang dan langsung mengeceknya, tapi tidak tega mengatakan keadaannya pada Gwi In. Gwi In mengancam akan membunuh tabib bila tidak menyembuhkan Shinsung.

Kasim Song memberitahu Raja Seonjo bahwa Lee Yeo Song sudah kembali ke Ming. Seonjo geram, karena Yeo Song menyisakan keterhinaan bagi dirinya. Kasim Song menenangkan bahwa yang dilakukan raja adalah benar, demi menyelamatkan negara. Nanti juga akan berlalu dengan sendirinya. Seonjo sedikit tenang, tapi dia bertanya apa sudah mendengar kabar dari putra mahkota? Kasim Song mengatakan kabar terakhir adalah putra mahkota berhasil masuk ibukota dengan selamat.

Kepala Keamanan masuk dan memberitahu jika kondisi Shinsung kritis. Di sisi lain, di ruang perawatannya, nyatanya Shinsung sudah menghembuskan napas terakhir. Gwi In menjadi stres akibat kematian putra kesayangannya. Gong Ryang menangis, tapi Gwi In memintanya tidak menangis sebab Shinsung akan bangun lagi. Kemudian dia mengusirnya.

Gwi In menangisi kematian putranya, ketika Seonjo datang dan duduk bersimpuh di sisi Shinsung. Seonjo marah kenapa Gwi In sampai tidak tahu kondisi Shinsung? Tapi Gwi In melimpah kesalahannya terhadap Imhae, karena baru-baru ini sempat memukulnya. Dia berjanji akan mengusut tuntas masalah ini setelah pemakaman terakhir.

Do Chi kembali untuk melaporkan tugasnya. Gwi In bertanya apa putra mahkota akan mati di tangan pihak Jepang? Do Chi menjawab bahwa itu tergantung dari takdir Shinsung. Gwi In tertawa bahwa akhirnya Gwanghee akan mati sesuai keinginannya, tapi di saat bersamaan Shinsung juga mati. Dia mengatakan, "Ini takdir yang aneh." Setelah mengatakan itu, Gwi In pergi seperti orang gila.

Permaisuri menanyakan keberadaan Gwanghee kepada Jung Hwa, yang khawatir akan terjadi sesuatu padanya. Jung Hwa menenangkan bahwa putra mahkota pasti akan baik-baik saja. Kemudian, mengatakan bahwa dirinya berniat memanah dan belajar bela diri. Permaisuri mengatakan bahwa tak ada wanita yang belajar memanah. Tapi, Jung Hwa menyahut seorang wanita tentara relawan bahkan disebut yang terbaik dalam hal memanah. Permaisuri terkejut, menyadari bahwa itu adalah Ga Hee.

Kinoshita menyadari bahwa Profesor Go berbohong soal putra mahkota. Karena itu, dia memerintahkan prajurit untuk menggantungnya secara terbalik, nanti setengah hari digantung pasti akan menemukan putra mahkota. Song Wool bengong ketika Profesor Go dicokok. Kinoshita melihatnya dan bertanya kenapa Song Wool bengong, kenapa tidak membawakan arak? Kemudian tertawa.

Ga Hee dan Seo Yong bersama beberapa tentara relawan datang menyelamatkan Gwanghee yang masih di penjara. Gwanghee bertanya di mana Kinoshita berada? Sementara itu, Song Wool sedang memberikan hiburan kepada Kinoshita. Di luar, terdengar bunyi barang terjatuh. Antek Kinoshita berniat mengeceknya, tapi justru roboh begitu bangkit kena racun. Begitu pula dengan Kinoshita, bedanya dia masih berhasil membabat salah seorang temannya Song Wool.

Begitu mau membabat Song Wool, Gwanghee muncul dari balik pintu dan menyuruh Song Wool pergi. Mereka berdua berduel. Sebelumnya, Gwanghee bertanya kenapa pihak Jepang menyerang Joseon? Kinoshita menjawab bahwa Joseon hanyalah penghalang mereka di jalur pergi ke Ming. Kinoshita ini digambarkan sangat hebat. Meskipun sudah terkena racun, tapi masih bisa bertarung dengan tangguh. Namun, Gwanghee berhasil merobohkannya begitu perut Kinoshita terbabat. Young Shin dan Seo Yong muncul dan membawa Kinoshita setelah Gwanghee mengatakan akan memancungnya di depan khalayak ramai.

Ketika pagi menjelang, semua orang sudah berkumpul di dekat istana untuk menyaksikan terpisahnya kepala dan badan Kinoshita. Dalam sekali tebas, Gwanghee berhasil melakukannya. Semua orang yang melihatnya tersenyum penuh kemenangan.

Sinopsis 'The King's Face' Episode 16
Tahun 1599, setahun setelah Perang Imjin. Seonjo membuka pintu. Dengan tatapan kosong dia mengucapkan selamat kepada rakyatnya yang datang dalam perjamuan makan-makannya - padahal tidak ada siapa-siapa di hadapannya. Setelah mengucapkan itu, dia pingsan. Kasim Song menangkapnya dan membawanya masuk. Do Chi melihatnya di kejauhan.

Para pelayan memakaikan jubah kekaisaran untuk Seonjo. Setelah selesai, Kasim Song bertanya apa raja bermimpi lagi? Seonjo mengiyakan. Dia mengatakan bermimpi menjamu rakyat makan-makan. Kasim Song tersenyum dan menjelaskan jika mimpi dikarenakan raja akan mengadakan makan-makan.

Permaisuri bertanya dengan nada khawatir apa benar raja makin parah kondisinya? Kasim Song membenarkan, tapi dia mengatakan sudah meminta orang-orang untuk diam. Meski begitu dia memperkirakan gosip akan terbakar dengan cepat. Pelayan ratu datang menyampaikan bahwa utusan Joseon yang memintakan izin pengangkatan sudah kembali, dan tidak mendapat izin lagi dari Ming. Permaisuri makin khawatir, pasalnya pihak Joseon sangat membutuhkan izin dari pihak Ming untuk kali ini.

Seonjo memarahi PM Lee dan pejabat lainnya karena setelah mengirimkan utusan beberapa kali, tetap saja menolak usulan Gwanghee sebagai putra mahkota. Gwanghee masuk, Seonjo mendampratnya dan menyalahkannya. Gwanghee meminta maaf telah menyebabkan permasalahan ini dan meminta raja untuk melihat permasalahan sebenarnya. Ming membantu Joseon karena ada maunya - tak mau diserang Jepang. Seonjo bertanya apa musti menganggap bantuan Ming biasa saja?

Do Chi melaporkan bahwa Gwanghee tidak terpilih lagi sebagai putra mahkota kepada Gwi In. Kemudian, Gwi In berkata akan mencalonkan Junghwo sebagai putra mahkota. Do Chi setuju. Gwi In meminta Junghwo untuk merebut posisi putra mahkota dari tangan Gwanghee. Junghwo meminta ibunya melihatnya.

Imhae memberikan kulit harimau untuk ayahnya. Sepertinya Imhae tidak merepotkan orang-orang lagi. Seonjo mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan izin gelar putra mahkota lagi dan mengatakan andai saja dirinya memilihnya sebagai putra mahkota. Imhae mengatakan bahwa putra mahkota telah melakukan dengan baik, karenanya pasti akan ada jalan keluarnya. Imhae keluar. Wajah polosnya berubah dan berjanji akan mengambil gelar yang dicuri darinya.

Pada jamuan makan, rakyat datang dan menghormati Gwanghee dan melupakan Seonjo sebagai raja. Hal ini membuat suasana kikuk. Seonjo pergi. Junghwo menuduh Gwanghee sengaja membawa rakyat untuk menunjukkan dirinya adalah calon penerus yang dicintai rakyat. Imhae meminta semuanya makan tapi mereka semua menolaknya.
Gwanghee memikirkan kejadian perjamuan makan-makan. Young Shin datang memberitahu Imhae datang. Imhae meminta Gwanghee tidak terlalu berpikir serius tentang kejadian itu. Toh, salah sang raja sendiri.

Seonjo kesal atas sikap rakyat yang lebih memilih menghormati putra mahkota padanya dan bukan kepada dirinya. Do Chi mengatakan bahwa ada seseorang yang pasti membujuk rakyat melakukan itu dan berjanji mengejeknya. Seonjo mengaku akan melakukannya sendiri, ditemani Do Chi.

Keesokannya, mereka menemukan rakyat menyambut kedatangan para tentara relawan. Gwanghee ada di sana untuk menyambut kedatangan mereka dengan penuh kebahagiaan. Seonjo melihatnya. Do Chi membisikkan kebencian pada Seonjo.

Gwanghee menyambut para tentara relawan dengan makanan dan minuman yang enak. Mereka menceritakan masa lalu. Gwanghee kemudian mengatakan bahwa di istana sedang dilakukan pemilihan para bintang perang, tapi ada kemungkinan para tentara relawan ini takkan terpilih. Mereka mengaku tak butuh tanda jasa.

PM Lee menemui raja yang meminta laporan orang yang berkontribusi selama perang yang sudah lebih dari setahun diperintahkan. Seonjo memerintahkan besok pagi laporan harus sudah di tangannya, biar rakyat tahu siapa yang telah melindungi mereka.

PM Lee serta pejabat lainnya berdiskusi dan memasukkan semua orang, termasuk tentara relawan yang ikut berjuang. Sayangnya, ketika dilaporkan banyak yang tidak disetujui untuk mendapatkan bintang jasa, termasuk Gwanghee. Seonjo mengatakan bahwa yang berjasa adalah Ming. Jadi, yang mendapatkan jasa adalah Shinsung dan Jungwon. Do Chi tersenyum mendengarnya.

Gwanghee kaget melihat hanya 18 orang saja yang berhak mendapatkan bintang jasa. Dia berencana memberitahu Seonjo. Ketika Gwanghee komplain, Seonjo tetap saja pada pendiriannya. Sebab, merasa bahwa tentara relawan hanyalah mengikuti ekor tentara Ming saja.

Para kepala tentara relawan memutuskan untuk melakukan protes. Keesokan harinya, mereka pergi ke depan gerbang istana untuk berdemo, meminta Raja Seonjo mempertimbangkan prestasi yang sudah dilakukan putra mahkota dalam perang melawan Jepang. Namun, bukan keputusan bagus yang mereka dapat malah keputusan buruk. Sebab, Seonjo memerintahkan Kepala Keamanan keluar untuk memasukkan mereka semua ke dalam penjara.

Gwanghee datang ke dalam penjara untuk mengecek keadaan para tentara relawan yang telah mempersulit dirinya. Mereka mengaku kesal dan meminta maaf telah membuat Gwanghee dalam posisi sulit, karena melakukan demo. Gwanghee memarahinya.

Gwi In dan Do Chi senang karena rencana mereka berhasil, mengisukan soal pengkhianatan. Kali ini, Gwi In meminta Do Chi menyelesaikan rencana tanpa kesalahan. Karena itulah, Do Chi kemudian menemui Imhae untuk membisikkan pengkhianatan yang dilakukan para kepala tentara relawan yang tidak setuju dengan keputusan raja tidak memilih Gwanghee sebagai salah satu penerima bintang jasa. Dia mengatakan mereka akan mencoba mencoba menjatuhkan Seonjo supaya bisa menetapkan putra mahkota menjadi raja.

Imhae mengernyitkan dahinya sebagai bentuk komentar bahwa rencana Do Chi sempurna. Namun, Do Chi menandaskan bahwa apa yang dilakukannya demi Imhae, karena pihak Ming belum mengaku putra mahkota Joseon lantaran dia bukanlah putra pertama Joseon. "Anda, putra pertama, yang harusnya menjadi Raja Joseon berikutnya!" tukas Do Chi. Imhae mesam-mesem mendengarnya.

Permaisuri bertanya pada Kasim Song mengenai tindakan yang sebaiknya mereka lakukan. Karena, belum juga pihak Ming menyetujui Gwanghee sebagai putra mahkota, yang terjadi justru para pengikut putra mahkota sendiri harus mendekam di balik jeruji besi. Dari informasi yang didapatnya ada laporan pengkhiatan yang dilakukan mereka.

Kasim Song menjawab bahwa semua ini karena pikiran raja yang tidak jernih akibat penyakitnya. Mereka menilai hal ini berbahaya, terlebih jika Gwi In tahu - dia pasti takkan tinggal diam menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan putra mahkota. Permaisuri mengatakan bahwa ada seorang gadis yang akan bisa menyelamatkan putra mahkota, yang sebelumnya akan dijadikan selir, tapi dirinya tidak setuju sebab si gadis adalah putri dari seorang pengkhianat. Tapi, melihat kondisi yang berkembang sekarang, Permaisuri beranggapan bahwa si gadis harus dibawa kembali ke istana untuk menyeimbangkan wajah Raja Seonjo, melawan Gwi In, dan memperkuat status putra mahkota.

Tahulah Kasim Song gadis yang dimaksud adalah Ga Hee. Kemudian, dia memberitahu jika Gwanghee dan Ga Hee saling mencintai.

Di Manchuria, Ga Hee dan rekannya sedang melakukan transaksi jual beli dengan orang-orang Jurchen. Namun, mereka menemukan fakta bahwa Ga Hee dan rekannya adalah mata-mata Joseon, setelah menemukan peta dan pisau di dalam tas yang dibawa Ga Hee. Segera, orang-orang Jurchen ini mengacungkan pedangnya ke arah Ga Hee.

Beruntung seorang pria tiba-tiba masuk, menawarkan ginseng Joseon satu gerobak. Beberapa orang Jurchen keluar untuk mengecek. Pria yang mencoba menawarkan ginseng itu kemudian melemparkan kotak ginseng yang dibawanya dan menghajar beberapa orang. Ga Hee dan rekannya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Mereka menghajar beberapa orang dan langsung kabur menyelamatkan diri mengikuti si pria.

Di tempat yang lebih aman, si pria mengatakan bahwa sebaiknya Ga Hee dan rekan-rekannya menawarkan ginseng sebagai barang jualan. Sebab, orang-orang Jurchen sudah tidak tertarik lagi dengan barang lain. Ga Hee mendekati orang itu dan mengatakan bahwa kata-kata si pria mirip dengan kata-kata orang yang dikenalnya. Dia menjelaskan bahwa kebanyakan kaum terdidik Joseon hanya menganggap orang-orang Jurchen sebagai orang barbar.

Oh Gil datang membawa pesan untuk diserahkan pada Ga Hee. Ketika membacanya, Ga Hee terkejut dan memekik bahwa putra mahkota dalam masalah. Dia menyatakan akan segera kembali ke ibukota. Dia meminta Oh Gil tetap di Machuria bersama teman-temannya untuk mengikuti rencana semula. Si pria bertanya apa mereka semua bekerja untuk putra mahkota?

Kasim Song berlarian kesana kemari mencari Seonjo. Pelayan datang dan dia memarahi mereka semua. Para pelayan mengatakan Seonjo meminta mereka semua pergi. Kasim Song memerintahkan mencari Seonjo diam-diam. Mereka pun mencarinya.

Gwanghee masuk ke perpustakaan dan menemukan ayahnya tidur di sudut. Kasim Song datang. Gwanghee bertanya apa yang terjadi dan minta dipanggilkan tabib. Tapi, Kasim Song menegaskan bahwa Seongjo tidak pingsan tapi tidur.

Kasim Song menjelaskan pada Gwanghee bila Seonjo memiliki penyakit yang tidak disadarinya – sepertinya penyakit tidur berjalan.

Ga Hee sampai di Joseon dan senang melihat ke istana. Jung Hwa mengatakan bahwa Ga Hee telah kembali kepada Permaisuri. Dia mengaku takan menemuinya. Permaisuri mengaku ingin menemuinya sebelum bertemu Gwanghee. Jung Hwa kaget begitu tahu alasannya adalah Permaisuri ingin menjadikan Ga Hee sebagai selir.

Gwanghee memintakan maaf untuk para tentara relawannya kepada Seonjo. Dia mengatakan semua karena sisa kesombongannya. Hal itu membuat Seonjo makin kesal dan meminta Kepala Keamanan mengurung Gwanghee di kediamannya. Dia takkan memaafkan para tentara relawan.

Do Chi datang ke penjara dan melihat para tentara relawan. Dia menilai satu per satu dari mereka berdasakan wajah, dan menemukan satu orang yang bisa diperalat untuk mengkhianati teman-teman dan putra mahkota. Dia meminta sipir mengeluarkan orang itu, dan membawanya ke ruang interogerasi. Di sana, Do Chi bertanya apa pria itu mau hidup? Ketika pria itu mengangguk, Do Chi memintanya untuk berkhianat.

Permaisuri bertemu Ga Hee di jalan, dan mengajaknya mengobrol di istana. Permaisuri batuk dan mengeluarkan darah. Ga Hee terkejut. Permaisuri mengatakan dirinya akan segera mati. Karena itu, dia meminta Ga Hee untuk menjadi selir Seonjo demi menyelamatkan Gwanghee yang akan segera dieksekusi karena dinilai berkhianat. Benar saja, begitu di depan istana, Ga Hee menemukan Gwanghee diikat untuk dibawa ke tempat penghakiman.

Di tempat penghakiman telah berkumpul para tentara relawan dihakimi. Do Chi menanyai seorang tentara realawan yang telah dimanipulasinya. Pertanyaannya adalah apa benar mereka berniat melakukan pengkhianatan dan mengangkat seorang raja baru? Orang itu membenarkan dan menunjuk putra mahkota untuk dijadikan sebagai raja baru. Kagetlah teman-teman tentara relawan lainnya, termasuk Gwanghee sendiri.

Bersambung ke sinopsis 'The King's Face' Episode 17 - Bagian 1.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'The King's Face' Episode 15 & 16

0 komentar:

Post a Comment