Sinopsis Three Musketeers Episode 4 - Lindungi Orang-orang dari Musuh, Yong Gol Dae!
Sebelumnya silakan baca sinopsis Three Musketeers episode 3. Pangeran Seja memerintahkan Dal Hyang untuk mencari Mi Ryung. Sepengakuannya, dia mau memastikan perasaannya: apakah mau membunuhnya lagi atau jatuh cinta lagi. Dal Hyang berusaha bertanya lagi, tapi Pangeran Seja mengakhiri obrolan tersebut. Dia minta Dal Hyang menjalankan perintahnya.
Dal Hyang tampak bimbang di ruangannya. Ketika tersadar dia menyusul Pangeran Seja keluar. Dal Hyang minta diizinkan untuk bertanya satu pertanyaan terakhir: apakah aku akan bisa menyelesaikan misi pertamanya dengan baik? Disamping itu, Dal Hyang menilai misi pertamanya tersebut tidak ada hubungannya dengan tugas kenegaraan. Pangeran Seja tersenyum kecut. Dia mengingatkan kalau sekarang Dal Hyang adalah pegawai kerajaan, yang harus mau melakukan perintah apapun yang diperintahkan rajanya tanpa boleh menolaknya. Mau Dal Hyang suka atau tidak, misi itu tanpa tujuan sekalipun, atau membahayakan hidup Dal Hyang sekalipun, tetap saja Dal Hyang harus melakukan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
Pangeran Seja mengaku bahwa perintah yang diberikan pada Dal Hyang karena mau melihat sejauh mana Dal Hyang bisa dipercaya. Dia mengingatkan apapun tugas yang diberikan kepada Dal Hyang, dan Dal Hyang punya pertanyaan penting, tak sekalipun Dal Hyang boleh menghentikannya seperti sekarang dan bertanya. Sekarang, Dal Hyang adalah tentara kerajaan. Dal Hyang meminta maaf. Pangeran Seja pun pergi bersama iring-iringan pengawalnya.
***
Selesai makan, Ibunya Seja-bin memberikan jimat kesuburan pada Seja-bin yang harus dibenamkan di balik bantal. Satu di bantal Seja-bin, satu lagi di bantal Pangeran Seja. Seja-bin mencoba mengalihkan topik pembicaraan bahwa mereka sedang tidak fokus dengan urusan punya anak. Soalnya perang sudah semakin dekat. Tapi Ibunya Seja-bin mengingatkan justru inilah waktu yang tepat. Jika terjadi sesuatu dalam perang, maka sudah ada penerus kerajaan. Jika terjadi sebaliknya, takkan ada orang yang menghargai Seja-bin.
Tidak lama kemudian seorang dayang muda bergegas masuk dan mengabari bahwa Pangeran Seja sudah tiba. Begitu dikabari, Seja-bin panik. Dia bergegas keluar, tapi di muka pintu dia menemukan Pangeran Seja ada di sana bersama para pengawal. Seja-bin tak bisa menutupi kepanikannya. Pangeran Seja bertanya apa yang Seja-bin lakukan di ruangannya. Seja-bin tidak memberitahunya. Pangeran Seja melihat kertas yang dipegang Seja-bin dan mempertanyakan kertas apa yang Seja-bin pegang. Seja-bin buru-buru memasukkan kertas itu ke lengan bajunya. Tapi itu justru memancing penasaran pada Pangeran Seja. Dia kemudian memajukan tubuhnya mendekati Seja-bin yang perlahan-lahan mundur masuk lagi ke dalam ruangan Pangeran Seja.
Pangeran Seja terus maju dan Seja-bin terus mundur. Hingga kaki Seja-bin tersandung sesuatu dan terjengkang, Pangeran Seja berusaha menangkapnya. Tapi yang terjadi malah, Seja-bin terlentang sementara Pangeran Seja tidur di atasnya. Para dayang membuka pintu dan harus melihat Pangeran Seja - Seja-bin dalam posisi yang tidak untuk ditonton. Mereka pun keluar lagi.
Sementara itu, Pangeran Seja tidak buru-buru mengangkat tubuhnya dan membiarkannya berada dalam posisinya. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Seja-bin. Terciptalah auro romantis. Seja-bin memejamkan matanya dan memonyongkan bibirnya karena mengira Pangeran Seja berniat menciumnya. Sayang, itu hanya akal-akalan Pangeran Seja saja untuk mengambil kertas yang dibawa Seja-bin. Begitu kertas berhasil diambil, Pangeran Seja bangkit. Dia berhasil membuat Seja-bin kesal.
... Pangeran Seja mengaku kalau sebelumnya dirinya mengatakan tidak tertarik pada Seja-bin. Hal yang sejujurnya adalah Pangeran Seja tidak tertarik pada wanita. Seja-bin langsung menoleh, kaget. Pangeran Seja mengatakan lebih tepatnya lagi dia benci dengan wanita. Seja-bin makin kaget dan menuduh Pangeran Seja penyuka sesama. Senyum di bibir Pangeran Seja mengembang. Dia bilang ide Seja-bin sungguh keren, tapi bagaimana bisa Seja-bin berpikiran seperti itu - saat ini kan Seja-bin calon permaisuri? (Pangeran Seja sih petunjuknya mengarah kesana :D, ha.).
Kemudian, Pangeran Seja menjelaskan bahwa maksudnya semuanya bukan salah Seja-bin. Semuanya berasal dari diri Pangeran Seja sendiri. Dia meminta Seja-bin untuk tidak bersedih dan menghampiri Seja-bin untuk menyeka air matanya dan memberikan suratnya kembali. Saat melakukannya Pangeran Seja tersenyum, membuat Seja-bin tidak bisa berkata apapun. Pangeran kemudian menyuruh untuk tetap tinggal beberapa lama, karena para pengawal di luar kamar terlihat sangat senang dengan kebersamaan mereka.
Saat kembali ke kamarnya, Seja-bin minta diambilkan air. Dayang muda kemudian berkomentar kalau jimat kesuburan yang diberikan Ibu Suri bekerja dengan baik. Seja-bin menatap amplop jimat itu dan berkata kalau dia juga berharap seperti itu. Sebelum dayang pergi, Seja-bin minta dayang muda untuk mengatakan apa yang dilihatnya tentang jimat kesuburan. Tapi Seja-bin terkejut begitu menemukan di lacinya tidak ada suratnya. Wajahnya terlihat panik apa yang terjadi?
***
Di saat Seung Po tidur sambil ngupil, dua dayang muda serius betul memperhatikan Min Seo yang masih terlelap. Mereka berdua berdiskusi mana yang lebih bagus dari wajah Min Seo. Salah satu dayang bilang matanya, satunya bilang bibirnya. Salah seorang dayang kemudian memejamkan mata dan memonyongkan bibir untuk mencium bibir Min Seo. Tapi di saat itu, Min Seo terbangun. Dua dayang muda itu tergeragap dan mundur ke belakang. Min Seo kemudian meminta dua dayang tersebut untuk menyiapkan air dan tempat mandi. Sontak, keduanya langsung senang dan memberitahu teman-teman dayang yang lain.
Seung Po terbangun dan minta diambilkan air minum. Tapi tak ada seorang pun di ruangan, sehingga dia bangkit dari tidurnya dan keluar. Ketika di luar sekalipun, Seung Po tidak menemukan para dayang atau orang lain. Kemudian beberapa dayang dengan gembira lewat di depannya.
Min Seo membuka pakaiannya. Tapi belum terbuka dia celingak-celinguk, curiga ada yang mengintipnya. Setelah memastikan aman tak ada yang mengintipnya, dia membuka bajunya lalu membasuh tubuhnya. Para dayang mulai mengeluarkan wajah untuk mengintip mereka. Mereka tampak senang melihat Min Seo setengah telanj*ng. Lalu Seung Po datang dengan gaya gemulai. Dia menegur dua dayang. Awalnya mereka berdua belum menyadari kehadiran Seung Po. Begitu menengok, dua dayang itu teriak. Seketika dayang-dayang lain berhamburan entah kemana. Bahkan, salah seorang dayang memeluk Min Seo yang tengah mengenakan pakaiannya kembali.
Setelah para dayang pergi Seung Po mendekati Min Seo. Seorang tukang masak menghampiri dan berkata kalau sarapan pagi sudah siap. Seung Po bertanya kenapa si tukang masak masih disini. Sebelumnya kan sudah diperintahkan mengirimnya untuk Dal Hyang. Tapi si tukang masak tidak mau karenanya Seung Po berniat menghajarnya. Si tukang masak lari, Seung Po mengejarnya.
Seung Po menarik si tukang masak dan mengajaknya ke tempat Dal Hyang. Si tukang masak enggan melakukannya. Dia coba memberontak, tidak mau pergi ke tempat Dal Hyang. Alasannya ruangan Dal Hyang terlalu kecil, bahkan dibandingkan budak sekalipun. Seung Po tetap memaksa. Sesampainya di sana, Seung Po bertanya kenapa Dal Hyang menolak ketulusannya memberikan makanan. Seung Po menyuruh si tukang masak mengambilkan minum untuknya.
Dal Hyang memberitahu alasannya menolak adalah karena dia tidak dapat gaji sehingga tidak bisa menerimanya. Seung Po meminta Dal Hyang santai, anggap saja menang lotere. Tapi Dal Hyang tidak mau. Seung Po mengubah topik pembicaraan dengan bertanya apa Dal Hyang akan berangkat ke kamp pelatihan hari ini? Dal Hyang bilang tidak, tapi ke Mohwaguan. Soalnya Dal Hyang mengaku mulai bekerja di Youngjubdogam - sebuah departemen utusan. Seung Po mengernyitkan dahi, kenapa pemula seperti Dal Hyang langsung ke sana? Dal Hyang hampir keceplosan atas perintah Pangeran Seja, tapi beruntung dia ingat pesan Pangeran Seja untuk merahasiakannya dari orang-orang.
***
Kedua orang tua Dal Hayang tak bisa berkata apa-apa ketika menerima berita kelulusan putranya dari seorang pemberi pesan. Mereka menangis haru saat diberikan daftar nama orang yang lulus. Begitu diberikan beras sebagai hadiah kelulusan Dal Hyang, kedua orang Dal Hyang berjingkat-jingkat bahagia.
Lalu kita mendengar suara Dal Hyang menarasikan surat yang ditulisnya untuk kedua orang tuanya. "Ayah, Ibu, kalian mungkin telah menerima berita baik sekarang. Aku bisa melihat kebahagiaan terpancar di wajah kalian. Banyak hal terjadi padaku. Bang Bang Eui dirayakan. Aku juga mendapatkan bed merah dan seorang pelayan bernama Pang Se..." Kemudian kita akan diperlihatkan saat Dal Hyang diberi sepatu oleh Pang Se. "Dia jujur, cepat dan cekatan. Aku menyukainya." Kemudian kita diperlihatkan kembali saat Dal Hyang mulai berganti pakaian. Pria dengan wajah biasa itu, kini terlihat keren dengan pakaian kemiliteran. "Mulai sekarang, aku bekerja di Kwonji (tempat pelatihan). Ayah, Ibu. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan bagaimana harus melindungi negara. Jaga kesehatan. Dari anakmu, Dal Hyang." Dal Hyang pun berjalan di lorong istana, menuju Kwonji.
***
Gol Dae datang bersama beberapa pengawalnya. Lalu mengancam penduduk sipil yang ada dalam jalur jalannya. Para tentara militer kemudian menghadang ancaman tersebut dengan membentuk jalur jalan yang sudah disediakan. Dal Hyang juga tampak dalam para tentara militer yang merapikan barisan. Dia kemudian melihat dari dalam kereta pengangkut ada seorang wanita di dalamnya. Wanita itu juga menatap Dal Hyang.
Apa yang terjadi selanjutnya? Jangan lewatkan berikutnya sinopsis drama Korea Three Musketeers episode 4 part 2.


0 komentar:
Post a Comment