Seorang pria (belum diketahui namanya) masuk ke suatu tempat, di mana terdapat police line di depan pintunya. Di dalam, pria ini mengambil dasi, melemparkannya ke bagian atas ruangannya, kemudian mengikatnya. Dengan bantuan polisi dan beberapa buku, pria ini memasukkan kepalanya di dalam dasi yang terikat menggantung itu. Sepertinya pria ini ingin menghabisi nyawanya sendiri.
'Heart to Heart' Episode 1
Pasukan polisi telah membentuk perimeter di bawah sebuah gedung. Mereka juga meletakkan sebuah bantalan persis di bawah, di mana seorang wanita di pucuk atap berdiri – siap bunuh diri.
Seorang pria melihat wanita itu dari dalam mobilnya ketika kaca mobilnya diketuk. Pria yang bernama itu Go Yi Suk (CHUN JUNG MYUNG) keluar dari mobilnya dan pergi ke atas. Di atas dia bertemu dengan beberapa orang polisi yang sejak beberapa jam sebelumnya berjaga-jaga. Melihat kedatangan Yi Suk, kedua polisi itu menyambutnya. Yi Suk meminta keterangan dua polisi itu terkait keadaannya.
Kedua polisi memberitahu bahwa empat puluh menit sebelumnya, wanita itu berniat bunuh diri, tapi kini malah bernyanyi-nyanyi. Yi Suk mengangguk dan mengatakan akan mengambil alih sisanya. Dia mendekati wanita itu dan mengambil kopi dari salah satu tangan polisi yang bicara dengannya. “Aku minta ini,” katanya.
Yi Suk menyapa wanita itu secara perlahan-lahan, kemudian “masuk” mendekati batas perimeter sang wanita. Wanita itu meminta Yi Suk untuk tidak mendekatinya. Tapi, Yi Suk tidak peduli dan terus naik pembatas atap gedung. Dia bertanya, “Apa yang kamu kerjakan di sini?”
“Jangan mendekati!” pekik si wanita.
“Ah, aku cuman mau memberikan kopi ini aja kok sama kamu.” Yi Suk mengulurkan tangannya yang memegang kopi, tapi si wanita menampik sehingga Yi Suk pura-pura mau jatuh. Secara spontan (tanpa uhuy), sang wanita langsung memeganginya dan menarik kembali Yi Suk.
Yi Suk mengatur jarak berdirinya dan duduk di pagar pembatas. Kemudian, dia berkata lagi, “Tiga menit. Tiga menit aja ya, biarkan aku duduk di sini. Hmm, pemandangannya dari atas sini asyik juga ya.” Dia bertanya pada sang wanita apa tidak lelah berdiri selama dua jam terus menerus? Untuk beberapa saat Yi Suk terdiam, menciptakan suasana hening di sana. Dia lalu berkata dirinya memahami bahwa pasti ada seribu alasan kenapa sang wanita berniat bunuh diri. “Yeah, untuk mati kita memang memiliki banyak alasan, tapi kita hampir tidak punya memiliki alasan untuk hidup. Nih kopi!”
Yi Suk meminta sang wanita duduk supaya bisa lebih enak bicara. Wanita itu jelas menolaknya. Yi Suk bertanya, “Apa sih yang menyebabkan kamu berniat bunuh diri? Pekerjaan?”
Pertanyaan itu mengundang tangis sang wanita. Sepertinya Yi Suk melontarkan pertanyaan yang tepat. Sang wanita mengatakan bahwa direkturnya telah main mata dengannya, tapi orang-orang tidak percaya dan justru menuduhnya yang sudah bermain mata lebih dulu dengan direkturnya. Yi Suk berdiri dan berkata, “Nona, itu bukan salahmu. Kujamin itu bukan salahmu! Kemarilah!” Wanita itu langsung memeluk Yi Suk. Kondisi pun aman.
Seorang kepala pelayan rumah tangga (PRT) berkicau tentang tuan dan rumahnya kepada tiga calon PRT. Dia mengoceh bahwa rumah itu adalah rumah Presdir Go Sang Gyo (JOO HYUN), pemilik perusahaan sepeda pertama di Korea. Karena itu, ketiga calon PRT itu harus sadar diri di mana akan bekerja. Kemudian dia melihat seorang harmonie (calon PRT juga) di sebelahnya dan berkomentar mengenai usianya. Harmonie itu adalah Cha Hong Do (CHOI KANG HEE) – aku sebutnya Nenek Hong Do aja kalo dia lagi jadi nenek-nenek. Dia berharap harmonie itu dapat mengikuti ritme kerjanya yang cepat dan cekatan.
Nenek Hong Do bertanya bahwa dia bisa bekerja sendiri. Si kepala PRT mengatakan bahwa dirinya hanya akan memilih satu di antara mereka. Karena itu, mereka harus diadu – siapa lebih tangkas dan cekatan.
Seorang pria tua (ini dia, Presdir Sang Gyo) mengatakan kalimat demi kalimat sementara juru ketiknya mencoba mengikuti ritmenya. Sepertinya Presdir Sang Gyo ingin menulis buku otobiografinya sendiri. Tapi, sepertinya itu tidak berhasil. Setelah mengoceh panjang lebar, sang juru ketik hanya mengetik kalimat yang tidak diketik dengan lengkap. Sontak presdir memarahi juru ketik itu.
Sementara itu, seorang pria mencicipi hasil masakan tiga calon PRT yang sedang diadu kepala PRT. Pria itu memuji bahwa ketiganya enak semua. Kepala PRT menyuruhnya menyingkir dan mencela makanan itu tanpa mencicipinya. Kedua calon PRT yang masih muda enek mendengarnya. Mereka memilih mengundurkan diri. Tinggallah Nenek Hong Do seorang diri, dan ketika mencicipi masakannya, Kepala PRT merasa masakan itu sangat enak dan cocok untuk disajikan kepada Presdir.
Saat itu, Presdir muncul dan masih terus memarahi juru ketiknya yang ternyata adalah cucunya sendiri. Dia berteriak akan membuka lubang telinganya supaya bisa lebih baik mendengarnya. Tapi sang cucu mengatakan bahwa takkan ada orang yang akan mendengar dengan jelas ucapan kakeknya. Kepala PRT mendekati Presdir dan mencoba membujuknya supaya tidak marah-marah. Presdir memerintahkan Kepala PRT untuk mencari pengganti juru ketiknya. Kepala PRT pergi untuk melakukan perintah Presdir.
Sang cucu mengatakan biar bagaimana pun tetap takkan ada orang yang mendengar apa kata-kata Presdir. “Apa yang kamu bilang? Makanan Melanie?” geram Presdir. Nenek Hong Do kemudian mengatakan bahwa yang dikatakan sang juru ketik adalah nasi tanpa lauk. Presdir Sang Gyu senang mendengar ada seseorang yang tidak mengolok-oloknya. Dia kemudian menyuruh Nenek Hong Do menggantikan sang juru ketik mulai besok. Presdir masuk ke kamarnya kembali.
Nenek Hong Do bertanya pada pria yang mencicipi makanan tadi apa maksudnya? Pria itu memberi isyarat dengan jari-jarinya bahwa Nenek Hong Do disuruh ngetik.
Seorang pembawa acara membuka program TV untuk topik bedah buku terlaris, yaitu buku “Heart to Heart” yang ditulis oleh Yi Suk (psikolog sekaligus penulis). Dimulailah acara itu.
Seorang wanita muda (Hong Do tidak menyamar sebagai nenek) keluar dari rumahnya dengan memakai helm. Dia pergi ke satu tempat dan meletakkan bubur labu di depan rumah itu. Pria pemilik rumah datang. Hong Do buru-buru bersembunyi di balik tong sampah. Pria itu mengambil bubur labu itu dan melihat ada catatan di dalamnya. Dia lalu melongok ke arah tempat sampah dan meminta Hong Do untuk keluar, bicara dengannya. Tapi Hong Do tetap diam di tempatnya. “Ayolah, sudah tujuh tahun kau memberikan bubur labu untukku, keluarlah dan bicara padaku.” Percakapan satu arah itu terputus, waktu HP pria itu berbunyi.
Bibi pria itu yang menghubunginya, membicarakan tentang kencan buta yang akan dilakukan pria itu. Hong Do buru-buru kabur dari sana. Pria ini hanya bisa meneriakkan ucapan terima kasih.
Di jalan pulang, Hong Do merutuk diri sendiri karena tidak mengambil kesempatan untuk bicara pada pria itu. Namun, mendadak dia tersentak begitu benaknya berpikir, “Dia itu jomblo atau dobel ya? Kalau jomblo, bagaimana bila dia tiba-tiba menemukan wanita cantik yang cocok dengannya? Arghhh...”
Yi Suk datang ke sebuah restoran untuk menemui seorang wanita (sepertinya kekasihnya). Wanita ini mengatakan bahwa hubungan mereka belum terlalu serius.
Sekembalinya ke rumah, Hong Do menemukan kertas catatan yang ditulis pemilik rumah akan menaikkan tarif kontrak. Hong Do mengeluh, tapi bisa apa dia? Karena itu, dia memilih untuk membuat ramen saja. Kemudian dia melihat total uang tabungan yang ada di rekening banknya. Melihatnya, membuat senyum di wajah Hong Do menghilang – berubah cemberut.
Dia berharap Presdir Sang Gyo benar-benar menerimanya bekerja, jika tidak siap-siap angkat kaki atau memohon belas kasihan pada pemilik rumah. Dia kemudian menghubungi temannya untuk bertanya tentang pekerjaan yang akan dilakoninya. Temannya tersebut mengaku siap.
Hong Do mengambil panci ramennya dan mengambil bukunya Yi Suk sebagai alas panci. Dia mulai memakan ramennya. Tapi baru sedikit makan, dia curhat pada mendiang neneknya. "Nenek, bagaimana jika Detektif Jang sudah menikah? Sudah tujuh tahun berlalu, aku bahkan tidak pernah bicara dengannya." Kemudian, dia melanjutkan makan ramennya.
Sehabis "berjuang di ranjang", Yi Suk memakai pakaiannya kembali. Kekasih Yi Suk protes jika Yi Suk pergi begitu saja tiap kali selesai. Seolah tidak mempedulikannya, Yi Suk memintanya untuk istirahat saja dulu.
Hong Do sedang mencuci panci ramennya ketika tiba-tiba melihat wajah Yi Suk di balik pantat panci. Dia terkejut, mengira itu wajah satan! Hahaha... Tapi, kemudian dia sadar jika itu bukan setan. Dia mendekati tempat duduknya tadi dan menemukan buku Yi Suk, di mana wajah Yi Suk menjadi sampul depannya. Wajah Yi Suk sudah berpindah ke pantat panci sekarang. Dia mengambil buku dan duduk di sofa, sepertinya tertarik membaca buku itu.
Bersambung ke sinopsis 'Heart to Heart' episode 1 - bagian 2.
0 komentar:
Post a Comment