Baca sebelumnya sinopsis drama Korea 'Blood' episode 3 - bagian 1.
Sinopsis 'Blood' Episode 3 (Bagian 2)
Kisah Romance – Keluar dari ruang pertemuan, Manajer Jung mendekati Ji Sang. Dia memuji sikap Ji Sang yang tampak acuh tak acuh menghadapi manajemen RS Kanker Taemin yang dinilainya lebih mirip bisnis tinimbang mengedepankan jiwa rumah sakitnya. Ji Sang tidak begitu memusingkan pujian itu dan pergi.
Ri Ta dan Presdir membawa seorang pasien bernama Suster Sylvia. Mereka tampak penuh perhatian dalam memperlakukannya, walaupun Suster Sylvia seolah enggan mendapat keistimewaan. Dia minta pulang karena biaya perawatannya akan memakan biaya yang mahal dan memboroskan. Lagipula, anak-anak pasti menunggunya kembali. Ri Ta meminta Suster Sylvia tenang, sebab pamannya yang juga presdir RS Taemin akan mengurus semuanya. Ji Sang datang. Presdir memperkenalkannya pada Suster Sylvia sebagai dokter yang akan menanganinya. Ri Ta protes. Presdir langsung menjawab bahwa Ji Sang akan mengambil alih semuanya.
Ketika Suster Sylvia melakukan CT Scan, Ri Ta dan Ji Sang bicara. Sebagai orang yang tidak suka basa-basi, Ji Sang bicara blak-blakan kalau Suster Sylvia mengidap Tumor Klatskin, yang telah menyebar sampai hati. Karena sudah stadium dua, Ji Sang mengatakan tidak mungkin untuk diangkat. Dia menambahkan beberapa fakta lain. Ri Ta menyuruh Ji Sang berhenti mengatakan apapun soal penyakit Suster Sylvia. Dia meminta Ji Sang menaruh hormat pada Suster Sylvia.
“Lho, emangnya aku ngomong kurang sopan?” tanya Ji Sang. Ri Ta mengiyakan. Dalam memberitahu kepada pasien, Ri Ta menilai Ji Sang terlalu blak-blakan tanpa memperhatikan sisi psikologis pasien, seolah-olah kata-kata itu pengantar untuk mempersiapkan pada kematian. Dia meminta Ji Sang untuk memberikan pengobatan yang tepat pada Suster Sylvia, jika tidak, dia takkan membiarkan Ji Sang beristirahatdengan tenang.
Ji Sang mengernyitkan dahi. Apa istimewanya Suster Sylvia? Ri Ta menegaskan Suster Sylvia sudah seperti ibunya, lalu diralatnya Suster Sylvia adalah ibunya. Dia pergi. Sebuah kenangan melintas di kepala Ri Ta, tatkala dia mengatakan pada Suster Sylvia ingin mengubah namanya. Suster Sylvia bertanya kenapa Ri Ta ingin mengubah namanya sendiri? Ri Ta kecil menjawab, “Bila, aku mendengar nama Chae Yun disebutkan, aku tak bisa tidak memikirkan ayah dan ibu.” Dengan tenang, Suster Sylvia meminta Chae Yun tidak mengganti namanya, tetapi menggunakan nama katoliknya: Ri Ta.
Ji Sang berada di ruangannya dan mencoba mengakses database RS Taemin lagi. Gagal. Jaewook masuk dan bicara basa-basi dulu, lalu dia mengatakan bahwa beberapa orang menginginkan Ji Sang menjalani serangkaian tes psikologis. Namun, sebagai direktur di sana, Jae Wook mengatakan telah menolaknya. Dia meminta Ji Sang untuk memperbaiki hubungannya dengan Ri Ta. Ji Sang mengiyakan. “Oiya, aku juga mendengar kau mencoba mengakses database rumah sakit ini. Aku memakai otoritasku untuk memberikan akses pada Anda.”
“Bukankah itu melanggar aturan?” tanya Ji Sang. Jae Wook mengiyakan, lalu menambahkan bahwa aturan itu dibuat untuk membatasi orang-orang yang tidak bisa diikuti. Nah, Jae Wook menilai Ji Sang adalah salah satu orang yang tidak bisa diikuti orang lain. Ji Sang mengucapkan terima kasih, dan mengulurkan tangannya. Jae Wook menyambut uluran tangan Ji Sang.
Jae Wook dan Presdir bersepakat dalam satu hal. Presdir bertanya apa Ji Sang dilibatkan dalam proyek kali ini? Jae Wook menjawab Ji Sang tidak dilibatkan, karena takkan bisa melihat sisi bagus dari proyek mereka. Mereka mengisi minuman dan toast. Tangan Presdir tampak bergetar. Dia mengembalikan gelasnya ke meja. Jae Wook menyeruput minuman dari gelasnya langsung dan mengatakan bahwa tampaknya hasilnya harus didapatkan secepat-cepatnya.
Pada akhirnya, Ji Sang berhasil mengakses masuk ke database RS Taemin. Namun begitu masuk ke dalam halaman yang dicari, Ji Sang tidak menemukannya. Tertulis pada layar monitor: halaman yang dicari sudah dihapus. Hal yang sama juga terjadi ketika Hyun Woo coba mengaksesnya. Itu membuatnya gila! Dia mengatakan kalau semuanya hilang tak ada gunanya berada di Korea.
Ji Sang menebak jika data itu sepertinya sengaja disiapkan untuk menarik perhatian mereka. Semacam pancingan. Hyun Woo bertanya apa Ji Sang tahu siapa orang yang mencurigakan? Ji Sang ingat dengan Jae Wook, tapi dia mengatakan tidak. Mungkin dia belum siap membagi apa yang dicurigainya. Hyun Woo yakin orang itu pasti berada dekat dengan mereka. Tanda-tandanya sangat jelas: obat hijau ditukar, rekaman CCTV yang hilang, pengaman pintu ruangan yang rusak, dan terhapusnya data Kochenia.
Jae Wook dan empat pria berpakaian hitam-hitam berada fasilitas medis bawah tanah. Jae Wook menggeleng melihat banyaknya bercak darah di tembok dan menyuruh keempatnya untuk membersihkan semuanya. Selain itu, dia juga minta supaya membiarkan Ji Sang mengenal seorang teman.
Setelahnya, dia menengok ke seorang dari empat pria berpakaian hitam-hitam dan menyuruhnya mendekat. Tanpa bertanya, dia langsung memukul pria itu tepat di dada hingga terpentallah pria itu. “Kau minum darah segar lagi?” tanyanya, sambil mencekik pria itu dan mengangkatnya tinggi ke udara. Pria itu meronta, meminta maaf, mengakui kekhilafannya.
Jae Wook yang wajahnya berubah mengerikan mengatakan, “Orang bodoh belajar melalui pengalamannya. Orang bijak belajar melalui sejarah. Kalian tahu kenapa kita, kaum terinfeksi, selalu dikejar-kejar untuk dibunuh? Karena kita selalu tertarik menggigit manusia dan mengisap darah mereka. Kita bersikap laiknya monster, sehingga manusia berjuang melawan kita. Kita ini bukan iblis atau monster. Kita ini makhluk hanya unggul dari manusia!”
Jae Wook menghempaskan pria yang dicekiknya ke lantai dan memberinya peringatan terakhir untuk tidak minum darah segar. Jika sampai terjadi lagi, maka mereka semua akan mati. Jae Wook pergi. Salah seorang dari empat pria itu kemudian menyerang si pelanggar aturan. Si pelanggar dibela oleh seorang pria. Tapi si penghardik menegaskan bahwa Jae Wook telah terinfeksi selama 40 tahun lebih. Satu kesalahan bisa menghancurkan semuanya.
Ji Sang sedang bekerja di rumah ketika merasa kehadiran sesuatu yang mirip dengannya. Dia menyibak kerai jendela dan menemukan sesosok pria berdiri di dekat pohon-pohon. Sontak dia berlari keluar rumah, bahkan tak mempedulikan mobil yang melintas di jalan. Dia lompat dan berdiri tepat di dekat pohon-pohon dimana sosok pria itu berdiri. Tapi, pria itu tak ada lagi disana.
Esok, Wakil Direktur memberikan Ri Ta daftar tindakan indisipliner yang dilakukan olehnya, yang disampaikan oleh Ji Sang. Ri Ta kaget. Dia mengambil berkas laporan itu. Di dalam laporan tertulis dua kesalahan Ri Ta, yaitu mengganggu dan menyebabkan kesalahan. Hukumannya adalah satu bulan gajinya dipotong dan mendapat tugas selama 50 jam piket di klinik. “Kenapa dia tidak memberikannya padaku langsung?” tanya Ri Ta. Mukanya masam.
Wakil Direktur menjawab kalau Ji Sang off hari ini, dan memberi nasihat supaya keduanya menjalin hubungan yang lebih baik. Dia menambahkan Presdir memiliki alasan menempat Ri Ta dan Ji Sang dalam satu tim.
Ji Sang berada di suatu tempat dimana Sun Young meninggal dulu, setelah kabur dari kejaran dua pria bertudung. Dia juga mengingat detik-detik kematian Ibunya yang sempat menyuruhnya untuk kabur. Ji Sang hanya bisa menangis saat itu. Setelah kesadarannya kembali pada masa kini, Ji Sang membatin bahwa tempat itu masih terasa hangat oleh hangat tubuhnya. “Ibu,” kata Ji Sang lirih, “Seperti yang pernah kau katakan, ada seseorang yang mengejarku. Aku tak yakin harus melakukan apa. Aku sama sekali tidak bisa melihat apapun.” Saat itu, bayangan Sun Young muncul membelai Ji Sang. Sun Young memintanya memejamkan mata, jangan terlalu keras berusaha untuk melihat. Nanti setelah semuanya terasa baik-baik saja, silakan buka mata kembali. Disitulah akan muncul satu bentuk kekuatan diri lagi.
Untuk kesekian kalinya, Ri Ta mengeluh pada teman dokter yang sama tentang Ji Sang. Dia menyatakan kesal pada sikap Ji Sang, tapi akhirnya bangkit berdiri. Temannya Ri Ta bertanya mau kemana? Ri Ta menjawab bahwa dirinya mau ke rumahnya Ji Sang untuk meminta maaf.
Jae Wook bertanya pada salah seorang diantara empat pria berpakaian hitam-hitam, “Kau sudah mengirimkan seseorang hari ini?” Pria itu menjawab sudah. Jae Wook kemudian berfilosofi, apa jadinya dunia tanpa cermin? Sang ratu dalam cerita dongeng Putri Salju percaya bahwa dirinya akan cantik selamanya. Itulah kenapa cermin sangatlah penting. Sebab, cermin bisa menunjukkan siapa kita sebenarnya. Tak ada tipu-tipu. “Apa yang dibutuhkan Ji Sang adalah cermin itu sendiri, yang bisa mengatakan bahwa ada seorang teman yang sama dengannya,” pungkas Jae Wook.
Hyun Woo tengah sibuk dengan komputernya ketika bel berbunyi. Dia mendekati pintu untuk melihat siapa yang telah datang dan menemukan seorang wanita cantik nan judes di sana. Dialah Ri Ta. Hyun Woo senyam-senyum dan membukakan pintu untuk Ri Ta. Dia mengatakan pada Ri Ta bahwa Ji Sang berada di Pulau Jeju hari ini, tapi akan segera kembali. Hyun Woo menawari Ri Ta teh.
“Kau mau apa? Rooibos? Mate? Chamomile?” tawar Hyun Woo dengan penuh keramahtamahan. Ri Ta menolak dan bertanya apa Hyun Woo adiknya Ji Sang? Hyun Woo menjawab asal dengan mengatakan bahwa dia bisa disebut sebagai adiknya atau belahan jiwanya. Dia mempersilakan Ri Ta untuk duduk dan menunggu seperti di rumah sendiri.
LUUVY datang dan mengoceh tentang bentuk tubuh Ri Ta, seperti perut yang kemungkinan besar memiliki kesempatan menggendut. Ri Ta terkejut. Hyun Woo menjelaskan kalau LUUVY adalah mainan robot buatannya. Sekadar pengisi waktu luang.
LUUVY mengoceh hal-hal absurd tentang mengatakan siapa nama Ri Ta? Berapa nomor telponnya? Hyun Woo meminta maaf kalau LUUVY adalah fansnya 4Minute. Di saat itu, Ji Sang pulang. Melihat Ri Ta ada di rumah, Ji Sang bertanya apa yang membuat Ri Ta datang? Ri Ta mengoceh kalau dirinya tidak datang lantaran pengurangan gaji dan penambahan kerja ekstra, tapi dia mempertanyakan kenapa Ji Sang tega membayar kembali permintaan untuk melakukan tes psikologis? Dia menilai itu tidak adil.
Ji Sang bertanya kenapa Ri Ta ngapain datang ke rumahnya? Ri Ta mencoba memperlihatkan kekuasaannya dengan menunjukkan bahwa pamannya adalah Presdir. Di saat bersamaan, Ji Sang merasa ada sesosok pria yang muncul di dekat rumahnya. Dia tidak menggubris kata-kata Ri Ta dan menyibak tirai untuk melihat apa ada orang atau tidak di seberang jalan. Dia menengok ke arah Hyun Woo dan mengangguk. Hyun Woo langsung melihat CCTV dan menemukan seseorang di sana. Dia melihat Ji Sang lagi dan mengisyaratkan memang ada orang di sana.
Ji Sang menawarkan diri untuk menyopiri Ri Ta. Ri Ta memberikan kunci dan mengekori Ji Sang. Sebelum pergi LUUVY mengatakan telah mengecek bagian perut Ri Ta. Merasa malu, Ri Ta menutupi bagian perutnya.
Di luar, Ji Sang melihat ke seberang dan tidak menemukan orang itu. Dia lalu menyuruh Ri Ta naik ke mobil. Di dalam rumah, Hyun Woo menyalakan lampu UV dan menyiapkan pistol berpeluru suntikan. Sepanjang perjalanan, Ri Ta tak henti-hentinya mengoceh tentang Ji Sang, Ji Sang, dan Ji Sang. Saking kesalnya, Ji Sang membelokkan mobil secara mendadak, sehingga kepala Ri Ta kejedot jendela. Sesampainya di RS, Ji Sang pergi ke parkiran. Ri Ta meneriaki Ji Sang, “Kuanggap ini 27,8% permintaan maafmu. Sisanya yang 71,2%...” Belum selesai, Ri Ta masuk karena merasa Ji Sang tidak menggubrisnya.
Sementara itu, Jae Wook ditelpon orang yang diperintahkannya mengikuti Ji Sang. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguji kemampuan dan kekuatan Ji Sang. Di sisi lain, Ji Sang terus mengejar orang yang diduga berdiri di dekat rumahnya. Orang itu tiba-tiba muncul, Ji Sang berlari mengejar. Awalnya, Ji Sang berhasil mengikuti tapi dia kehilangan jejak orang itu. Hingga tiba-tiba orang itu muncul dan menyerang Ji Sang.
Terjadilah perkelahian seru di antara keduanya. Ji Sang berhasil menekan orang itu menjauh. Ji Sang mendekati dan orang itu menyenteri matanya dengan lampu UV. Sontak Ji Sang menutupi matanya yang terbakar. Setelah itu, pria yang berdiri di depannya nyengir. Seseorang muncul di belakang Ji Sang dan menembakkan peluru suntik berisi cairan tertentu. Ji Sang kesakitan. Dia berbalik untuk melihat orang yang menembakkan peluru suntik, tapi matanya tidak jelas melihat. Dia pun berubah menjadi vampir!
Bersambung ke sinopsis 'Blood' episode 4 - bagian 1.
0 komentar:
Post a Comment