Baca sebelumnya sinopsis 'Blood' episode 7 - bagian 2.
Sinopsis 'Blood' Episode 8 (Bagian 1)
Kisah Romance – Ji Sang dan Ri Ta berlari menuju ruang perawatan Ja Bok. Sesampainya di sana, mereka menemukan perawat kesulitan melepaskan selimut yang dipakai Ja Bok untuk menutupi tubuhnya. Perawat mengatakan Ja Bok sudah menutupi tubuh sejak bangun tidur dan nggak bisa dibuka meski dengan paksa. Nggak lama, dari bawah selimut rembes cairan berwarna merah, yang berarti itu darah. Ji Sang mendekat dan menyuruh Ja Bok membuka selimut, tapi Ja Bok nggak melakukannya, karena itu Ji Sang menariknya dengan paksa. Begitu dibuka, kagetlah semua orang yang ada di sana. Dari mulut, mata, telinga, hidung Ja Bok keluar darah.
Ji Sang sempat bertanya berapa lama Ja Bok mengalami pendarahan? Perawat mengaku baru melihatnya sekarang, karena dari tadi nggak bisa buka selimutnya Ja Bok. Mereka juga menyebutkan bahwa semuanya normal. Di waktu bersamaan, Ji Sang mulai bereaksi melihat darah yang keluar dari dalam tubuh Ja Bok. Ri Ta melihatnya dan memegangi tangannya. Kesadaran Ji Sang kembali. Dia menengok ke arah Ri Ta. Terjadi kebekuan selama beberapa saat. Kemudian, Ji Sang menarik tangannya.
Ji Sang memerintahkan perawat untuk memanggil Ji Tae (sebelumnya kusebut Manajer Jung). Perawat segera berlari. Ri Ta bertanya kenapa Ji Sang memanggil Ji Tae? Belum pertanyaan itu dijawab oleh Ji Sang, Hye Ri datang dan menyebutkan bahwa Ja Bok perlu dikarantina. Dia memberikan hasil tes darah yang diminta Ji Sang sambil menjelaskan Ja Bok mengidap virus menular nggak dikenal. Ri Ta menyatakan bahwa Ja Bok berada di bawah pengawasan Ji Sang. “Emangnya siapa kau mau mengarantina sembarang pasien?” tantang Ri Ta.
Jae Wook datang untuk mendukung pernyataan Hye Ri. Dia menyebutkan taruhannya adalah seluruh pasien rumah sakit bila benar-benar Ja Bok terjangkit virus menular. Ji Sang mengajukan diri untuk merawat Ja Bok. Jae Wook bertanya kan Ji Sang mulai off. Ri Ta menawarkan diri menggantikan tempat Ji Sang, tapi Jae Wook menolak. Dia memberikan tim pengembang obat baru dan ID untuk mengambil alih.
Ji Sang dan Ri Ta pergi dari sana. Saat itu, Ri Ta mengomeli Ji Sang karena membiarkan pasiennya diambil alih. Dengan santi Ji Sang mengatakan bahwa semua sudah diputuskan, nggak ada yang bisa dilakukannya. Lagipula Ja Bok punya virus, sehingga butuh dikarantina. Ri Ta nggak percaya dengan hasil tes yang diberikan Hye Ri. Dalam pandangannya, seharusnya Ji Sang mengetahui sebab-sebabnya. Selain itu, seseorang yang mengidap virus seharusnya memiliki gejala yang terlihat jelas. Yang terjadi justru sebaliknya.
Ji Sang enteng saja mengatakan kalau mungkin apa yang dikatakan Hye Ri benar. Itu virus yang belum dikenal, sehingga gejala pada pasien tampak unik. Ri Ta masih ngeyel dengan menyatakan biar bagaimanapun tetap harus ada gejala penyakitnya kan? Itulah sebabnya, Ji Sang memerintahkan perawat memanggil Ji Tae. “Benar kan?” tanya Ri Ta penuh selidik, “Tiap kali Hye Ri bicara, itu membuatku jengkel!”
Kyung In menerima informasi dari seseorang mengenai Ja Bok yang dimasukkan ke dalam karantina. Dia minta diberitahu lagi jika ada perkembangan baru. Setelah itu, dia menghubungi Presdir untuk melaporkan hal ini.
Ji Sang, Ri Ta, Ji Tae, dan Eun Soo berkumpul di ruang Departemen Hematosis. Mereka mendiskusikan mengenai virus aneh yang menjangkiti Ja Bok. Ji Tae meminta opini Ji Sang, apa yang terjadi? Ji Sang menebak gejala yang terlihat pada Ja Bok bukanlah tahap awal dari serangan virus. Itu sudah tahap lanjut. Ji Tae sepakat dengan Ji Sang, dan menambahkan apa yang terjadi pada Ja Bok adalah sebuah reaksi antara virus dan antibodi dalam tubuh.
Ji Sang mengimbuhi kalau virus berhasil membunuhi sel-sel sehat, sehingga trombosit menjadi hancur. Ri Ta ikut nimbrung pada akhirnya hal ini menyebabkan darah keluar dari dalam tubuh pasien tanpa terjadi hemostasis. Pada intinya, mereka ingin mengatakan hipotesis mereka adalah Ja Bok telah terinfeksi virus lain dan menebak hasil tes yang Hye Ri laporkan adalah tipu-tipu. Pasalnya, apabila virus berhasil diidentifikasi pada tahap awal, maka nggak akan terjadi kejadian seperti ini.
Seorang dokter sedang mengecek kondisi Ja Bok. Setelah selesai, ini dokter menghadap Jae Wook yang menunggui di sana bersama Hye Ri. Jae Wook meminta dokter ini melakukan perubahan dari apa yang tercatat di dokumen medis. Dokter itu mengiyakan, dan menyatakan bahwa dirinya dan Jae Wook adalah rekan mulai sekarang. Dia pergi.
Seperginya si dokter, Jae Wook menghadap Hye Ri. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Hye Ri dan mengatakan, “Seperti aku selalu bilang, persiapkan diri untuk kegagalan!” Hye Ri hanya bisa meminta maaf dan berjanji nggak mengulanginya lagi. Jae Wook manggut-manggut dan nggak akan mentolerir satu kesalahan lagi.
Ji Tae bertanya pada Ji Sang kenapa meminta uji darah untuk Ja Bok? Ji Sang menjelaskan tentang demam ekstrem yang dialami Ja Bok beberapa tahun silam, yang sembuh seminggu kemudian. Dia berpendapat Ja Bok mengidap H1N1. Ri Ta menduga Ja Bok sembuh karena tubuhnya mengembangkan antibodi untuk melawan demam itu. Ji Tae menyambung bahwa antibodi inilah yang memunculkan reaksi buruk karena dimasukkan jenis obat yang belum diketahui khasiatnya. Itulah sebabnya Ja Bok menggigil kedinginan di dalam, karena tubuhnya berusaha mempertahankan kondisi suhu normalnya. Disinilah mereka sepakat bahwa terjadi ketidaknormalan antara antibodi dan virus.
Ri Ta langsung nyerocos kalau mereka perlu mendapatkan informasi secara detail tentang tim pengembang obat baru. Dia menegaskan untuk melakukan rapat umum apabila diperlukan. Ji Tae bertanya apa Ri Ta bisa membuat semua itu terjadi? Ri Ta menjawab yang perlu mereka lakukan adalah bicara langsung dengan Presdir. Ji Sang nggak merasa apa yang dikatakan Ri Ta adalah ide bagus. “Terus kenapa kau nggak ngasih saran aja sebelum resign dari sini?” tanya Ri Ta.
Ji Sang dan Ji Tae bicara di luar gedung rumah sakit. Ji Tae menyayangkan Ji Sang akan segera resign, yang sebetulnya sangat peduli dengan para pasien di bangsal 21A. Dia nggak mempermasalahkannya dan kembali membicarakan tentang kejadian Ja Bok yang mungkin nggak pernah terjadi – antibodi berubah menyerang tubuh sendiri. Ji Sang mengaku pernah membaca tesis mengenai itu. Ji Tae kemudian mengajak Ji Sang untuk nggak resign cepat-cepat supaya bisa kerja bareng memecahkan kasus ini. Meski begitu dia mengaku nggak mau memaksa Ji Sang.
Ri Ta kaget saat Kyung In mengaku nggak bisa membantu apapun yang berhubungan dengan tim pengembang obat baru. Kyung In meminta Ri Ta untuk nggak usah mengusik tim pengembang obat baru lagi, sebab Presdir sulit untuk mengubah keputusannya. Tentu saja, Ri Ta nggak mau dan akan membicarakan hal ini dengan Presdir. Sebab, dia nggak akan membiarkan Jae Wook merajalela mengambil alih rumah sakit sesuka hati.
Kyung In kemudian menanyakan kondisi kesehatan Presdir pada Ri Ta. Pertanyaan itu Ri Ta balas dengan pertanyaan, “Hah, bukankah kau lihat dia baik-baik saja?” Kyung In membenarkan dan tersenyum.
Presdir menemui Jae Wook setelah mendengar tentang kasus Ja Bok. Dia mempertanyakan apa yang telah terjadi? Jae Wook coba menenangkan Presdir dengan menyatakan bahwa trial dan error pasti diperlukan karena bagian dari proses. Dia menyatakan apa yang telah terjadi hanyalah masalah kecil, kerikil. Presdir menyahut jika masalah kecil ditumpuk menjadi satu maka akan menjadi masalah besar juga.
Presdir menyebutkan selain kasus Ja Bok juga ada kasus Dong Pal. Dia mendengar Dong Pal dipaksa keluar dari rumah sakit dan tewas dalam satu kecelakaan mobil. Dia tampak khawatir mengenai hal itu, pasalnya bangsal 21A baru dibuka kurang dari seminggu. Jae Wook justru mengkambinghitamkan dua pasien tersebut yang telah bermasalah sebelum dirawat. Dia memastikan akan lebih teliti lain kali. Tapi tampaknya kali ini Presdir lebih sulit diyakinkan. Dia nggak ingin Jae Wook mengubah kepercayaan yang telah diberikan menjadi keragu-raguan.
Sekeluarnya dari ruangan direktur, Presdir berpapasan dengan Ri Ta yang meminta waktu bicara sebentar. Presdir mengaku dirinya buru-buru ikut rapat kantor. Ri Ta meminta Presdir untuk melakukan investigasi terhadap tim pengembang obat. Presdir coba menjelaskannya dengan lembut, tapi ketika Ri Ta terus mendesaknya, pada akhirnya Presdir muntab dan menyuruh Ri Ta diam. Presdir menyatakan jika Ri Ta terus mendesaknya, maka dia akan mengenai Ri Ta dengan pasal hukuman aturan pekerja rumah sakit. Ri Ta terdiam dan menatap kepergian Presdir dengan tatapan penuh tanda tanya.
Il Nam sedang berbincang dengan dua
minionnya. Salah seorang minionnya menyatakan sejak kedatangannya,
tim pengembang obat baru, selalu saja membuat kecelakaan. “Seharusnya
kita nggak membiarkan mereka mulai merasa benar!” tukasnya. Il Nam
menyahut kalau dua minionnya sudah mulai banyak bicara. Dia mengajak
mereka semua untuk nggak memasuki wilayah yang bukan menjadi wilayah
mereka. Salah seorang minionnya tadi meledek Il Nam sudah berubah
sekarang, apa karena merasa menjadi corongnya Jae Wook? Il Nam hampir
saja menyemburkan minuman yang baru diseruputnya. Daripada
berlarut-larut, dia memutuskan untuk makan siang saja.
Ji Sang tercenung mengingat kondisinya saat ini. Di satu sisi dirinya nggak fit dan Hyun Woo menyarankannya untuk mundur dari dokter di Taemin. Di sisi lain, Jae Wook menawarinya solusi untuk bisa tetap prima. Dia dilema. Sebagai dokter, dia merasa bertanggung jawab terhadap pasien-pasiennya. Terlebih permintaan Ji Tae yang mengajaknya kerja bareng melakukan penelitian.
Di saat pikiran Ji Sang melayang-layang nggak tentu arah, Ga Yun datang dan menyodorinya es krim. Ji Sang coba menolaknya, membuat wajah Ga Yun cemberut karena dia berusaha keras mendapatkan es krim tersebut dan takut nggak sempat memberikannya pada Ji Sang. Nggak enak dengan penawaran Ga Yun, pada akhirnya Ji Sang mengambilnya. Ga Yun kemudian menanyakan soal kesehatan Ji Sang?
Ji Sang balik bertanya kenapa Ga Yun peduli dengan kesehatannya? Ga Yun meminta maaf soal itu. Dia mengaku merasa sedikit melihat orang yang dihormati sekaligus disukainya sakit. Ji Sang menyebut Ga Yun seperti serangga Akabosia matsudoensis Kinoshita – maksudnya orang seperti Ga Yun itu langka. Ri Ta menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan cemburu atau marah ya?
Presdir memarahi Kyung In, karena mengira telah melibatkan Ri Ta dalam masalah tim pengembang obat baru. Kyung In menjawab kalem kalau Presdir keliru. Presdir memotong ucapan Kyung In. Dia menuding Kyung In senang bila Jae Wook dikasuskan? Kyung In menenangkan Presdir bahwa dirinya sama sekali nggak punya niatan begitu. Niat sesungguhnya adalah demi Taemin juga. Presdir menghargai ucapan Kyung In. Meski begitu, dia mengingatkan supaya hal ini nggak terjadi lagi. Dia berjanji nggak akan segan-segan mengambil tindakan.
Salah seorang pasien yang berada di bawah pengawasan Ji Sang di bangsal 21A lagi-lagi kelojotan. Seorang dokter junior dan perawat datang untuk menenangkannya. Nggak berapa lama kemudian, Ji Sang dan dokter junior lain datang. Ji Sang langsung mengecek dan memerintah dokter junior yang datang bersamanya untuk obat penenang. Pada akhirnya, pasien berhasil ditenangkan. Ji Sang berdiri di sisi tempat tidur pasien, menatap pasien dan istri yang setia menungguinya.
Ji Sang keluar dan menemukan anak dari pasiennya sedang duduk sendirian di ruang tunggu. Dia duduk di sampingnya dan bertanya apa yang dilakukannya disini? Si anak mengatakan bahwa dirinya sedih mengetahui kondisi ayahnya yang sebentar lagi nggak akan ada di dunia ini. Dia sedih memikirkan omongan para tetanggannya yang bilang lebih baik ayahnya mati daripada harus menanggung rasa sakit akibat penyakitnya. Yang membuatnya sedih adalah ayahnya ingin berjuang melawan penyakitnya, meski itu nggak mungkin.
“Kau kan tahu cita-cita ayahku adalah mengiringiku di hari pernikahanku,” kata si anak sambil meneteskan air mata, “Aku ngerasa dia menjadi jauh lebih sakit karenaku. Itulah kenapa aku merasa buruk. Aku nggak akan mengganggu para dokter lagi dan meminta mereka membuat hidup ayah lebih lama lagi.” Ji Sang merangkul si anak dan membelai rambutnya yang hitam, memberinya penenangan.
Di ruangannya, Na Jung melempar semua makanan yang diberikan padanya. Ga Yun dan perawat coba membujuknya. Na Jung mengatakan dirinya lebih baik mati, mati kelaparan! Ri Ta datang. Melihat makanan berserakan di lantai, Ri Ta langsung naik pitam, terlebih Na Jung memakai bahasa banmal padanya. Na Jung menantang Ri Ta menjitak kepalanya lagi. Ri Ta pun mengerasi Na Jung. Dia memerintahkan perawat nggak usah membawakan makanan-minuman untuk Na Jung lagi supaya Na Jung mati kelaparan sesuai permintaannya. Na Jung menerima tantangan itu.
Di luar, para perawat berkasak-kusuk kenapa Na Jung bisa bersikap sekeras itu. Mereka menyebutkan Na Jung kehilangan kedua orangtuanya dan nggak ada satu pun keluarganya yang mau mengambilnya sebagai tanggung jawab. Na Jung kemudian diambil lembaga Jasa Anak. Nggak lama, Na Jung didiagnosis menderita kanker hati dan dibawa ke Taemin. Pihak lembaga Jasa Anak mengataka Na Jung selalu mengungkapkan keinginannya untuk mati.
Ri Ta yang mendengarkan kasak-kusuk itu pergi. Ga Yun membuntutinya dan menanyakan apa Ri Ta benar-benar menginginkan Na Jung mati? Ri Ta menjawab tentu saja nggak. Dia menyuruh Ga Yun membawakan makanan nanti malam ke kamar Na Jung. Kemudian dia bertanya apa Ga Yun coba mendekati Ji Sang? Ga Yun mengaku nggak bermaksud seperti itu. Ri Ta menceritakan bahwa waktu dirinya masih berstatus dokter junior nggak pernah sekalipun dirinya menatap bosnya lama-lama. Dia meminta Ga Yun nggak sombong hanya karena dipilih Ji Sang waktu itu. Yang terjadi nanti malah Ga Yun bisa tertekan atau sesuatu seperti itu.
Jae Wook bicara ditelpon, menanyakan alasan khusus. Dia mengatakan pada orang yang ditelponnya untuk segera melaksanakannya. Kemudian dia menemui Hye Ri untuk berfokus mengobati Na Jung tapi menunda perawatannya. Hye Ri menanyakan alasannya. Jae Wook menyuruhnya melakukan saja tanpa bertanya-tanya.
Ji Sang mengontrol Suster Slyvia di ruangannya. Suster Slyvia mengatakan kalau tindakan yang Ji Sang lakukan jauh lebih efektif ketimbang doa-doanya untuk sekarang ini. Dia menanyakan adakah kemungkinannya sehat kembali dengan bantuan obat-obatan tanpa operasi? Ji Sang mengiyakan. Suster Slyvia merasa lega. Entah Ji Sang berbohong atau nggak.
Kyung In menatap sebuah pohon yang menjulang tinggi di depan Taemin. Jae Wook datang. Kyung In bercerita jika pohon yang ditatapnya adalah pohon yang ditanamnya di hari Pohon Nasional, yang mana bibitnya diberikan oleh Presdir. Dia mengatakan bahwa pohon itu telah melewati berbagai rintangan dan kesulitan. Tapi, dia menegaskan pohon itu sama sekali bukan merepresentasikan dirinya, melainkan mewakili Taemin sendiri yang telah dijaga dan dilindunginya selama ini. Kyung In nggak akan membiarkan siapapun merusaknya. Dia berjanji akan membayar Jae Wook kembali atas perlakuan yang pernah dilakukannya.
Ji Sang menatap lorong ruang operasi. Di saat bersamaan Ri Ta keluar dari ruang operasi bersama seorang perawat. Ji Sang langsung pergi. Melihat itu, Ri Ta mengikut Ji Sang dan mempertanyakan alasannya berada di sekitaran ruang operasi lebih sering? Dia bertanya apa Ji Sang akan benar-benar pergi? Ji Sang balik bertanya apa Ri Ta ingin dirinya tetap di Taemin? Ri Ta menggeleng. Dia hanya ingin membuatkan pesta perpisahan khusus. Sebab, ada yang ingin ditanyainya. Ji Sang menolak. Ri Ta menekankan bahwa dirinyalah satu-satunya dokter di Taemin yang tahu rahasianya. Ji Sang tetap saja menolak.
Bersambung ke sinopsis Blood episode 8 - bagian 2.
0 komentar:
Post a Comment