Baca sebelumnya sinopsis drama Blood episode 18 - bagian 2.
Sinopsis Blood Episode 19 (Bagian 1)
Kisah Romance – Ri Ta berada di ruang jenazah, memandangi jasad Pamannya yang sudah terbujur kaku dibalik selimut. Di luar Ji Sang menungguinya, menghalangi Kyung In - Jae Wook dan anak buahnya yang datang ingin melihat jasad Presdir Yoo. “Sila Anda menunggu setelah Dokter Yoo keluar ruangan,” pinta Ji Sang pada semua orang.
Didalam, Ri Ta seperti orang kehilangan arah, bertanya pada jasad Pamannya mengenai apa yang harus dilakukannya? Tidak lama kemudian, Ji Sang masuk dan mengajak Ri Ta keluar. Sebelum keluar, Ri Ta bertanya pada Ji Sang apakah Pamannya bisa dimaafkan sekarang? Ji Sang tidak menyarankan itu pada Ri Ta sekarang, karena maaf dilakukan setelah semuanya jelas dan tak lagi tersisa ruang untuk melakukan apapun.
Diluar, Ri Ta melihat rombongan manajemen RS sudah berdiri menunggu. Dia menatap Kyung In untuk bersepakat mengajaknya bicara empat mata segera setelah jasad Pamannya dikremasi.
Jae Wook menemui Kyung In yang berdiri di depan RS Taemin, memintanya menggelar rapat pemegang saham yang sebagian besar memberi dukungan pada Kyung In. Dia minta diberitahu jika ada sesuatu yang salah.
Ji Sang datang ke ruangan Jae Wook. Itu membuat sang empunya ruangan bertanya, “Ada apa? Apa kau pikir aku yang telah mengikatkan kabel itu di leher Presdir Yoo?” dan mengimbuhi bahwa dirinya tak memiliki alasan melakukan itu – toh Presdir Yoo sudah diprediksinya hanya mampu hidup sampai beberapa hari saja. Ji Sang tetap menuding Jae Wook yang menyebabkannya, yang tetap ditolak Jae Wook dengan menyatakan bahwa Presdir Yoo telah membuat pilihan berbeda.
Jae Wook mengakui sempat ke ruangan perawatan Presdir Yoo untuk mengatakan bahwa sang presdir takkan hidup lama lagi. Sayangnya, ketika dirinya kesana Presdir Yoo sedang terlelap. Dia memberikan rasa iba pada Presdir Yoo karena telah menjual jiwanya hanya untuk secuil waktu yang tiada berarti dibandingkan dirinya yang kekal.
“Tidak penting mau hidup kekal atau hanya 100 tahun saja,” ungkap Ji Sang, “Bila kau berubah menjadi monster walau hanya sedetik, itu berarti kau monster.” Jae Wook menuntut Ji Sang apa kriteria untuk bisa disebut monster itu – apa seperti dirinya? Dia menambahkan, jika benar, maka Ji Sang harus membuat kriteria tambahan.
Ri Ta merasa penasaran kenapa tiba-tiba Pamannya mengakui telah membunuh orangtuanya? Itu lantaran Presdir Yoo berada dalam pengaruh obat-obatan, jelas Ji Sang, khususnya bahan obat yang disebut agent no. 5, yang akan melemahkan kemampuan seseorang dari kesadaran sehingga mengatakan semua rahasia yang disimpannya. Meski begitu, Ji Sang menambahkan ada satu hal lagi selain obat, yaitu perasaan bersalah Presdir Yoo akan dosa yang telah diperbuatnya. Jadi, Ji Sang menilai pengakuan Presdir Yoo kepada Ri Ta soal pembunuhan yang dilakukan itu tulus. Itu membuat Ri Ta jadi semakin sedih. Ji Sang merangkulnya untuk memberi penguatan.
Jae Wook memerintahkan Ga Yun untuk membunuh Ri Ta malam ini. Dia yakin betul Ri Ta akan kembali ke apartemennya, karena kelelahan setelah pemakaman. Ga Yun mempertanyakan alasan Ri Ta harus dibunuh? Jae Wook hanya mengatakan harus. Ketika Ga Yun mengatakan bahwa Ri Ta baru saja memakamkan Presdir Yoo, Jae Wook menegaskan bahwa tak ada istimewanya hari pemakaman dengan hari lainnya. Dia memerintahkan Ga Yun mengajak Chul Hoon (ah, akhirnya tahu nama rekannya J).
Raut wajah Ga Yun berubah, terlihat sedikit cemas. Jae Wook bertanya apa Ga Yun bermasalah dengan perintahnya itu? Ga Yun menggeleng.
Ri Ta mengeluarkan alat perekam milik Pamannya untuk menunjukkan bahwa dirinya tahu apa yang dilakukan Kyung In bersama Pamannya. Dia mengatakan bahwa kepedulian yang diberikan mereka berdua untuknya hanyalah perasaan bersalah, yang dibungkus dengan nama cinta. Atas semua yang telah dilakukan, dia memberikan Kyung In satu kesempatan: menyerahkan diri bersama orang-orangnya ke pihak berwajib atau dibongkar di depan rapat pemegang saham!
Kyung In coba memberi pemahaman. Namun, dengan tegas, Ri Ta menyuruhnya diam, karena itu makin membuat dirinya terlihat bodoh! Dengan mata merah, Kyung In menegaskan perasaannya tulus untuk Ri Ta. “Sesuatu yang disembunyikan itu pada awalnya dibuat untuk menutupinya dari orang lain,” tutur Ri Ta, pelan dan tajam, “Tapi pada akhirnya kau membodohi diri sendiri!” Ri Ta pergi.
Seorang perawat yang berada di salah satu ruang perawatan bangsal 21A merasa risih ketika mata para pasien pria nyalang menatap lehernya. Entah apa yang berada dalam pikiran pasien yang tampilannya sangat pucat itu.
Ji Sang dan Ji Tae berdiskusi sambil jalan. Mereka berdua menarik kesimpulan bahwa penelitian tidak bisa dilanjutkan jika efek samping obat terus memburuk, sehingga para pasien bersikap seperti orang yang terinfeksi. Yang pada akhirnya akan mati juga. Ji Tae meminta darah Ji Sang, karena selama ini belum pernah melihatnya secara langsung. Dia tahu mengenai darah Ji Sang dari Eun Soo – langsung berpikir bahwa darah Ji Sang unik sekaligus berbahaya. Di luar dugaan Ji Sang setuju ide ini.
Sementara Kyung In memikirkan kembali kata-kata Jae Wook, Ga Yun menemui Ri Ta di ruang istirahat untuk memberikan empatinya atas kepergian Presdir Yoo. Walaupun bukan tempatnya, dia mengatakan, “Tetap kuat, tetap makan, tetap tidur.” Ri Ta mengucapkan terima kasih atas perhatian Ga Yun. Dia terpikirkan kembali alasan Ji Sang memilih Ga Yun sebagai salah seorang dokter magang: Ga Yun memahami rasa sakit lebih baik dibandingkan orang lain dan juga mengatasinya.
Ga Yun galau mengenai tindakan yang harus diambilnya. Dia memikirkan semuanya di sudut lorong. Ga Yun akhirnya memutuskan menginformasikan pada Ji Sang melalui pesan singkat. Tapi setelah mengetikkan kata “Ri Ta dalam bahaya”, dia menghapusnya lagi.
Ga Yun berpapasan dengan Ji Sang yang baru saja keluar dari ruangannya. Melalui bahasa simbolis, dia mengatakan supaya Ji Sang menemani Ri Ta malam ini – untuk menemaninya melewati masa-masa sulit. Ji Sang mengikuti saran Ga Yun. Tapi saat hendak mengantar Ri Ta ke apartemen, dia menerima telpon yang mengharuskannya melakukan operasi transplantasi hati. Sementara dirinya akan tetap kembali, Ri Ta menyuruh Ji Sang melakukannya dan memintanya tidak terlalu protektif padanya – nanti malah kena gangguan saraf.
Sebelum Ri Ta benar-benar pergi, Ji Sang berpesan supaya Ri Ta mengiriminya pesan jika sudah sampai, mau dan bangun tidur, karena operasi akan memakan waktu sekurangnya sepuluh jam.
Ketika pergi ke ruang istirahat, Ga Yun terkejut melihat Ji Sang ada di sana menunggu donor. Dia pun pergi ke apartemen Ri Ta bersama Chul Hoon. Namun, dia menegaskan akan pergi sendirian, tak ingin rekannya melihat dirinya membunuh seseorang.
Ga Yun menekan bel di depan pintu apartemen Ri Ta, tapi malah menemukan pintu yang sudah terbuka. Dia masuk, langsung ke kamar Ri Ta. Disana, dia menemukan Ri Ta sudah terlelap. Karena itu, dia pun mengecek keluar – takut ada seseorang yang masuk. Benar saja, dia dikejutkan oleh kemunculan Jae Wook yang sudah ada di sana sedari tadi sambil menunjukkan HP Ri Ta. Jae Wook membaca pesan dari private nomor yang diduga dikirimkan dari nomor HP Ga Yun yang menyuruh Ri Ta kabur dari rumah.
Pada akhirnya, Jae Wook membawa Ga Yun kembali ke markas, bersama Chul Hoon tentunya. Dia menuntut penjelasan sederhana kenapa Ga Yun mengkhianatinya? Ga Yun menjawab bahwa Ri Ta dan Hyun Woo tidak perlu dibunuh. Jae Wook berpikir Ga Yun telah bersikap manusiawi dan mempertanyakan, “Apakah itu berarti kau menudingku sebagai monster?!”
Ga Yun menggeleng dan menjelaskan bahwa dirinya terlalu takut sebab Jae Wook selalu cepat berubah mengambil langkah-langkah taktis. Jae Wook memotong kata-kata Ga Yun dengan menyatakan bahwa langkah taktis yang diambilnya adalah menyelamatkan Ga Yun dari jurang kematian – juga Chul Hoon. Dia merasa terkhianati oleh tindakan Ga Yun, yang seharusnya mengawasi Ji Sang tapi malah menjadi bawahannya.
Ga Yun menegaskan bahwa dirinya tetap menghormati Jae Wook sebagai “Papa” dan tak ingin “Papanya” berubah. “Kita bisa mewujudkan semuanya tanpa...” belum lengkap kata-kata Ga Yun, Jae Wook mencekik lehernya. Dia menuding kata-kata yang Ga Yun berikan hanyalah pemanis dari hati seorang pengkhianat. Dia berniat membunuh Ga Yun. Chul Hoon melepaskan tangan Jae Wook dari leher Ga Yun dan memintakan maaf untuk Ga Yun dengan memberi kesempatan sekali lagi.
Tapi, Jae Wook malah mencekiknya sambil memberi peringatan untuk keduanya supaya tidak menjadi kelemahannya! Ga Yun akhirnya mengatakan, “Hanya satu hal yang kita inginkan, hati yang Anda miliki ketika menyelamatkan kami! Itu yang kami inginkan, kenapa Anda tidak bisa memahaminya?” Jae Wook melepaskan cengkeramannya dari leher Chul Hoon dan memerintahkan mereka berdua enyah dari hadapannya.
Ji Sang baru saja keluar ruang operasi ketika tiba-tiba benaknya teringat mengenai Ri Ta. Dia pun bergegas ke apartemen Ri Ta untuk melihat keadaannya. Sesampainya disana, dia menemukan Ri Ta masih terlelap. Dia menghembuskan napas lega dan mendekati ranjang Ri Ta untuk menyelimutinya lebih banyak lagi.
Chul Hoon berlutut di hadapan Jae Wook, yang bertanya kenapa belum meninggalkannya? Chul Hoon menjawab bahwa dirinya telah bersumpah setia, takkan pergi dari Jae Wook yang telah menyelamatkan hidupnya. Dia mengimbuhi jika Ga Yun merasakan hal yang sama. “Bagaimana bila aku tidak memerlukan kalian sewaktu-waktu dan mungkin malah membunuh kalian berdua?” tanya Jae Wook. Chul Hoon mengaku siap. Disisi lain, Ga Yun yang telah kembali ke RS menangis tanpa suara, hanya air mata yang membasahi pipinya.
Hyun Woo mengatakan pada Ji Sang akan mengulangi uji darah lagi, sebab lupa mengembalikan setelah menggunakannya. Begitu mengambil sampel darah di dalam lemari pendingin, Hyun Woo menemukan sampel berwarna hijau. Dia mengujinya.
Keesokan harinya, Ji Sang menemui Ri Ta di ruangannya dan bertanya bagaimana tidurnya? Ri Ta mengaku kepalanya sakit dan tubuhnya sedikit demam walaupun telah tidur selama sembilan jam. Ji Sang berpikir itu stres. Ri Ta mengeluh apa yang salah dengan tubuhnya?
Bersambung ke sinopsis Blood episode 19 - bagian 2.
0 komentar:
Post a Comment