Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

April 6, 2013

Cerpen Cina: Tiga Remaja Lapuk Mencari Cinta

Belum lama ini, ada makhluk baru (siswa pindahan gitu), Ranggawuni namanya, yang baru aja pindah dari Jakarta. Siswa tersebut dengan cepat mendapat sambutan mesra dari masyarakat SMU Sopalan yang cinta dengan kedamaian. Tak terkecuali Slamet and the his gank, Antok, dan Pangab. The three muskentir, yang tampangnya caur abis, yang selalu kesepian cinta.

“Ckckck, gile nTok tuh cewek cakep kali bah,” seru Pangab sambil geleng-geleng kepala.

“Wah, betul banget lu, Ngab,” Antok menimpali, “duh, seandainya cewek itu jadi pacar gue, hmm….” Komentar Antok tanpa mengerdipkan kedua kelopak matanya ngeliatin Ranggawuni yang sedang melintas di depan kelas.

“Aduh, mana mungkin, bah, dia mau jadi pacar kau, mengacalah,” ejek Pangab kepada Antok. Tapi rupanya Antok tak mendengarkan kicauan Pangab, dia lebih sibuk memperhatikan Ranggawuni. Sehingga dia tak peduli dengan kata-kata Pangab.

“Eh, elu berdua ngaca donk,” giliran Slamet angkat bicara, “tampang elu berdua tuh udah kayak selokan  tahu, item. Kog bisa-bisanya PD dapetin tuh cewek. Nih, gue pasti bisa!” Ujarnya sembari menepuk dadanya sendri.

Namun, yang terjadi adalah teman-temannya tak peduli dengan ocehanya. Melihat temannya seperti itu Slamet juga ambil posisi untuk ngeliatin Ranggawuni, soalnya dia tertarik berat juga.

“Eh, gimana kalo kita saling bersaing sehat 4 5 sempurna…eh, kebalik 4 sehat 5 sempurna, untuk mendapatkan tuh cewek,” ujar Antok tiba-tiba mendapat ide.

“Saingan?” Pangab dan Antok saling berpandangan.

“Yoi, kita bertiga bikin kesepakatan, kalo kita akan bersaing untuk memperebutkan cewek itu dengan syarat, siapapun yang dapetin dia, dua orang lainnya kagak boleh cemburu, iri, dengki dan penyakit hati lainnya, apalagi sampe berantem segala. Gimana?” Antok menjelaskan panjang lebar.

Dengan tersenyum dan satu anggukan, mereka bertiga setuju berat, soalnya langsung kompakan berkata,”deal.”

Segera mereka pun mengeluarkan jurus pamungkas andalan masing-masing, kemampuan naluriah sebagai seorang cowok untuk menaklukkan idolnya. Mereka bertiga sangat berusaha sekali mendapatkan lirikan Wuni, atau sekedar senyumnya yang menyenangkan itu. Dengan gaya yang PD tapi noraknya minta ampun itu, mereka bertiga langsung ngegebet Ranggawuni. Slamet pake puisi-puisian yang dikirim lewat titip-titip salam; Antok gayanya lain, dia ngirim-ngirim buket bunga sambil ke rumah Ranggawuni dengan alasan klasik, salah anter; Pangab sedikit berbeda, dia pake jurus yang udah jadi kebiasan umum, menganter-jemput Wuni pulang dan berangkat sekolah. Tapi, untuk yang satu ini, Wuni seneng banget, soalnya bisa irit ongkos. Maklum aja, rumah Wuni ke Sekolah cuman berjarak deket banget, khan sayang kalo pake ojek.

Yah, masing-masing sih dapet juga simpati dari sang pujaan hati. Maklum juga, Ranggawuni, khan masih baru jadi pengen cari temen-temen yang buanyak, tapi mungkin juga cari jodohnya sekalian.

Tanpa disadari ternyata sudah dua bulan mereka menjalani kehidupan mereka mengejar-ngejar impian, tapi alhasil belum satupun yang diterima atawa di tolak. Pasalnya mereka belum ada yang …dor… menyatakan cintanya ke Wuni. Mungkin bisa jadi juga mereka nyadar kalo tampang mereka caur abis banget.

Disuatu hari, ketika ketiga sahabat tersebut sedang berdiskusi mengenai perkembangan pendekatan mereka terhadap Ranggawuni di kelas, tiba-tiba datang Emil menyodorkan tiga lembar kertas berbalut amplop kecil bertuliskan nama mereka bertiga masing-masing, Slamet, Antok dan Pangab. “Nih, undangan untuk kalian bertiga.” Kata Emil.

“Ini dari siapa bro?” Seru Antok.

“Dari Ranggawuni,” jawab Emil, “dia ulang tahun dan mengharapkan kehadiran kalian bertiga, datang yah! Ada berita penting banget di sana.”

“Apaan?”slamet pengen tahu.

“Pengumuman pacarnya Ranggawuni, khan kalian ingin tahu bukan?”Ujar Emil lantas ngeloyor pegi.

Mereka bertiga lantas tersenyum, di kepala dan di hati mereka masing-masing bergumam, “inilah saaatnya.”

###

Belum juga 24 jam undangan tersebut diterima, mereka bertiga udah sibuk mikirin rencana yang bakalan digunain supaya mereka  bisa dipilih oleh sang pujaan hati.

“kira-kira gue pake kostum apaan yah?” Gumam Slamet pada dirinya sendiri sambil termangut-mangut di atas kasur empuk miliknya, sendirian. Tapi, tak lama kemudian Slamet berdecak… tiiiing…bohlam  di dalam kepalanya menyala. “Aha, gue punya ide.”

Sementara itu Antok lagi berkahayal dan mencari ide supaya bisa dilirik Ranggawuni. “Besok pasti Wuni akan merlirik padaku dan menyatakan cintanya untukku,” ujar Antok menghibur dirinya sendiri, “Oh, Ranggawuni my darling.” Antok memeluk-meluk gulingnya erat-erat dan sesaaat kemudian bergumam, “that it’s.”

“Bah, cepatlah inspirasi kau datang ke kepala awak, sudah BT awak menunggu-nunggu kau muncul. Iiiiiiihhhh……” Pangab ngejambak-jambak rambutnya sendiri. Pusiiiiing……tetapi, tiba-tiba taraaaa….. muncul inspirasi di kepalanya. “Nah, datang juga kau rupanya.”

Saat yang ditungu-tunggu pun datang, mereka bertiga ketemuan di pesta ulang tahun Ranggawuni. Slamet dateng dengan dandanan ala pujangga mawut; rambut klimis; tuxedo hitam; plus bunga mawar di dada kirinya, Antok bergaya bak pengantar  bunga yang sok bekenan plus buket bunganya. Pangab bergaya ala daerah asalnya Medan plus kain ulosnya…asli bo’.
Tampaknya teman-teman sudah banyak yang hadir. Mereka semua melihat ke arah ketiga sahabat itu dengan perasaan ‘kog aneh ya nih orang?’, seperti orang gila saja. Tapi, yang diliatin cuek bebek aja … maklum aja mereka nyadar kalo urat malu mereka udah putus, malah gayanya sok dimanis-manisin.

Lalu MC naik ke Podium berukuran kecil dan membacakan susunan acara yang akan segera berlangsung. Singkat cerita, acara puncak pun tiba. “Sekarang puncak dari acara ini. Potong kue disambung dengan memberikan kue kepada orang yang tersayang ditambah pengumuman pacar Ranggawuni,’ seru MC bersemangat ’45.

“Eh, kalian-kalian liat yah potongan kuenya akan di kasih ke gue dan cowok itu pasti gue, “ ujar Antok mengece.

“Eits…tunggu dulu, belum tentu tuh kue akan diberikan buat elu dan cowok itu elu. Tapi, nih!” Slamet menepuk dadanya sendiri.

“Heh, janganlah kau bergembira dulu seperti itu. Mengacalah, tampang kalian itu seperti apa? Kayak ondel-ondel nian pula. Tuh, mengacalah di sana,” Pangab menimpali omongan Slamet dan Antok, “pasti awak yang bakalan dapat.”

Belum ketiga sahabat itu meneruskan perdebatan yang lebih panjang, MC berkata, “sekarang matiin lampunya.”

Terus para hadirin bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu panjang umurnya…Wuni ucapkan harapan dalam hati…dan kemudian bush… lilin ditiup kencang-kencang…lilin mati. “sekarang potong kuenya,” seru MC memberikan aba-aba.

“Siap-siap untuk kecewa nTok, Ngab,” ucap Slamet.

“Ah, diem dulu!”sahut  Antok.

“Kepada sayangku Emil, silakan maju,” Wuni akhirnya berkata.

Antok, Slamet dan Pangab pun saling berpandangan. Bengong gak percaya…lho kog… yang dipilih Emil. Bukan salah satu di antara mereka. Alhasil, mereka bertiga jadi kecewa berat banget.[]

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Cerpen Cina: Tiga Remaja Lapuk Mencari Cinta

0 komentar:

Post a Comment