Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

December 22, 2014

Sinopsis 'The King's Face' Episode 9 (Bagian 2)

Sinopsis 'The King's Face' Episode 9 (Bagian 2)

Baca: sinopsis 'The King's Face' episode 9 - bagian 1.

Sinopsis 'The King's Face' Episode 9 (Bagian 2)

Kisah Romance – Seperginya Raja Seonjo dan dua pengikutnya (Kasim Song dan Kepala Keamanan), dua orang (pria dan wanita, aku belum tahu siapa namanya tapi sering muncul) anggota komunitas Daedoong berteriak jika mereka tahu tempat peminjaman uang tanpa bunga. Si wanita memekik, “Mereka tak bertanya apapun! Mereka hanya meminjamkan uang yang kau inginkan!”

“Dimana? Biar aku ikut bersamamu!” tanya si pria. Si wanita menyebutkan tempat itu ada di ...

***

Keesokan paginya, para budak yang telah terkonversi menjadi rakyat tanpa catatan budak dan hutang sudah antri rapi di sebuah tempat peminjaman. Young Shin, yang kebetulan lewat bersama Gwanghee, mengatakan, “Yang Mulia, mereka kelihatannya orang yang dibicarakan Nona Ga Hee.” Gwanghee membenarkan dan menyebutkan jika orang-orang itu berasal dari kelompok Daedoong. “Mereka layak menerima pujian,” sebutnya, “Orang yang menjadi rakyat biasa akan punya sedikit ruang bernapas dengan ini.”

Tidak berapa lama kemudian, Soo Tae muncul bersama Moo Chul yang menunjukkan keberadaan orang-orang yang memberi pinjaman tanpa bunga. Melihat hal itu, Gwanghee diikuti Young Shin menghadang mereka. “Apa yang kau lakukan?” tanya Gwanghee, “Ada apa kau ke sini? Aku yakin ini bukan wilayahmu.”

Soo Tae menjawab bila dirinya hanya ingin melihat praktik izin bisnis yang bertentangan dimana orang-orang bisa meminjam uang dan mengembalikannya tanpa bunga. Pangeran Gwanghee bertanya, “Belum cukup waktu bagimu merenungkan kesalahan, sudah berani ke sini menyebabkan keributan? Pergi sekarang juga! Kecuali kau ingin dikubur di dalam tanah lagi.” Soo Tae mengeluh kenapa pangeran Gwanghee mengancamnya, seolah-olah mereka adalah musuh. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan Soo Tae, pangeran Gwanghee memerintahkan Young Shin untuk mengambil sekop. Young Shin mengiyakan. Sehingga, Moo Chul berbisik pada Soo Tae bahwa ini waktu yang tepat bagi mereka untuk mundur.

***

Di istana, Raja Seonjo ditemani Ratu Insun yang berkata, “Paduka, Pangeran Gwanghae sungguh hebat.” Pernyataan itu seperti menusuk Raja Seonjo dengan jarum kecil di bagian kaki, tidak mematikan tapi cukup mengganggu. “Kau juga berpikir seperti itu?” tanya Raja Seonjo. Ratu Insun menjawab bahwa orang yang mengatakan itu bukan hanya dirinya, melainkan beberapa orang di istana. Mereka semua memuji Pangeran Gwanghae.

Ratu Hong Sookyung terus bertanya, “Paduka, kenapa Anda tak memanggil kembali Pangeran Gwanghae? Namanya kan sudah dibersihkan. Kenapa Anda tak memberinya hadiah?” Raja Seonjo membanting gelasnya ke meja, membuat Ratun Insoon terkejut. Ratu Hong Sookyung bertanya apa yang sudah terjadi? Raja Seonjo menjawab bahwa dirinya lelah gara-gara Insoon membicarakan politik denganmu. Ia berniat pergi, tapi Ratu Hong Sookyung menahannya dan memberikan penjelasan apa yang salah? Raja Seonjo membentak, menyuruhnya melepaskan pegangannya.

***

Ratu Hong Sookyung menangis tersedu-sedu di hadapan Ratu Ui In, yang kemudian memintanya tidak menangis. Ratu Ui In mengatakan, “Baginda adalah orang paling kesepian di dunia ini. Karena itu, tugas kita tetap berada di sisinya.” Ratu Hong Sookyung mengungkapkan bahwa dirinya teringat orang tua dan saudara hamba, jadi hamba memuji Pangeran Gwanghae. Ratu Ui In tersenyum, menyadari bahwa Ratu Hong Sookyung telah melewati saat-saat yang berat. Karena itu, ia memerintahkan Pelayan Oh untuk membawakan meja teh untuk Ratu Sookyong Hong yang bertanya apa bisa minta anggur? Hehehe... kocak ratu satu ini.  

***

Saat kembali ke tempatnya Ratu Hong Sookyung terlihat teler berat. Ia beberapa kali terhuyung-huyung. Untung para pelayan sigap menangkap tubuhnya. Go San melihatnya dan pergi menemui Ratu Hong Sookyung di tempatnya. “Nyonya, kenapa Anda berjalan di istana dalam keadaan mabuk?” tanyanya. Ratu Hong Sookyung menyebutkan bahwa dirinya hanya meminum segelas, karena ada yang menganggu hari ini. Go San mengatakan padanya untuk berhati-hati jika tidak mau diusir, membuat Ratu Hong Sookyung bertanya-tanya kenapa ia bisa diusir dari istana – toh ia adalah jimat paduka. Ia bertanya, “Profesor Go, bagaimana kabar keluargaku? Kenapa aku tak mendengar berita apapun dari mereka?” Go San tidak menjawabnya dan hanya menyuruhnya pergi tidur. Ia pergi.

Namun, Hong Sookyung menahannya dan memintanya memberitahu yang sebenarnya. Sebab, ia sudah berada di dalam istana selama tiga tahun, tapi belum sekalipun mendengar kabar tentang orang tuanya. Go San kesal, dan mendorong tubuh Hong Sookyung hingga tersungkur dan kepala bagian belakangnya terantuk meja. Apakah Hong Sookyung mati seketika? Ya.

***

Sementara itu, Raja Seonjo sedang menikmati minumannya sendirian ketika Baek Gyung datang lagi menghampirinya. “Ada apa kau kesini lagi?” tanya Raja Seonjo, yang hanya dijawab oleh Baek Gyung tentang kabar Raja Seonjo sendiri dan minta izin untuk memberi hormat, karena telah lama tidak datang memberi hormat. Raja Seonjo berkomentar jika Baek Gyung benar-benar panjang umur. “Apa kau masih hidup?

Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Baek Gyung yang balik bertanya, “Apa yang sangat mengganggu Anda, sehingga minum sendirian selarut ini?” Raja Seonjo tidak menjawab, justru balik bertanya, “Jika kau tahu, kau mau menyelesaikannya?” Baek Gyung menyatakan bahwa dirinya datang untuk memberikan informasi bahwa Raja Seonjo tak lagi memiliki waktu untuk memegang gelas anggur. Karena makhluk mistrik dari delapan propinsi Joseon sudah mulai bergerak. Mereka akan mengguncangkan langit dan bumi.

“Mengguncangkan Langit dan Bumi? Apa maksudmu?” tanya Raja Seonjo. Baek Gyung lagi-lagi tidak menjawab dan hanya mengatakan akan menuangkan segelas anggur untuknya sebelum kembali pergi. Raja Seonjo menerima tuangan itu, tapi begitu melihat isi cangkirnya adalah darah, ia membantingnya, dan terbangun dari mimpinya. Kasim Song berteriak dari luar untuk memberitahukan kedatangannya. Raja Seonjo memberi izin dan Kasim Song mengatakan, “Paduka, Selir Hong...”

***

Raja Seonjo dan Kasim Song melihat Ratu Hong Sookyung sudah tewas di kamar. Raja Seong bertanya pada tabib, “Sookyong... Apa kau berkata Sookyong Hong benar-benar meninggal?” Tabib menjelaskan bahwa tubuh Ratu Hong Sookyung masih sedikit hangat. Ia memperkirakan kematiannya baru sekitar enam jam. Raja Seonjo mengernyitkan dahi, dan bertanya apa penyebab kematiannya, apa penyakit kronis? Tabib ragu-ragu dengan jawabannya, tapi Raja Seonjo menyuruhnya mengatakan. Tabib menyebutkan racun sebagai penyebabnya.

Pelaku sebenarnya, yaitu Go San datang. Raja Seonjo yang tidak tahu kejadian sebenarnya, minta Go San menganalisa penyebab kematian Hong Sookyung, apakah benar disebabkan racun?

***

Di sisi lain, Ratu Gwi In tersenyum culas pada seorang pelayan. Ia memuji kerja bagusnya dan bertanya, “Apa Paduka memiliki keraguan?” Pelayan memberitahu jika Raja Seonjo telah menitahkan Profesor Go untuk menyelidiki. Jadi, akan segera terungkap bahwa itu bukanlah disebabkan oleh racun, melainkan keduanya nyengir. Ratu Gwi In mengingatkan pelayannya untuk merahasiakan semuanya sampai mati.

Ratu Gwi In memberikan segepok uang pada pelayannya sebelum pelayan itu pamit. “Kau melakukan banyak hal untuk pekerjaan ini,” puji Gwi In, “Kerjamu sangat bagus dengan menempatkan orang di kamar Sookyong Hong.” Pelayan itu menjawab bahwa gosip Ratu Ui In Selir Sookyong Hong akan tersebar di istana mulai sekarang.

***

Tiga orang pria kasak-kusuk di dalam istana, membicarakan isu tentang Permaisuri Ui In yang meracuni Hong Sookyung semalam. Salah seorang pria menjawab tidak mungkin. Teman dari si penggosip bertanya, “Permaisuri mengundang Selir Hong ke kamarnya semalam dan memberi dia manisan beracun.”

Terdengar suara memekik, “Benarkah itu?” Mereka bertiga menengok ke arah suara yang rupanya berasal dari suara Raja Seonjo. “Aku tanya apakah itu benar!” pekiknya.

***

PM San Hae bertanya, “Apa maksudmu? Kematian Sookyong Hong akan menjadi kesempatan kita?”

Ratu Gwi In menyeruput teh dari gelasnya dan mengatakan seolah-olah ia tidak tahu apapun, “Rumor yang aneh sedang tersebar. Kudengar Permaisuri meracuni Selir Sookyong Hong. Itu kesempatan untuk kita. Itu akan menjadi alasan untuk mendapatkan kembali buku kas dari Pangeran Gwanghae. Tuan Lee Kudengar Tuan Jung Chul sedang menyiapkan pengukuhan Pangeran Gwanghae sebagai Putra Mahkota. Ini akan mengubah posisi Putra Mahkota! Jadi, sebelum ia membuat pergerakan, kita harus membuat kesepakatan.”

***

“Kenapa kau ingin menemuiku?” tanya Pangeran Gwanghee. PM tersenyum dan mengatakan bahwa pangeran Gwanghee pasti belum mendengar beritanya bahwa Selir Hong Sookyung meninggal semalam dan diracun. Gwanghee bertanya siapa orang yang meracuni Selir Hong?

Dengan senyum licik penuh kemenangan, PM menjawab, “Itu bisa saja Permaisuri, tergantung keputusan anda, Yang Mulia.” Gwanghee berteriak mempertanyakan maksud PM apakah menuduh Permaisuri yang melakukannya? PM mengiyakan, pasalnya memang itulah gosipnya yang tersebar. “Tapi...” kata PM mengingatkan, “Jika Anda mau bekerjasama gosip itu akan mencair seperti salju.”

Gwanghee baru menyadari jika penyebaran gosip itu dilakukan untuk mengambil buku kas darinya. “Aku sangat kecewa terhadapmu, Tuan Lee,” ungkap Gwanghee, “Ayahanda takkan pernah berpikir seperti itu. Aku yakin beliau mempercayai Permaisuri.” PM nyengir dan menentukan batas waktunya jika masalah ini sebaiknya selesai sebelum jasad Selir Hong Sookyung meninggalkan istana. Gwanghee teringat kata-kata Imhae sebelumnya, 'Memiliki buku kas itu di tanganmu berarti memiliki banyak nyawa pejabat dalam tanganmu. Itu berarti kau akan berdiri di ujung pedang mereka.' Ia membatin, “Apa yang harus kulakukan? Permaisuri menjadi korban dari hal itu.”

***

Malam hari. Dengan bantuan Imhae, Gwanghee masuk ke istana Permaisuri menyamar sebagai kasim. Ratu Ui In berkata, “Kau membahayakan dirimu jauh-jauh datang kemari?” Gwanghee menjawab bila ia telah mendengar rumor yang menimpa ibundanya, jadi tak bisa tinggal diam di dalam rumah. Meski begitu, Ratu Ui In tidak ingin membuat anaknya khawatir. Ia justru meminta apapun yang terjadi, Gwanghee tidak boleh menyerahkan buku itu pada orang lain.

“Anda berada dalam bahaya karena itu,” kata Gwanghee, “Saya... Saya tak tahu harus berbuat apa.” Ratu Ui In tidak menyalahkan Gwanghee atas apapun dan justru menyalahkan dirinya sendiri, karena tidak memiliki kekuasaan yang lebih. Ia minta Gwanghee tidak melakukan apa-apa untuknya. Kecuali, ia minta Gwanghee menikah dengan putri Menteri Yoo Ja Shin – itu akan membuatnya tenang, andai kata dirinya sudah tidak bisa melindungi Gwanghee.

Ratu Ui In mengarahkan pandangannya pada Imhae dan memintanya melindungi Gwanghee. Imhae meminta Permaisuri tidak khawatir, jika dirinya menjadi Putra Mahkota takkan ada orang yang berani menyentuh Gwanghee. Seorang pelayan masuk, memberitahu bahwa Raja Seonjo sedang dalam perjalanan menuju ke kamar. Semua orang terkejut. Gwanghee masuk ke ruang rahasia.

Begitu masuk dan melihat Imhae ada di sana, Raja Seonjo bertanya apa yang dilakukan Imhae selarut ini di kamar Permaisuri? Imhae mengaku sedang menghibur permaisuri. Raja Seonjo memerintahkan Imhae pergi, karena berniat bicara pribadi padanya.

Namun, Imhae malah mengoceh bahwa gosip tentang kematian Selir Hong Sookyung diracuni Permaisuri pasti disebarkan oleh Ratu Gwi In. Ia menjelaskan jika Ratu Gwi In tak memikirkan apapun setelah saudaranya, Kim Gong Ryang, difitnah. Jadi, ia memfitnah permaisuri. “Mohon jangan dibutakan oleh hal ini dan hukum mereka!” pinta Imhae. Raja Seonjo kesal dan melampiaskannya pada Permaisuri apa kata-kata Imhae telah disetir juga olehnya? Imhae membela permaisuri bahwa itu hanyalah pendapatnya, tapi yang didapat Imhae adalah bentakan – perintah untuk meninggalkan ruangan segera.

Seperginya Imhae, Permaisuri duduk di hadapan Raja Seonjo yang kemudian mengungkapkan kekecewaannya terhadap Pemaisuri. “Bagaimana mungkin Ibu Negara ini terlibat dalam rumor mengerikan ini?” komen Raja Seonjo, “Meskipun kau tak bisa memiliki seorang anak, tapi kupikir kau layak menjadi ibu negara.” Tapi, Raja Seonjo merasa salah menilai dan bertanya kenapa Permaisuri membawa-bawa Imhae untuk menuduh Gwi In?

“Paduka, kenapa Anda tak mempercayai hamba sama sekali?” tanya Permaisuri. Raja Seonjo mengaku telah meminta dilakukan penyelidikan menyeluruh. Ia mengancam, “Jika terbukti bahwa kau adalah pelakunya. Aku takkan mengampunimu!”

Bersambung ke sinopsis 'The King's Face' episode 9 - bagian 3.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'The King's Face' Episode 9 (Bagian 2)

0 komentar:

Post a Comment