Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

March 23, 2015

Sinopsis Gakkou no Kaidan Episode 2 (Bagian 1)

Baca sebelumnya sinopsis Gakkou no Kaidan episode 1 - bagian 2.

Sinopsis Gakkou no Kaidan Episode 2 (Bagian 1)


Sinopsis Gakkou no Kaidan Episode 2 (Bagian 1)
Sinopsis Gakkou no Kaidan Episode 2 (Bagian 1)

Kisah Romance – Setelah menabuh genderang perang di sekolah sebelumnya, Tsubame pergi ke rumah Kei pagi-pagi betul. Untuk apa? Untuk meringkuk ketakutan di balik selimut. Dia ketakutan murid-murid platinum tak menerimanya sebagai teman dan menyesal telah mengatakan hal-hal gila.

Kei datang dan menarik selimut Tsubame. Dia mengoceh kenapa Tsubame datang ke rumahnya pagi-pagi banget hanya untuk meringkuk seperti kutu kayu? Tsubame sebal mendengar ucapan Kei yang terdengar sangat pedas di telinganya. “Kalau gitu, kau mau ngapain? Sekolah atau pulang dan menangis di pangkuan kakekmu?” tukas Kei pedas, “Nggak. Nggak bisa gitu. Kau kudu bangkit dan membajak sekolah!”

Tsubame menggeleng dan merasa tak bisa melakukan hal seperti itu. Kei kesal melihat tingkah Tsubame. Dia mengatakan, “Kau harus mulai dari 'desa' sendiri!” Maksud 'desa' adalah kalangan Tsubame sendiri, yakni OSIS. Tsubame harus menjadikan anak-anak OSIS teman sendiri. Lagi-lagi, Tsubame mengaku tak sanggup, sebab anak-anak OSIS lainnya terlihat lebih tenang dibanding dirinya. “Udah cepat sana. Lakukan saja!” perintah Kei mendorong Tsubame pergi, “Aku melakukannya karena CD-mu keliatan tuh!” Tsubame menjerit. Ahihihihi...

Di kejauhan, Tsubame pun melihat anak-anak rebutan masuk ke dalam bis. Alhasil, mereka tertahan di pintu masuk. Aburamori datang menyapa Tsubame. Dia juga ikutan Tsubame melihat bis yang rusak itu. Kemudian, dia berkomentar kalau bis penjemput memang ada yang rusak, jadi ada murid yang tak kebagian tempat. Mereka sadar jika itu bis terakhir. Bisa telat kalau tak kebagian tempat.

Mereka segera berlari hampiri bis. Baru tengah jalan, mereka melihat grup platinum 8 yang terdiri dari kelompok Natsuki cs dan Minami cs berjalan ke arah bis dengan angkuh. Para murid yang sudah masuk pun keluar kembali, membiarkan grup platinum 8 masuk. Bis segera berangkat dan para murid tak kebagian bis berlari cepat ke arah sekolah, termasuk Tsubame dan Aburamori.

Sesampainya di sekolah, mereka bertemu rekan sesama OSIS yang ditabrak murid lain. Tsubame dan Aburamori membantunya. Mereka pun kembali berlari ke sekolah. Di sekolahan, Tsubame merasa lapar karena belum makan apapun dari kemarin. Dia pun memilih menu satu porsi steak terbatas. Baru mau menekan tombol pemesanan, Aburamori buru-buru menahannya dan mengajak Tsubame menyingkir ketika grup platinum 8 berjalan ke arah mesin pemesanan untuk memesan steak yang diincar Tsubame.

Tsubame dan lainnya hanya bisa menelan ludah sendiri, melihat grup platinum 8 menikmati steaknya. Seorang pria gembul mengajak Tsubame membeli roti murmer (baca: murah meriah). Setelah itu, Tsubame duduk semeja dengan Aburamori dan temannya. Tsubame diinformasikan kalau steak terbatas itu hanya disediakan khusus grup platinum 8 saja. Tak cuma soal makanan saja yang menjadi hak istimewa grup platinum 8, itu mencakup bis sekolah, lift, ruang rekreasi, dll.

“Apa nggak ada yang mengeluh pada mereka?” tanya Tsubame. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Hal yang terpenting bagi mereka saat ini adalah memakai anggaran OSIS untuk meningkatkan pelayanan bis sekolah. Jika tidak, anak-anak bakalan rusuh dan membawa mereka ke “pengadilan kangguru”. Tamako mengatakan bahwa dirinya bakanru saja mendapatkan uang dari Hoshi sensei untuk meminjam bis di rental sepulang sekolah nanti. Dia titipkan uang itu Tsubame.

Ketika mau diambil oleh Tamako sepulang sekolah, uang itu tak ada lagi di dalam tas Tsubame. Ini membuat Tsubame kebingungan. Anak-anak OSIS lainnya kaget juga. Mereka mencari kemana-mana, termasuk mencari ke ruang rekreasi yang biasa dipakai grup platinum. Tetap saja tak ada. Anak-anak yang datang mengerubungi anak-anak OSIS. Mereka menanyakan uang anggaran menyewa bis yang katanya hilang. Grup platinum 8 datang dan meminta Tsubame selaku ketua bertanggung jawab penuh, yaitu: dipecat dari jabatannya, yang artinya sama saja keluar dari sekolah. Bahkan ketika itu, anak-anak OSIS lainnya mengajak voting untuk mengetahui siapa yang setuju Tsubame dipecat. Semua anak OSIS minus Aburamori tunjuk tangan.

Tsubame diketawai Kei ketika menceritakan apa yang terjadi. Kei menyuruh Tsubame harus mencarinya sekitar lima meter dari batang hidungnya untuk mencari pelaku pencurinya. Tsubame datang ke sekolah dan dicibir anak-anak yang lain dengan pertanyaan, “Kenapa kau masih datang ke sekolah?” *sakit banget pasti ini*. Dia melihat cowok gempal (anak OSIS juga) berdiri dengan kikuk di jendela dan langsung lari begitu Tsubame melihatnya.

Tsubame mengikutinya. Dia keluar kelas, dan melihat anak OSIS berkacamata yang membawa sebuah amplop cokelat lari ke ruang OSIS. Tsubame membuntutinya dan masuk ke ruang OSIS setelah cowok ini keluar. Dia mengambil di lemari amplop cokelat itu dan menemukan isinya cuman manga. Tak berapa lama kemudian, dia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah ruang OSIS. Otomatis, Tsubame bersembunyi. Dia melihat Tamako mengambil amplop cokelat yang isinya uang sewa bis dari dalam lemari. Setelah itu Tamako keluar lagi dan pergi. Tsubame membuntutinya.

Tamako pergi menemui kelompok Minami cs. Kagetlah Tsubame melihat Tamako membuat perjanjian rahasia dengan Minami cs. Dia tak menyangka Tamako tega melakukannya. Minami memberikan daftar calon Ketua OSIS potensial yang baru pada Tamako.

Di ruang OSIS, anak-anak OSIS yang lainnya sudah berkumpul. Tsubame datang dan langsung mempertanyakan semuanya pada Tamako. “Kenapa kau menipuku? Aku melihat Tamako-chan bicara dengan grup platinum 8. Kupikir kita ini teman,” tukas Tsubame dengan hati terluka. Tamako menjawab dirinya tak punya pilihan lain. Cowok gempal akhirnya mengaku bahwa dirinya hanya diperalat oleh grup platinum 8 untuk mengupayakan lengsernya Tsubame dari posisi ketua OSIS.

Cowok gempal yang belum diketahui namanya ini menjelaskan bahwa grup platinum 8 inilah yang mengontrol alokasi anggaran biaya siswa. Yah, seperti membeli meja biliar untuk ruang hiburan, sofa khusus, kursi-meja makan khusus makan steak di kantin. “OSIS ada cuman buat pelengkap dari SOP yang membosankan.”

“Kau tahu juga Aburamori?” tanya Tsubame. Aburamori mengiyakan. Sama seperti lainnya, dirinya mengaku tak punya pilihan lain. Mereka merasa tak punya pilihan lain. Tidak seperti Tsubame yang jauh lebih punya power. Tangan Tsubame mengepal. Dia tak kuasa untuk tidak melepaskan amarahnya.

Didorongnya pintu ke ruang rekreasi dan bertanya pada grup platinum 8. “Kemana uangnya?” tanyanya. Tentu saja anak-anak menye-menye ini malah menuding balik bahwa Tsubame-lah yang telah menghilangkannya. Ketika Tsubame dan grup platinum 8 saling berkonfrontasi, guru datang dan bertanya apa yang terjadi. Salah seorang member grup platinum 8 memberitahu pak guru bahwa Tsubame menuduh mereka mencuri uang OSIS. Ibuki berkata bahwa dirinya berniat untuk berkonsultasi dengan babenya. Pak guru meminta Ibuki tidak melakukannya dulu. Dia langsung mengajak Tsubame menjauh dan memintanya tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukannya sendiri.

Tsubame pergi ke tempat Kei untuk menerima wejangan pedas lagi darinya. “Akhirnya kau sadar telah dikhianati anak-anak OSIS?” tukas Kei, pedas seperti biasanya. Tsubame mengeluh “desa-nya” hancur. Kei menyuruh Tsubame melakukan sesuatu, jika tidak kekuatan Platinum 8 akan menjadi-jadi.

“Bagaimana bisa?” ucap Tsubame, memelas pucat pasi, “Semua orang mengikuti aturan yang ditetapkan Platinum 8.” Kei memerintahkan Tsubame mematahkan aturan tersebut. Dia mengambil buku panduan OSIS. Dalam buku itu, ada aturan yang menyebutkan OSIS pengatur sekolah, lembaga pembuat keputusan tertinggi siswa. Keputusan ini nantinya akan ditegakkan para anggota OSIS.

Tsubame yakin tak ada orang yang mau terlibat. Kei mengomelinya, “Terus apa yang musti kau lakukan supaya mereka bisa terlibat? Cari tahu latar belakang anggota OSIS! Apa yang  coba mereka lindungi dari kekuatan Platinum 8? Kau harus cepat, atau seluruh 'desa' akan habis tergilas!”

Pada akhirnya, Tsubame mencari informasi apa saja hal yang ingin coba dilindungi anak-anak OSIS, sehingga mereka rela mengkhianati dirinya? Dia memperhatikan Si Gempal. Diketahui Babe Si Gempal ini punya warung makan dan tengah memerintahkan Si Gempal untuk mengantarkan pesanan.

Sebelum Si Gempal pergi, Babe berpesan untuk tidak memakan makanan pesanan. “Buat apa aku memakan makanan burukmu, Be? Aku makan steak tiap hari di sekolah.” Babe agak kesal dan berjanji akan memberi Si Gempal pelajaran tentang rasa nanti. Si Gempal berseloroh bahwa dirinya akan mengakuisisi warung makan itu selepas SMA.

Setelah mencari tahu informasi tentang Si Gempal, Tsubame menemui Tamako. Dua adik Tamako membukakan pintu untuk Tsubame dan mengatakan Tamako tak ada di rumah, karena harus bekerja part-time untuk membantu meringankan beban orang tuanya yang tinggal sebelah.

Tak berapa lama kemudian, Tamako muncul. Mereka bicara di taman, di ayunan. Saat itu, Tamako bertanya apa Tsubame datang untuk mengeluh padanya tentang pengkhianatan yang dilakukannya? Tsubame mengaku hanya penasaran kenapa Tamako sampai hati melakukannya?

Tamako menjelaskan dirinya tak kuasa melawan Platinum 8. Jika itu terjadi, dia yakin Platinum 8 takkan mengakuinya. Dia khawatir hal itu akan berimbas pada kedua adiknya yang bercita-cita mengikuti jejak dirinya. Dia menyuruh Tsubame marah padanya atau melampiaskannya melalui kata-kata. Alih-alih melakukannya, Tsubame memilih diam. Itu membuat Tamako frustasi dan pergi ke dalam rumah, meninggalkan Tsubame sendiri di ayunan.

Bersambung ke sinopsis Gakkou no Kaidan episode 2 - bagian 2.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis Gakkou no Kaidan Episode 2 (Bagian 1)

0 komentar:

Post a Comment