Baca sebelumnya sinopsis Orange Marmalade episode 1.
Sinopsis Orange Marmalade Episode 2


Kisah Romance – Sambil jalan, Jaemin memikirkan Mari yang bernyanyi di kafe tadi. Dalam satu kilas balik, kita melihat percakapan Jaemin dan Pak Han. “Andai saja gadis bersuara seperti dia menjadi vokalis band kita,” tukas Pak Han. Jaemin menjawab kalau mereka bisa mendapatkannya, karena Mari bersekolah di sekolahan yang sama dengannya. “Dia si murid pindahan!” seru Jaemin.
Televisi menayangkan acara wawancara dengan vampir. Ini hal yang cukup bersejarah. Dalam penjelasannya pembawa acara mengatakan bahwa vampir hidup di lingkungan manusia dan di acara merekalah pemirsa bisa mendapatkan cerita yang cukup mengejutkan. Di tempat lain, Shihoo tengah menonton acara tersebut.
Papanya Mari, yang tengah bebenah rumah, melihat juga acara tersebut. Dia menggerutu kesal dengan acara yang makin mendiskreditkan kaumnya.


Shihoo menerima panggilan dari VCS (Vampire Control System). Dia diberitahu telah mendapatkan identitas baru – nama dan kartu identitas. “Nama barumu adalah Han Shihoo dan kau adalah murid pindahan,” tukas operator VCS. Shihoo mengatakan bahwa dirinya tidak mau sekolah lagi.
“Hingga keputusan VCS ditetapkan, kau takkan mendapatkan SPA lagi,” jelas operator. SPA adalah Sun Protection Ample, sejenis sunblock untuk vampir. Shihoo mempertanyakan kenapa itu terjadi? Operator tidak memberi jawaban memuaskan, dan hanya berharap Shihoo bekerjasama dengan baik. Shihoo melempar HP dan gelas berisi darah.
Papanya Mari terduduk, memperhatikan berita di layar TV. Dia mengeluh acara wawancara dengan vampir (Shihoo) benar-benar berita yang buruk. Terdengar bunyi bel ditekan. Begitu dibuka Papa menemukan Kang Antar Paket memberikan paket berisi SPA.


Jaemin sedang membaca buku di perpustakaan ketika tiba-tiba terdengar suara petikan gitar. Dia menemukan Mari tengah memainkan gitarnya dan melangkah mendekati Mari yang tersenyum saat menatapnya. Dari sini, Jaemin pindah ke tempat lain. Dia berada di satu tempat gelap tanpa baju. Sepasang tangan berkuku tajam menggerayangi tubuhnya. Itu tangan kepunyaan Mari.
Jaemin kembali ke perpustakaan. Dia kaget melihat penampilan Mari yang cepat berubah. Mari mengenakan pakaian hitam-hitam sensual dan memandang Jaemi dengan tatapan tajam. Melihat itu, Jaemin terdiam, kehilangan kata-katanya.
Mari mendekati Jaemin dan mendorongnya, sehingga Jaemin terduduk. Setelah itu dia duduk di atas pangkuan Jaemin. Wajah Mari mendekati wajah Jaemin, seolah ingin mencium. Jaemin pun mencengkeram meja erat-erat sambil menutup mata. Mendadak mata Mari berubah ungu dan gigi taringnya mencuat keluar. Dalam vampir mode-on, Mari berniat menghisap darah dari leher Jaemin.


Mari terbangun. Dia bermimpi buruk rupanya. Mari menatap cermin. “Kenapa denganku? Kenapa aku terus memikirkan darahnya? Aku merasa akan menjadi lebih... lebih dari sekadar monster,” gumam Mari.
Jaemin juga terbangun, karena habis bermimpi. Dia mengintip ke balik celananya yang tertutupi selimut, lalu mendesis kesal karena dia baru saja mimpi enak (basah). Hehehe... Dia pun bangun, mencuci celananya di wastafel. Berkali-kali celana itu dicuci, tapi tak kunjung bersih jua. Kesal, Jaemin membanting celana tersebut.
Jaemin duduk di sofa. Tatapannya menerawang jauh, membuktikan bahwa dia melamun. Dia menatap gitar pemberian Mama. Dalam satu kilas balik, Jaemin kecil dan Mama bermain musik bersama. Jaemin pegang gitar, Mama pegang piano. Mama memuji kepintaran Jaemin bermain gitar, terlebih musik yang dimainkannya berhasil dikuasai hanya dalam tempo sehari. Mama mengajaknya main bersama lagi. Kilas balik selesai. Jaemin teringat kembali ucapan Pak Han yang berharap Mari adalah vokalis band sekolahan.


Besok di sekolah, anak-anak heboh dengan acara wawancara dengan vampir yang ditayangkan di TV. Terganggu oleh kehebohan itu, Mari menyingkirkan dirinya pergi setelah sebelumnya mengambil dompet makan siangnya di dalam loker. Kehebohan anak-anak terhenti ketika video acara tersebut tidak bisa tersetel kembali.
Jaemin masuk ke ruangan musik. Itu ruang latihan band sekolah yang sudah lama tidak terpakai. Sementara itu, Mari yang ingin ke atap harus menelan kekecewaan karena pintu digembok. Dia memutuskan ke ruangan musik.
Jaemin memainkan gitar yang teronggok di ruangan musik. Selesai memainkannya, dia keluar, tapi terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat. Dia buru-buru ngumpet di bawah meja. Orang yang masuk ke ruangan musik adalah Mari. Dia sengaja mencari tempat sepi untuk minum darah. Setelah itu, dia meletakkan dompet darahnya di meja dan memutuskan bermain gitar.


Tanpa sengaja, dia menyenggol vas bunga yang ada di meja. Jaemin pun cepat-cepat menangkapnya. Mari kaget mengetahui ada orang di ruangan musik, terlebih orang itu adalah Jaemin. Pada akhirnya, Jaemin pun menunjukkan dirinya. “Kau bilang nggak tahu cara bermain gitar?” tanya Jaemin. Mari memilih tidak menjawab dan pergi. Jaemin menghela napas melihat sikap aneh Mari.
Di luar, Mari ingat dompet darahnya ketinggalan. Dia pun balik. Jaemin yang melihat dompet darah Mari pun ke luar ruangan musik. Melihat dompet darahnya ada pada Jaemin, Mari mendekati Jaemin untuk memintanya. Tentu saja, Jaemin tidak langsung memberikan pada Mari. Dia masih menuntut permintaan maaf lagi dari Mari.
Mari tidak peduli dan meminta Jaemin mengembalikan dompetnya. Jaemin mendengus, mengatai Mari memperlakukan manusia bak debu. Tiba-tiba, dia menawarkan Mari gabung dengan band sekolah! Mari merebut dompetnya dari tangan Jaemin, menolak dan pergi. Jaemin bertanya-tanya kenapa sikap Mari sedemikian aneh padanya? Dia berbalik dan kaget saat melihat Pak Han yang berdiri memperhatikan tidak jauh darinya.


Di toilet, Mari menandaskan menu makan siangnya. Dia berpikir band sekolah tidak terdengar buruk juga.
Pak Han tersenyum saat berdiri di dekat jendela. Dalam satu kilas balik, kita melihat Jaemin mengatakan pada Pak Han akan coba membentuk band sekolah dengan syarat diizinkan secara bebas memilih vokalisnya. Kilas balik selesai. Pak Han tersenyum senang. Dengan begitu, itu berarti Jaemin mau main gitar lagi. Dia mendesis, “Baek Mari...” Tidak lama kemudian, dia ditelpon VCS.
Shihoo berada di rumahnya, duduk di balik sofa dan mengerang kesakitan. Sewaktu beranjak untuk mengambil darah, Shihoo berteriak kesakitan saat sinar matahari memapar tubuhnya. Dengan jelas kita melihat tubuh Shihoo terluka terpapar sinar matahari. Ini gara-gara dia tidak mendapatkan SPA.


Tidak lama, Pak Han datang. Dia kaget menemukan Shihoo menggelepar di lantai. Segera, dia membantu Shihoo dan menutup jendela rapat-rapat. Dia memberikan darah untuk Shihoo dan menutupi tubuh Shihoo dengan jaket. Dia mengatakan luka di tubuh vampir akibat paparan sinar matahari sulit disembuhkan.
Pak Han menyayangkan apa yang Shihoo lakukan. Dia berceramah kalau hidup sebagai vampir di tengah-tengah lingkungan itu benar-benar menyulitkan. Andai saja Shihoo mau mengikuti apa yang VCS instruksikan. “Berhentilah menceramahiku!” pekik Shihoo, “Kenapa kau selalu coba mengajariku?” Pak Han terdiam. Dia menyuntikkan SPA pada Shihoo dan memintanya berangkat sekolah.
Mamanya Mari menyuntikkan SPA pada Mari. Setelah selesai, Mari langsung berangkat ke sekolah. Dia tidak sarapan dengan alasan terlambat. Mama mengomelinya, tapi Mari tetap memakai tas dan jaketnya untuk kemudian langsung pergi.


Mama melihat dompet makan siang Mari ketinggalan. Dia buru-buru memanggil Papa untuk menyusul Mari. Papa mengejar Mari dengan tergopoh-gopoh. Mari berhenti. Papa memberikan dompet makan siang itu dan bertanya kenapa Mari tidak makan malam dan sarapan seperti biasanya? Apa ada yang salah? Papa mengingatkan supaya vampir tetap fit, maka Mari harus minum darah sedikitnya dua kali setiap harinya. Mari mengangguk dan segera pergi.
Di ruang guru, Pak Han mengucapkan terima kasih kepada Ahra karena Papanya Ahra telah menyumbangkan alat-alat musik untuk sekolah. Dia tahu mendapatkan alat-alat musik untuk sekolah merupakan hal yang sulit. “Oiya, kau dekat dengan Baek Mari?” tanya Pak Han, “Jika kau dekat dengannya, maukah kau mengajaknya gabung di band sekolah?” Ahra terdiam. Dia betul-betul terkejut sekaligus kesal, terlebih saat Mari hendak didapuk sebagai vokalis band sekolah. Dia makin kesal saat tahu jika itu syarat dari Jaemin jika band sekolah hendak didirikan kembali.
Jam istirahat, Mari yang mau mengambil makan siangnya dimintai tolong oleh Soori untuk mengangkut beberapa barang yang diperlukan dalam kompetisi sekolah ke dalam mobil. Bahkan, dia ikut mengantar barangnya.


Ahra sampai di kelas dan iseng-iseng membuka loker Mari, membuka dompet makan siang. Ketika dia hanya menemukan beberapa wadah jus tomat, Ahra memasukkan kembali ke dalam tanpa curiga apa-apa. Dia mengganti kode gembok loker Mari untuk menjahilinya.
Mari dan teman-teman yang mengantar barang kembali ke sekolah. Sementara teman-teman lainnya akan mampir makan pizza dulu, dia bergegas ke sekolah. Sesampainya di sekolah, dia langsung menuju lokernya untuk mengambil makan siangnya. Karena kode gembok loker sudah diganti, pintu tentu saja tidak bisa dibuka. Mari memanik.
Mari keluar kelas dengan langkah terhuyung-huyung. Seluruh tubuhnya melemas. Dia berniat pulang. Jaemin mendekati saat melihat Mari berjalan terhuyung-huyung di lorong kelas. Dia pun memanggilnya. Mari berpikir ada bau darah yang sangat manis dan lezat di dekatnya.


Kehilangan kesadarannya, Mari mendekati Jaemin dan memeluk Jaemin. Dia akan mengisap darah dari leher Jaemin. Tingkah Mari membuat Jaemin mematung. Sementara murid-murid lain melihat aksi pelukan mereka dengan tatapan kaget. Untung saja, Mari ingat mimpinya. Segera dia tersadar dan mendorong jauh tubuh Jaemin. Karena tubuhnya begitu lemas, Mari akan terjatuh. Jaemin menangkapnya. Murid-murid lainnya histeris jejeritan melihat Jaemin memeluk Mari. Ahra yang datang tak lama kemudian kaget melihat itu semua.
Mari menjauh dari Jaemin dan bergegas pergi. Namun, langkahnya tertahan oleh Shihoo. Di situlah Mari benar-benar pingsan. Shihoo membopong Mari ke UKS. Jaemin yang melihat aksi heroik Shihoo terlihat tidak senang. Ahra juga tidak senang melihat Jaemin memperhatikan Mari.
Di ruang UKS, Shihoo memberikan darah binatang kemasan pada Mari. Dengan rakus, Mari meminum darah itu. Shihoo memintanya minum perlahan-lahan, karena takut Mari kena gangguan pencernaan. Jika itu terjadi, tidak ada obatnya.


Mari lega akhirnya bisa makan, setelah semalaman tidak makan. Shihoo heran kenapa Mari diet? Aturan dasar bagi vampir adalah mengonsumsi darah setiap dua belas jam. Mari membentak Shihoo karena menyinggung-nyinggung soal vampir. Shihoo menenangkan bahwa tidak ada orang lain yang mendengar mereka.
Shihoo duduk di sebelah Mari. Dia bertanya apa jadinya Mari jika dirinya tadi tidak ada? “Kau sangat bersyukur kan?” tanya Shihoo. Mari mengangguk membenarkan. Dia bertanya bagaimana Shihoo bisa mengenalinya? Ternyata Shihoo dan Mari adalah teman lama.
Shihoo bilang bahwa dirinya bisa dengan mudah mengenali Mari, karena pernah berbagi darah sebelumnya. Dalam satu kilas balik, kita diperlihatkan Shihoo-Mari kecil berbagi darah dalam satu mangkuk. Kilas balik selesai. Mari memandangi Shihoo tajam. Shihoo membersihkan bibir Mari untuk mengalihkan topik pembicaraan, meskipun dalam hati dia melonjak kegirangan telah dipertemukan kembali dengan Mari. Diam-diam, Shihoo tersenyum.


Mari ditegur Pak Guru Olahraga karena tidak memakai seragam olahraga. Dia beralasan lokernya tidak bisa dibuka. “Oh itu alasan bagus, tapi bau... bau kebohongan!” ucap Pak Guru Olahraga. Dia minta Ahra untuk mengecek loker Mari. Ya, karena Ahra yang menjahili lokernya Mari sebelumnya, jelas dengan mudah dia bisa membukanya dan mengambil seragam olahraga milik Mari.
Melihat Ahra bisa mengambil seragam olahraga milik Mari, Pak Guru Olahraga murka. Dia merasa dianggap culun oleh Mari yang membohonginya. Well, dia pun memberi Mari hukuman lari keliling lapangan. Jaemin dan Shihoo terlihat sebal Mari dihukum.
Setelah memakai seragam olahraga, Mari lari keliling lapangan. Tiba-tiba Shihoo ikut bergabung. Dia berkata Mari pandai berakting. Mari kesal, tapi menjawab bahwa dirinya hanya berusaha keras terlihat normal. “Hah normal katamu?” Shihoo terkekeh. Dia justru menilai Mari itu bodoh. Soalnya, Mari membiarkan di-bully oleh teman-temannya. “Kau pikir kenapa mereka mempermainkanmu? Tapi kau malah setuju menjalankan hukuman seolah kau yang bersalah. Ah, andai Pak Guru Olahraga tahu, bisa gila dia. Baek Mari adalah vampir yang takkan terpengaruh hanya karena diminta lari keliling lapangan seratus kali!” Mari kesal dengan sikap sok tahu Shihoo.


Melihat keduanya lari bersama, anak-anak memperhatikan mereka. Shihoo bahkan diberi julukan oleh mereka sebagai “pria yang bisa memecahkan situasi sulit untuk wanita”. Soori juga terkagum-kagum oleh Shihoo yang bentuk tubuhnya menyerupai model.
Mari sadar anak-anak memperhatikan mereka. Dia menyuruh Shihoo pergi. Bukannya pergi, Shihoo malah menggoda Mari dengan memegang wajah Mari. “Lihatlah keringatmu ini!”
Shihoo menyuruh Mari untuk pingsan, karena terlihat lebih natural. Mari tidak peduli. Dia mengoleskan sesuatu di wajahnya supaya terlihat berkeringat. Shihoo terkekeh. “Uwaaa, kau bahkan sudah memikirkan keringat?” tanyanya tak percaya. Shihoo minta juga dioleskan keringat yang sama. Mari menolak, tapi Shihoo memaksa. Dipegangnya tangan Mari. Dia mengoleskan sendiri wajahnya dengan tangannya Mari itu.


Salah seorang teman Ahra berpikir sebelumnya Mari terlihat pingsan dan harus dibawa ke UKS, tapi sekarang Mari tampak baik-baik saja. Dia berpikir Mari berakting dan berbohong. Jaemin yang melihat Mari-Shihoo bersama terlihat terbakar api cemburu. Bumsung salah lihat, mengira Shihoo-Mari bercumbu.
Selesai meneteskan beberapa keringat buatan di wajahnya, Shi Hoo berkata, “Bukan cuma kau saja yang berkeringat? Aku juga berkeringat nih.”
Kedekatan Mari-Shihoo, membuat Jaein pergi dari lapangan dengan kesal. Bumsung mendengus, memaki Shihoo di kejauhan, berharap Shihoo tidak berani mendekati Ahra.


Sekembalinya ke kelas, Mari menemukan teman-temannya berkasak-kusuk. Dia tidak mempedulikan itu dan berjalan menuju lokernya. Ahra juga membuka loker dan berteriak kalau seragam olahraganya terkena bercak merah. Seorang temannya, namanya Aekyung, memeriksanya. Dia menyimpulkan bercak merah itu adalah jus tomat dan menuding Mari sebagai pelakunya, karena hanya Mari yang diketahui suka jus tomat.
Aekyung ini minta loker Mari dicek. Dia ingin membandingkan warna, kepekatan, dan bentuk bercak merah yang ada di seragam olahraga Ahra samakah dengan jus tomat milik Mari. Shihoo-Jaemin kesal. Keduanya barengan beranjak dari bangkunya.
Shihoo-Jaemin saling tatap. Tapi Shihoo memberikan kesempatan pada Jaemin lebih dulu untuk menyelesaikan keadaan. Jaemin maju. Dia berlogika kalau selain makan siang dan pelajaran olahraga semua orang di kelas, sementara Mari lari keliling lapangan. “Jadi kapan dia melakukan itu? Dia menegaskan pelakunya bukanlah Mari”


Aekyung bertanya kalau bukan Mari terus siapa? Shihoo berdiri dan menawarkan diri sebagai pelaku. Dia mengeluarkan jus tomat dan anggur dari sakunya. Dia menatap Jaemin tajam sambil mendekati Ahra. “Maaf,” kata Shihoo, “Tapi kau terlihat cantik saat terkejut begitu.” Kata-kata itu membuat anak-anak histeris, begitu so sweet.
Waktu Shihoo ingin meninggalkan kelas, Ahra memanggilnya untuk menanyakan apa alasan Shihoo yang melakukannya? Shihoo mengaku bahwa dia tertarik pada Ahra. Pernyataan palsu Shihoo mengundang pekik histeris dari anak-anak. Bumsung kesal melihat tingkah Shihoo.
Sesudahnya semua anak bubar. Mari mengunci lokernya, terus duduk di bangkunya. Dia menatap Jaemin. Ahra tampak tidak senang dengan itu.


Bubaran sekolah, Mari sengaja menunggu Jaemin di gerbang sekolah. Eh begitu Jaemin muncul hanya lewat begitu saja tanpa menyapa Mari. Urunglah Mari untuk berbincang dengan Jaemin. Sepertinya Jaemin masih cemburu soal kedekatan Mari-Shihoo tadi.
Tidak lama Ahra mendekati Jaemin dan lagi-lagi coba mengajaknya nonton konser. Dia beralasan tidak bisa menemukan orang lain untuk diajak. Jaemin terdiam sebentar, tampak berpikir, lalu mengiyakan.
Shihoo mendekati Mari yang tengah melamun. Bahkan ketika dia menggerak-gerakkan tangannya di depan muka Mari – tampak Mari seolah berada jauh dalam dirinya.


Ahra senang bisa nonton konser bersama Jaemin. Jaemin hanya tersenyum kecil mendengarnya. Ahra bertanya-tanya apa gitaris band yang konsernya akan mereka tonton itu terkenal? Jaemin tidak menanggapi ucapan Ahra, karena mata dan pikirannya teralih pada Mari yang pulang bersama Shihoo.
Hingga di kereta sekalipun, Mari masih terus melamun. Melihat Mari yang tidak semangat, Shihoo bertanya apa Mari dekat dengan Jaemin? Mari menjawab tidak dan mengenakan earphone-nya. Shihoo tahu, itu artinya Mari tidak ingin bicara atau ditanyai apapun. “Nama orang itu Jung Jaemin juga,” tukasnya lirih.
Dalam satu kilas balik, kita melihat Shihoo kecil hadir dalam pernikahan pamannya, Pak Han. Setelah mengucapkan selamat pada Pak Han, Shihoo kecil pergi. Dia melihat seorang anak sebayanya, Jaemin kecil, berdiri di balik pohon. Shihoo tahu namanya Jaemin dari name tag di bajunya. Saat itu, Jaemin membuang bunga pernikahan yang tersemat di bahunya. Dia tidak suka Mamanya kawin lagi.


Jaemin kecil bermain gitar di taman. Tanpa sengaja Shihoo melihat Jaemin. Dia memilih bangku di depan Jaemin. Sebentar dia melihat gaya Jaemin bermain gitar. Setelah itu dia memainkan gitarnya sendiri. Suara dari gitar yang dimainkan Shihoo membuat Jaemin terganggu. Dia mengatakan, “Maukah kau kuceritakan rahasia yang menakutkan? Hari ini, Mamaku kawin dengan vampir.” Kilas balik selesai.
Ahra dan Jaemin pergi bareng nonton konser. Untuk mengisi kebekuan selama perjalanan, Ahra mengajak Jaemin untuk gabung dengan bang sekolah, karena Papanya akan menghibahkan alat-alat musik terbaik. “Sudah lama aku tidak main gitar, mungkin nanti tanganku gemetaran,” sahut Jaemin.
Ahra menyemangati Jaemin. Dia bilang jangan menghabiskan waktu sekolah untuk hanya belajar saja, karena tidak bisa membuat kenangan yang menyenangkan setelah SMA berakhir. “Jika kau tidak bergabung dengan band sekolah sekarang. Kau takkan bisa melakukannya lagi kelak, pikirkan itu!” kata Ahra, “Jika sekarang kau tak melakukannya, kesempatan akan hilang. Selamanya!”


Jaemin terdiam. Pikirannya mengingat Mari. Dia mengatakan, “Kau benar. Bila aku tidak melakukannya sekarang, maka selamanya aku takkan bisa melakukannya.” Ahran senang pendapatnya diakui Jaemin. Lalu, Jaemin meminta maaf pada Ahra tidak bisa nonton konser bersama sekarang. Ada satu hal mendesak yang jauh, jauh, jauh lebih pentin. Dia minta Pak Sopir berhenti, dan segera pergi naik taksi. Ahra hanya menatap kepergian Jaemin dengan kesal tanpa bisa berbuat apa-apa.
Mari pulang ke rumah. Dia heran kenapa Shihoo terus membuntutinya. Pada akhirnya dia berhenti dan menegur Shihoo. Dia minta Shihoo berhenti mengikutinya. Tapi, Shihoo menjawab kalau salah Mari sendiri jalan menuju arah rumahnya. Dia pun berjalan pergi sambil bilang, “Itu prasangka yang buruk!” Dia merasa buruk dituding telah men-stalker Mari.
Mari yang penasaran bertanya pada Shihoo apa rumah Shihoo benar-benar melewati jalan yang mereka lewati? Shihoo mengiyakan, lalu mengeluh mulutnya sakit karena menjawab berkali-kali. “Sejak kapan?” tanya Mari. Belum sempat Shihoo menjawab, mereka sudah sampai dekat rumah Mari.


Shihoo menghentikan langkahnya demi melihat Jaemin berdiri di depan rumah Mari. Mari sendiri juga kaget. Jaemin menoleh dan menemukan Mari tengah bersama Shihoo. Sejenak Jaemin-Shihoo saling bertatapan. Jaemin melangkah menghampiri Mari dan Shihoo melangkah pergi. Baru beberapa langkah, Shihoo berhenti – sepertinya kepo mau tahu apa yang Mari-Jaemin bicarakan.
Jaemin tidak tahan lagi. Dia memberitahu alasan kenapa Mari harus minta maaf padanya. Mari terdiam. “Akan kubuat kau mengingatnya!” ucapnya tegas. Setelah itu, dia mendekati Mari dan mengisap leher Mari. Ingatan Mari muncul. Dia ingat pernah melakukan hal serupa di kereta pada Jaemin. Di saat bersamaan, Shihoo berbalik dan melihat apa yang Jaemin lakukan terhadap Mari. Dia pun kaget. Mari telah berubah menjadi vampir mode-on.
Bersambung ke sinopsis Orange Marmalade episode 3.
Komentar:
Well, episode dua ini masih sama seperti episode sebelumnya, masih belum ada greget, menurutku. Meski begitu, para tokoh utama sudah bertemu dan berkumpul, tinggal bagaimana konflik utamanya berkembang, apakah akan mengetengahkan konflik segi empat atau konflik vampir-manusianya menonjol? Ah daripada menebak-nebak, silakan kelanjutannya saja ya.
0 komentar:
Post a Comment