Sinopsis drama Korea, film, artis Korea, k-pop, k-movie, dan k-drama

August 1, 2014

Sinopsis It's Okay, That's Love Episode 1

Prolog

Full pic menyusul

Seorang tawanan bernama Jang Jae Bum [YANG IK-JUNE] tampak keluar dari penjara. Para napi lainnya riuh memekikkan namanya.

link, recap, synopsis, sinopsis, drama korea, k-drama, 2014, It's Ok, That's Love, Gwaenchana, Sarangiya, 괜찮아, 사랑이야, Zo In-Sung, Kong Hyo-Jin, episode 1.
link, recap, synopsis, sinopsis, drama korea, k-drama, 2014, It's Ok, That's Love, Gwaenchana, Sarangiya, 괜찮아, 사랑이야, Zo In-Sung, Kong Hyo-Jin, episode 1.

Dalam sebuah pesta-kolam, Jang Jae Yul [ZO IN-SUNG] mencium wanita cantik yang berdiri di sebelahnya. Aksinya dihentikan Jang Jae Bum, napi yang baru keluar dari bui itu. Jae Yul berbalik. Bogem mentah segera dilayangkan Jae Bum. Hal ini membuat Jae Yul terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah. Jerit histeris para wanita berbikini terdengar memekakkan telinga. Tapi, Jae Bum tidak peduli. Dia langsung menusuk punggung kanan Jae Yul. Tusukan itu membuat Jae Yul terkapar. Beberapa pria segera menghalau Jae Bum dan meringkusnya. Jae Yul tersenyum melihat Jae Bum. Lirih dia berkata, "Hyung. Kenapa sih si bodoh itu?" Jae Yul kemudian pingsan.

*

Ji Hae Soo [KONG HYO-JIN] membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah jadi, dia duduk manis di depan tv. Menonton saluran berita yang memberitakan tentang penyerangan terhadap penulis beken bernama Jae Yul. Penulis itu diserang Jae Bum, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri. Hakim memutuskan memberi hukuman 30 bulan terhadap Jae Bum. Hae Soo mendecak kesal. Soalnya, gara-gara ini pasti buku baru Jae Yul akan ditunda launchingnya. Dia pun mematikan tv.

Dari dapur terdengar suara seorang pria. Nada suara dan kata-katanya menunjukkan kalau dia kesal dengan kelakuan Hae Soo. Terutama soal makanan. "Hei, mangkuk serealmu ketinggalan di sini? kau biarkan di sini biar aku yang menaruhnya di belakang? Aku ini 'homemate'-mu dan seniormu, bukan pembantumu! Jika kau pikir disini rumah anjing yang kau tempati sendiri, lebih baik kau pikirkan lagi," pria itu berceloteh panjang lebar. Hae Soo tidak menggubrisnya dan langsung ke kamar atas, kamar Park Soo Kwang [LEE KWANG SOO].

Ketika Hae Soo membuka pintu, tampak Soo Kwang sedang tertidur di kamarnya yang berantakan. Pria yang memarahi Hae Soo menyusul ke kamar Soo Kwang. Dia melihat kamar Soo Kwang berantakan - lantai penuh tisu. Dia menjelaskan kepada Hae Soo kalau tisu itu untuk mengelap ingus. Soalnya, Soo Kwang sedang pilek. Hae Soo tidak peduli. Dia berlalu dari kamar sambil menutup pintu. Pria itu kemudian mengambil tisu dari tangan Soo Kwang satu per satu. Di sana dia juga menemukan buku berjudul Silent of Love karya Jang Jae Yul. Pria itu bertanya bisa-bisa Soo Kwang menangis gara-gara membaca buku itu. Soo Kwang yang terbangun tersenyum, dan meminta pria itu membacanya. Setelah itu baru komentar lagi.

*

26 bulan kemudian...

Seorang wanita mengeluh pada Jae Yul yang baru selesai mandi. Wanita itu meminta supaya Jae Yul membangunkannya dengan sentuhan tangannya, bukan dengan menyetel musik keras dan membuka jendela. "Oiya, Tae Woong tadi menelepon. Dia bilang dia akan mencari tempat tinggal," kata wanita itu, "Jika tidak ketemu dalam minggu ini, aku bilang aku akan pindah dari tempatnya." Jae Yul kemudian memeluk wanita itu dari belakang. Memberinya ketenangan. Setelah itu, Jae Yul mengungkapkan bahwa dia mau pergi ke acara talkshow.

Seperginya Jae Yul, wanita itu menerima telpon dari seseorang. "Bukuku, kenapa?" tanya wanita itu.

*

Hae Soo sedang memandangi seorang pasien bersama rekan dokter lain. Tiba-tiba, seseorang pria dari keluarga pasien datang dan langsung mencak-mencak. Pria ini marah karena pasien telah melakukan operasi transgender. "Dia seharusnya gak disini! Dia harusnya dibawa ke psikiater!" pekik pria itu membanting-banting tubuh pasien Hae Soo. Sementara itu, Hae Soo dan rekan dokter lainnya diam saja. Tapi Hae Soo akhirnya bersuara bahwa pasien itu harus mendapat pengobatan dulu baru dibawa ke psikiater. Hae Soo dan rekan dokter pergi dari ruangan. Meninggalkan pria itu berteriak di belakang mereka.

Hae Soo mendapat informasi bahwa pasiennya adalah pria yang melakukan operasi transgender tiga tahun silam. Pasien itu sudah bolak-balik masuk rs selama dua tahun. Sepanjang itu, tiga kakaknya memukulinya terus, mengatainya gila, bahkan kesurupan setan. Hae Soo meminta pasien itu dipindahkan ke bagian psikiater. "Bilang pada mereka, suruh bawa dia ke psikiater. Pastikan transfer dia ke departemen kita. Jika tetap di sini, dia akan mati," kata Hae Soo. Dokter yang bicara pada Hae Soo segera menjalankan titahnya.

Hae Soo berbalik menatap tiga dokter juniornya. Dia bertanya dalam situasi seperti ini apa yang harus dilakukan. "Kami harus buat history talking-nya. Terutama, tentang masa kecil, remaja, dan gender mereka..." sahu dokter junior yang berdiri di tengah. Hae Soo mengatakan kalau itulah yang dilakukan dokter magang. Dia beralih pada dokter junior lainnya. Dokter itu menjawab, "Biarkan saja dia. Memangnya yang dilakukan wanita itu salah? Toh, ketika operasi transgender, dia gak punya masalah psikologis. Kecuali, Disorder Identity Gender. Para dokter pasti sudah memberitahunya. Dia dioperasi setelah konfirmasi itu." Temannya dokter junior itu mengimbuhi, "Benar. Menjadi gay bukan masalah psikologis. Tapi, masalah yang dibuat karena pilihan mereka. Semua dokter psikologis di dunia sudah menyimpulkan itu dan menghapusnya dari daftar penyakit psikologis." Hae Soo mengambil papan tulis kecil dan memukul kepala kedua juniornya. Dia mengingatkan kalau dia tahu itu semua. Tapi pasien mereka ini dipukuli, jadi wajar bila pasien bersikap seperti sekarang ini. Diam dan kaku. Hidup segan mati tak mau! "Jadi, perlukah kita berkonsultasi dengan pasien?" tanya Hae Soo. Tiga dokter junior mengiyakan. Hae Soo kemudian menyuruh mereka pergi. Melakukan apa yang harus mereka lakukan.

Pria yang memarahi Hae Soo tadi, dikenal dengan panggilan Sunbae Jo, menghubungi Hae Soo. Sunbae Jo meminta Hae Soo datang ke acara talkshow. Menggantikan dirinya. Soalnya, dia ada acara lain. Hae Soo tahu kalau Sunbae Jo sedang berbaring di ranjang. Ketahuan, Sunbae Jo menjelaskan kalau dia harus memberikan sesuatu dulu pada istrinya. Maklum, Sunbae Jo berhubungan jarak jauh dengan istrinya. Untuk bertemu saja butuh waktu naik pesawat dua jam. [Jadi, Sunbae Jo mau ihuk-ihuk dulu, hihihi...]

Setelah telpon ditutup, Hae Soo melihat pasiennya dibawa kabur seseorang. Dia mengejarnya sambil memanggil-manggil nama pasien. "Yang Soo Min!" Tapi pasien itu terus melarikan diri.

*

Ketika Sunbae Jo sedang melakukan sesuatu di balik selimutnya, Soo Kwang membuka pintu. Dia kaget melihat Sunbae Jo sedang ihuk-ihuk dengan istrinya. Penyakit Soo Kwang pun kumat. Sunbae Jo membuka selimut dan menemukan Soo Kwang ada di pintu sedang terserang gangguan Tourette. Sunbae Jo menjelaskan pada istrinya untuk menunggu beberapa menit.

*

Sebelum masuk ke mobil, wanita yang membawa Yang Soo Min mengatakan bahwa Soo Min tidak mau dirawat di rs. Yah, meskipun Hae Soo mengatakan itu berbahaya, tetap saja mereka berdua pergi. Tidak ada yang bisa dilakukan Hae Soo.

Hae Soo kemudian mendapat telpon dari pacarnya yang memintanya datang ke acara. Hae Soo diam beberapa saat dan mendesah. Dia kemudian mengatakan akan melakukannya.

*

Seorang wanita bertanya pada pacarnya Hae Soo. "Sunbae, bagaimana?" tanyanya. Pacarnya Hae Soo mengatakan bahwa Hae Soo akan datang. Wanita imut cantik itu lega mendengarnya. Kemudian, mengajak pacarnya Hae Soo ke tempat yang tersembunyi. Di sana mereka berciuman. Ketika berada dalam gelombang gairah panas, sebuah cahaya dari ponsel mengganggu mereka. Ternyata yang mengganggu adalah Jae Yul. Wanita imut cantik yang ciuman dengan pacarnya Hae Soo langsung kabur. Jae Yul kemudian pergi, setelah mengaku salah masuk ruangan. Kesal jadinya pacarnya Hae Soo.

*

Semua orang program sibuk mempersiapkan tayangan live tersebut. Termasuk pacarnya Hae Soo dan wanita imut cantik yang ciuman sama dia. Wanita imut cantik itu meminta izin keluar menemui Hae Soo yang sudah datang. Setelah mendapat izin, dia langsung menemui Hae Soo yang baru masuk. Sambil menuju ke ruangan Jae Yul, mereka berdua berbincang. Hae Soo mengungkapkan kalau dia adalah penggemar Jae Yul. Tapi dia mengeluh karena sudah tiga tahun terakhir, Jae Yul hanya menulis tentang cerita horor thriller.

Sesampainya di ruangan, Jae Yul sedang dimake-up. Wanita imut cantik segera memperkenalkan dirinya sebagai Lee Min Young kepada Jae Yul. Dia kemudian memperkenalkan Hae Soo kepada Jae Yul yang akan melakukan talkshow bersama. "Oh, kupikir kau ini pria. Ternyata wanita," kata Jae Yul. Hae Soo bertanya apa Jae Yul kecewa dengan itu. Jae Yul mengatakan tidak. Tapi, mulai merayu dengan mengatakan kalau dia takut tidak bisa fokus. Karena Hae Soo terlalu cantik. Hahaha...

Lee Min Young pun mengajak Hae Soo keluar, setelah mengatakan supaya Jae Yul bersiap dalam 30 menit lagi. Hae Soo keluar, tapi sebelum menutup pintu dia memperhatikan Jae Yul. Terutama, mata Jae Yul yang bisa dilihat lewat cermin. Mata Jae Yul tampak memandang belahan payudara penata riasnya. [Kebayang kan karakter Jae Yul seperti apa? Hehehe.]

*

Hae Soo dan Jae Yul menunggu di dekat pintu masuk. Mereka menunggu pembawa acara memanggil mereka. Jae Yul bertanya apa Hae Soo nervous sekarang ini? Jika memang benar seperti itu, Jae Yul menyarankan Hae Soo untuk menenangkan diri. Menarik napas lewat hidung, keluarkan lewat mulut. Hae Soo menyuruh Jae Yul untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri. Jae Yul tersenyum. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Kau sepertinya marah? Jika iya, maafkanlah aku."

Pembawa acara pun memanggil mereka berdua. Jae Yul dan Hae Soo berjalan keluar. Musik menguar-nguar di udara diiringi tepuk tangan penonton. Kegugupan Hae Soo terlihat ketika kakinya tersandung. Musik dan tepuk tangan berhenti sesaat. Setelah Hae Soo berdiri, musik dan tepuk tangan berlanjut. Hae Soo duduk di salah satu kursi dan melihat Jae Yul memandanginya. Jae Yul mengedipkan sebelah matanya pada Hae Soo. Wajah Hae Soo tampak kacau. Dia bergumam pada dirinya kalau Jae Yul menyebalkan. Berani-beraninya menggodanya. Ketika itu, Hae Soo melihat bila Jae Yul terlihat penuh pesona dan percaya diri.

Ketika talkshow dimulai, Hae Soo dan Jae Yul saling menyerang satu sama lain. Mereka ingin membuktikan siapa lebih unggul. Atau Jae Yul hanya "meledek" Hae Soo dengan menyinggung sisi profesionalitasnya sebagai psikiater? Entahlah. [Berikut ini pembicaraan mereka. Kesulitan menangkap pembicaraan mereka, membuatku menjadikan talkshow dialog saja ya. Oke, let's see]

Hae Soo: "Sebenarnya sepenuhnya bukan kesalahan mereka. Semuanya dimulai dari penyakit psikologis..."

Jae Yul: "Ini kejahatan yang disebabkan gangguan jiwa. Jika kalian membaca kekerasan seksual dalam bukuku, pemerkosa dibunuh dengan cara yang sama saat membunuh korbannya. Semua gadis dicabik-cabik. Lalu dia meninggal seperti itu juga."

Hae Soo: "Bukankah itu cuma kejahatan lain?"

Jae Yul: "Kejahatan atau tidak, biar Jaksa yang memutuskan."

Hae Soo terlihat kesal melihat Jae Yul.

Jae Yul: "Sebagai seorang penulis, kupikir itu bukan gangguan jiwa yang parah. Guru Ji Hae Soo, sebelum kau mengetahui tentang pemerkosa, kupikir lebih baik kau, memastikan pengakuan para korban perkosaan. Bagaimana menurutmu?"

Wajah Hae Soo tampak manyun. Penonton bertepuk tangan, terutama seorang pria berkaos putih. Jae Yul menengok pada pria itu dan mengangkat bahu.

Jae Yul: "Dari bahasan ini, aku cuma ingin semuanya tahu betapa lemahnya manusia itu. Jadi, bahasan ini bisa memberitahu kita seberapa banyak ruang yang kita butuhkan sebagai manusia."

Hae Soo bete mendengar penjelasan Jae Yul. Pembawa acara bertanya apa mereka bisa menipu para psikiater dengan pura-pura depresi, misalnya? Hae Soo mengiyakan. Tapi, dia menegaskan bahwa di tangan psikiater bergelar seperti dirinya maka hal itu tak bisa dilakukan. Jae Yul menggaruk-garuk kepalanya. Berpikir. Jae Yul kemudian menyatakan bahwa menipu psikiater itu sulit. Kecuali, orang itu secerdas dirinya. Hae Soo kesal mendengar pernyataan itu.

Jae Yul: "Jika aku pasienmu, kupikir aku bisa menipumu. Sama seperti cara atlet yang menghindari tes doping. Kupikir aku pasti bisa menghindari tes darah atau electroencephalography."

Emosi Hae Soo tersulut. Dia mengungkapkan, "Kau pikir psikiater itu apa? Atau kau pikir psikiater cuma aku?" Semua orang bertepuk tangan.

*

Pacar Hae Soo yang ada di dalam ruang pantau siaran juga mengungkapkan kalau talkshow berjalan seperti diharapkan. Seru! *otak orang tv*

*

Sementara itu Sunbae Jo dan Soo Kwang sedang menonton talkshow itu di dalam mobil. Mereka tertawa-tawa.

*

Pembawa acara meminta Jae Yul untuk hati-hati bicara. Jae Yul tertawa. Dia mengalah. "Oke, aku kalah. Mana berani aku melawan psikiater? Aku akan duduk di sini sebagai penulis yang diabaikan saja." Kemudian, dia pun meminta maaf kepada semua psikiater se-Korea. Karena, dia hanyalah penulis yang tidak tahu tentang psikologi. Hae Soo geram menatap tingkah Jae Yul yang sok.

Pembawa acara kemudian bertanya, "Dalam kehidupan, ada kehendak yang murni ingin menyakiti dan yang cuma kehendak belaka? Dalam diskusi panas ini, apa ada cara untuk membuktikannya?" Jae Yul mengataan ada.

Jae Yul: "Selama hidup, orang pasti punya keinginan menyakiti orang lain. Ada yang ingin memukul orang, menyumpahi orang, atau membunuh orang?"

Tampak di antara penonton banyak yang mengangkat tangannya. Seorang pria berkaos bintang berdiri ragu-ragu. Jae Yul menatapnya dan mengedipkan satu matanya. Pria itu jadi mantap mengangkat tangannya. Jae Yul meminta pendapat Hae Soo.

Hae Soo: "Bagi kalian yang mengangkat tangan. Jika kalian memang sungguh ingin memukul seseorang, tolong berdiri."

Beberapa orang duduk. Hae Soo bertanya lagi, "Maka, seperti di dalam buku fiksinya Jang Jae Yul, tetap berdiri jika kalian ingin memukul orang dengan kapak.
Yang tidak, silakan duduk."

Semua orang pun terduduk. Hae Soo menjelaskan bahwa dorongan psikologis ini hanyalah kehendak manusia belaka. Bukan obsesi. Dia kemudian mengambil contoh lagi dengan menggunakan hasrat seksual yang ditulis Jae Yul.

Jae Yul: "Bagi para pria di sini. Jika ada wanita yang lewat, wanita yang tak kau kenal. Kau tiba-tiba merasa terangsang dengan wanita itu. Tutupi saja wajahmu jika malu, lalu berdiri."

Beberapa orang pria berdiri. Jae Yul menyatakan dirinya bisa menang. Tapi, itu dipatahkan Hae Soo lagi ketika dia meminta yang berdiri apa ingin menyerang wanita, siapapun mereka, secara seksual. Tak ada pria berdiri.

Hae Soo: "Siapapun pasti punya pikiran menakutkan terhadap siapapun. Tapi, semua itu belum tentu mengarah ke tindakan. Sama seperti yang dibuktikan penonton, karena kontrol diri..."

Jae Yul memotong. Dia mengatakan bahwa ceritaku sama sekali tidak salah. "Baru saja terbukti, kehendak bukan masalah utamanya. Tapi, tindakan tetap bisa saja terjadi. Bukuku cuma menunjukkan karakter yang berpikir begitu," ungkap Jae Yul, "Bukuku gak salah. Kau menganggap bukuku berbahaya dan kejam kan?"

Hae Soo sadar kalau semua ini hanyalah permainan Jae Yul. Dia menggeleng memaki pelan.

*

Sunbae Jo dan Soo Kwang mematikan tv hapenya. Dia tidak menerima kekalahan Hae Soo.

*

Jae Yul meminta penonton untuk bertepuk tangan pada Hae Soo. Dia mendekatkan tubuh pada Hae Soo seraya berbisik, "Terima kasih. Bukuku akan banyak dijual karenamu."

Hae Soo bergumam kalau Jae Yul bukanlah penulis. Tapi cuma penjual buku saja. Dia kemudian meminta penonton untuk membaca buku Jae Yul untuk bersenang-senang. Tapi tetap berpikiran positif pada semua orang. Hae Soo kemudian memberikan persoalan terakhir. "Di dalam sini, mereka bilang, setiap orang akan mati. Penyerang berbohong pada korban, bilang kalau kalian akan bisa hidup. Jika kalian memilih 1, yang bertulis 'aku hidup'."

Pembawa acara memotong, bagaimana jika korban tidak memilih. Hae Soo mengatakan itu tidak bisa. Soalnya, korban harus memilih. "Mana yang kau pilih?" tanya Hae Soo kepada Jae Yul. Lama Jae Yul menatap kertas yang dipegang Hae Soo. Jawabannya pun di luar dugaan. Jae Yul meminta Hae Soo menghubunginya bila sudah mendapat jawaban. Penonton heboh. Mereka berteriak, "Pacaran! Pacaran! pacaran!" Jae Yul tersenyum. Sementara Hae Soo memberikan jawaban logisnya.

Hae Soo: "Sebagai kesimpulan, korbannya harus selamat. Setiap kali hidup kita sulit. Kita selalu berpikir, tidak ada cara untuk hidup. Sama seperti semua orang di sini yang gak tahu jawabannya. Tapi, seorang psikiater sepertiku, gak akan memberimu jawabannya. Setiap kesulitan, pasti ada harapan dibaliknya. Seperti tokoh utama dalam buku penulis Jang, entah kau punya masalah kecil, atau masalah besar, saat hatimu terluka atau ketika hatimu membeku. Datang ke psikiater, adalah salah satu harapan yang bisa kau miliki untuk bertahan hidup. Terima kasih."

Pembawa acara pun meminta penonton bertepuk tangan. Semua orang bertepuk tangan. Para penonton kemudian meminta tandatangan Jae Yul. Sementara Hae Soo bersiap pergi, Jae Yul memanggil, meminta waktu psikiater itu bicara. Namun, Hae Soo tidak menggubrisnya. Dia tetap pergi dengan wajah sedikit ditekuk. Pacarnya Hae Soo, yang sebelumnya bercium dengan Min Young, langsung membuntuti Hae Soo. Dia mengajak Hae Soo minum di kedai kopi. Hae Soo menampiknya dengan alasan departemennya di rs lagi kacau.

Hae Soo menyegat taksi. Pacarnya mengingatkan kalau 300 hari jadian mereka sebentar lagi. Dia sudah memesan hotel untuk mereka. Pada hari itu, dia memastikan Hae Soo tak bisa lagi lari darinya. "Kau ingat janjimu, kan?" tanya pacarnya. Hae Soo berbalik, melemparkan senyuman. Kemudian mengangguk. Setelah itu dia menyegat taksi. Ketika masuk di dalam taksi, Jae Yul muncul. Meminta Hae Soo menunggunya. Tapi, Hae Soo justru meminta sopir untuk cepat berangkat. Jae Yul memanggil - apa daya taksi yang membawa Hae Soo sudah pergi. Jae Yul mendekati Produser Choi (pacarnya Hae Soo). Tanpa basa-basi, Jae Yul meminta nomor telpon Hae Soo.

Produser Choi tersenyum. Dia berkata, "Wah, aku bisa mati kalau melakukan itu. Soalnya, dia punya pacar." Jae Yul tersenyum. Dia merasa yakin Hae Soo takkan melakukan itu. "Wanita itu, tidak pernah memproduksi hormon oksitosin cinta darinya," ucap Jae Yul, "Dia sangat kejam. Aku cuma menyarankanmu." Jae Yul pergi meninggalkan Produser Choi sambil senyam-senyum sendiri.

*

Di dalam taksi, Hae Soo tersenyum mengingat tingkah Jae Yul. Dia bergumam, "Dia pasti punya gangguan kepribadian, yang berpikir matahari memutarinya."

*

Hae Soo tampak berkumpul dengan Sunbae Joo dan teman-teman dokternya dalam suatu pertemuan. Sunbae Ho Gul menceritakan alasan Sunbae Jo mau menjadi psikiater. Itu karena Sunbae Jo takut sama darah. Hae Soo menyuruh wanita di sebelahnya untuk menyelamatkan Sunbae Jo dari ocehan Ho Gul. Wanita di sebelah Hae Soo mengernyitkan dahi dan bertanya, "Kenapa aku?" Hae Soo mengungkapkan jika Sunbae Ho Gul tidak menguak sisi lain Sunbae Jo. Maka, Hae Soo berjanji yang akan menguaknya. Sunbae Jo berdiri. Dia bersulang untuk mereka. "Senang melihat kalian semua, hoobae! Pastikan kalian memilih jurusan psikiatri," kata Sunbae Jo. Para Hoobae mengangkat gelas mereka.

Sunbae Ho Gul mengoceh lagi, "Hei Junior! Kalian nggak tahu kan, kalau dia dan dia, bercerai? Kalian harus melihat mereka bertengkar saat mereka bersama. Si psikiater bodoh ini bilang begini saat di rs, 'Kau ini psiko ya?!' 'Apa kau terbelakang mental?!' Mereka pun bertengkar dan berteriak. Setelah kejadian itu, mereka dihubungi supervisor mereka dan harus menghadiri konseling selama 1 tahun. Konseling mereka bilang, 'Aku menjadikanmu dokter agar kau bisa menyembuhkan pasien gila, tapi justru kau yang gila?'"

Sunbae Jo bangun dan menyiramkan minumannya ke wajah Sunbae Ho Gul. Tampaknya, Sunbae Jo menganggap ocehan Sunbae Ho Gul kelewat batas. Semua orang terdiam. Terpana. Hae Soo pamit pada wanita di sebelahnya. Dia pergi, dan menghubungi Soo Kwang.

Masih di tempat kumpulan, Sunbae Ho Gul berdiri. Dia menantang Sunbae Jo. "Benar. aku, memang begitu, dan hatiku terluka. Aku menerima konseling. Memangnya kenapa?!" pekik Sunbae Jo, nada suaranya tinggi, "Kau dokter bedah... Memangnya kau tidak akan kena kanker mentang kau menyembuhkan kanker? Dan kau, dokter penyakit dalam kau tidak kena pilek karena kau menyembuhkan pasien pilek? Hei, ahli bedah saraf, kalian juga bisa kena kanker otak."

Seorang teman mengingatkan Sunbae Jo supaya tidak perlu menanggapi Sunbae Ho Gul. Soalnya, belakangan ini Sunbae Ho Gul memang agak "sakit". Sebodo dengan itu, Sunbae Jo terus mengoceh, "Brengsek kau, dia dan aku memang bercerai, dan hati kami juga terluka! Kau suka mengorek dan mengejek luka orang lain? Jika kau kena kanker, dan aku berteriak, 'ada dokter yang kena kanker!' Puas?!"

Seseorang kemudian memberitahu Sunbae Jo bahwa Sunbae Ho Gul punya kanker perut. Sunbae Jo tersentak. Dia tidak tahu harus berkata apa. Mereka berdua, Sunbae Jo dan Sunbae Ho Gul, bicara di luar. Sunbae Jo meminta maaf, sebab dia benar-benar tidak tahu tentang penyakit Sunbae Ho Gul. Dia kemudian mengingatkan Sunbae Ho Gul, "Kau... kau kan kena kanker, tapi kau minum alkohol." Sunbae Ho Gul menjawab kalau dia hanya minum sebotol saja.

"Kankernya belum menyebar?" tanya Sunbae Jo lagi. Sunbae Ho Gul menjawab kalau dirinya masih beruntung. Kanker perut yang dideritanya masih dalam tahap awal. Bila dioperasi, tanpa kemotrapi, dia masih bisa hidup. "Lokasi tumornya juga bagus," ucap Sunbae Ho Gul.

Sunbae Jo berkata, "Sialan, kau menakutiku saja! Jantungku hampir berhenti nih!" Dia kemudian merebut botol minuman yang dipegang Sunbae Ho Gul. Tapi, setelah Sunbae Ho Gul mengatakan bahwa dia digugat cerai istrinya, Sunbae Jo memberikannya kembali. Ha. Sunbae Jo menyuruh minum. Sunbae Ho Gul mengungkapkan bahwa dia lebih baik mati daripada bercerai. Sunbae Jo kembali menyuruh minum.

Hae Soo dan Soo Kwang tampak menikmati alunan musik yang dimainkan DJ. Terlebih Soo Kwang, yang menikmatinya dengan berjoget bersama beberapa wanita. Hae Soo menenggak 'air surga' langsung dari botolnya. Di sisi agak berjauhan dari Hae Soo dan Soo Kwang, tampak Jae Yul sedang menelpon. Dia menuju ke meja bar. Bartender wanita memberikan satu gelas minuman khusus untuknya, gratis. Karena, bukunya Jae Yul terbit lagi. Setelah mengucapkan terima kasih, Jae Yul bertanya kepada bartender wanita itu, "Oh, kau lihat orang dari penerbitku?" Bartender itu mengaku tidak melihatnya. Beberapa orang wanita kemudian menyapa Jae Yul. Mereka agak histeris melihat Jae Yul ada di kafe yang sama dengan mereka. Bartender memberikan wanita-wanita tersebut minuman gratis - dari Jae Yul.

Jae Yul kemudian membalikkan tubuh. Dia seperti mencari-cari seseorang. Tapi, matanya justru menangkap Hae Soo yang sedang joget di kejauhan. Jae Yul membalikkan tubuh menghadap bartender lagi. Dia mengambil satu buah yang sudah diberi tusukan gigi. Ketika mencaploknya, Jae Yul tersenyum. Entah apa maksudnya.

*

Di sebuah percetakan tiga orang sedang memeriksa buku berjudul The Recipe for Meatatarian. Mereka memberi tanda beberapa kalimat dari dalam buku. Mereka mengeluh karena buku itu banyak plagiatnya. Yang diubah hanya jenis kelamin dan settingnya saja. Juga mengubahnya dari thriller tradisional ke thriller komik. Yang wanita menukas, "Dia sudah gila ya? Beraninya dia menyalin semuanya?" Salah seorang di antara dua pria kemudian meminta untuk memanggil pengacara dan Jae Yul. Si wanita kemudian menambahi supaya buku itu dihentikan dari peredaran.

*

Jae Yul membawa dua botol minuman dan mendekati Hae Soo. Setelah dekat, dia langsung memberikan botol minuman itu pada Jae Yul. Hae Soo diam, mengetahui siapa yang datang. Dia kemudian menunjukkan botolnya dan pergi. Jae Yul mengikutinya dan memintanya berhenti. Dia memberikan jawaban atas pertanyaan Hae Soo di talkshow. "Pilihanku, satu ini. Jika satu ini membunuhmu, berarti yang di mulutku, 'kau hidup'. Jawaban dari pertanyaan jebakanmu, adalah jawaban tipuan." Hae Soo mengucap bingo! dan berniat pergi. Tapi Jae Yul menahannya. Hae Soo melihat lengannya yang dipegang Jae Yul. Mengetahui ada kesalahan, Jae Yul mengangkat tangannya.

Ketika itu seorang pria berteriak pada Hae Soo. Segera setelah, si pria maju dan menendang Hae Soo hingga terjatuh ke tangga. Pria itu menghampiri Hae Soo, berteriak tidak mau kembali ke rs. Dia mengambil tempat sampah besi dan ingin menghantamkan Hae Soo. Jae Yul segera bergerak dan menendang pria berbahaya itu. Jadilah, Jae Yul berhadapan dengan pria itu. Hae Soo mengangkat vas kaca dan memukulkannya ke punggung Jae Yul. Tersungkurlah Jae Yul. Pria itu kemudian lari. Hae Soo sekilas melihat leher Jae Yul berdarah. Tapi, dia memutuskan pergi mengejar pria itu. Jae Yul juga langsung ikut mengejar.

Terjadilah kejar-kejaran di antara mereka. Pria itu menyeberang jalan sembarangan. Begitu pula dengan Hae Soo, setelah meminta dua orang yang bersamanya untuk menghubungi keluarga pria yang dikejarnya. Jae Yul juga. Bahkan seorang sopir memakinya. Tapi, dia mengenali Jae Yul. Karena itu, Jae Yul meminjam mobilnya sebentar.

Byun Suk kemudian menaiki taksi yang sedang ditinggal sopirnya ke toko. Hae Soo melihat itu dan memanggilnya dengan sia-sia. Jae Yul tiba dan memberi Hae Soo tumpangan. Hae Soo meminta Jae Yul mengejar taksi yang dibawa oleh Byun Suk - pasien sakit jiwa. Karena, ada kemungkinan Byun Suk itu akan membuat kecelakaan. Jae Yul menginjak pedal gas. Mereka berangkat mendekati taksi yang dibawa Byun Suk.

Sambil mengemudi, Jae Yul bertanya, "Jika orang itu pasien sakit jiwa, terus apa kau normal?" Hae Soo meminta Jae Yul untuk percaya kalau dia normal sambil menunggu telpon diangkat. Ketika telpon yang dituju diangkat, Hae Soo langsung menjelaskan Byun Suk mengendarai taksi. Dia mengingatkan dokter yang ditelponnya untuk membawa haloperidol atau lorazepam. Jae Yul heran kalau orang sakit jiwa kenapa bisa pandai mengemudi. Pasti orang itu pembalap komen Jae Yul. Taksi yang dibawa pasien Hae Soo pun menuju ke Kyungkkido.

Pacar Byun Suk pun menghubungi Hae Soo. Dia menjelaskan kalau Byun Suk tidak meminum obat yang diresepkan padanya dan tidak gesek (you know what I mean :D). Byun Suk pun mengarahkan taksinya ke turunan di mana akhirnya adalah jurang. Jae Yul kesal meminta Hae Soo berpegangan erat. Jae Yul menginjak pedal gas dan ketika sudah menyamai taksi Byun Suk, dia langsung menyerempet Byun Suk ke sisi kiri. Sehingga, mobil yang mereka kendarai berputar-putar beberapa kali sebelum akhirnya berhenti.

Tim medis yang dihubungi Hae Soo pun tiba dan membawa Byun Suk kembali. Setelah tim pergi, Jae Yul mengaku kalau mobil yang dikendarainya kehabisan bensin. Sambil menahan sakit tangan kirinya, Hae Soo menghubungi 119. Dia memberitahu ada pria yang cedera di kepalanya. Jae Yul tertawa melihat kepintaran Hae Soo dalam membual. Padahal, Hae Soo mengucapkan kenyataan. Hanya Jae Yul saja yang tidak mengetahuinya. Hae Soo meminta Jae Yul menutup mata. Dia merobek baju dalamnya untuk membalut kepala Jae Yul. Setelah selesai Hae Soo meminta Jae Yul membuka matanya dan mengobati luka Jae Yul. Saat itu, Jae Yul belum sadar ada luka di kepalanya. Ketika akhirnya menyadari ada luka di kepalanya, Jae Yul justru menyadari kalau tangan kiri Hae Soo terluka. "Kau kenapa?" tanya Jae Yul. Hae Soo menjelaskan jika tangannya terasa sakit setelah ditendang Byun Suk. Lalu, Hae Soo pingsan.

Jae Yul tersenyum. Tak ada yang bisa diperbuatnya. Mau tak mau, dia harus berjalan kaki sambil menggendong Hae Soo. Di tengah jalan, Jae Yul kelelahan. Dia akhirnya pingsan. Berduaan dengan Hae Soo.

Baca kelanjutannya di sinopsis Korean drama It's Okay, That's Love episode 2.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis It's Okay, That's Love Episode 1

2 komentar:

  1. itu di dramanya gak ada subtitle sama sekali. sinopsis kakak membantu banget... thank's kak!!
    oh iya itu si gangwoo manggil jaeyeol apaan sih?? kaya nim nim gitu!

    ReplyDelete
  2. kayaknya di episode 1 sunbae jo belum ketemu sama jae yul deh.

    ReplyDelete