Sinopsis Secret Door Episode 6 Part 2
Baca dulu sebelumnya sinopsis Secret Door episode 6 part 1. Putri Hyegyeong menyentuh pernak-pernik yang diberikan Pangeran Sun. Namun kemudian dia menutup pernak-pernik itu dan mengatakan kepada dirinya bahwa pernak-pernik itu tidaklah berguna karena Pangeran Sun memberikannya tanpa perasaan apapun. Dayang meminta Putri Hyegyeong memperlihatkan perasaannya supaya Pangeran Sun mengetahuinya, tapi Hyegyeong tidak mau melakukan itu."Ratu tidak mengemis hati rajanya. Dialah orang yang membantu raja," kata Putri Hyegyeong menahan kesedihan.
Pangeran Sun pergi menemui Park Mun Su malam itu, memerintahkan untuk mengirimkan obat pada Ibunya Heung Bok yang sedang sakit. Hal tersebut tidak bisa dia lakukan sendiri lantaran itu hanya akan memancing keributan saja.
Tapi, rupanya Park Mun Su sudah bergerak terlebih dulu dengan mengirimkan tabib pada Ibunya Heung Bok. Pangeran Sun mengucapkan terima kasih atas secara tulus atas apa yang Park Mun Su lakukan - sesuatu yang Pangeran Sun sendiri tidak bisa melakukannya.
Park Mun Sun kemudian bertanya, apakah Pangeran Sun tetap berniat melakukan investigasinya - sebuah pertanyaan yang didasari atas perasaan khawatir akan keselamatan Pangeran? Pangeran Sun tidak memberitahu apa-apa. Dia hanya meminta Park Mun Su tidak berpikir terlalu jauh supaya bisa tetap melayaninya dan raja dalam waktu yang lama.
PM Kim tampak menemui Raja Yeongjo sekali lagi, di mana dirinya ditawari semangkuk sup ginseng. Raja Yeongjo mengingatkan PM Kim tentang raja sebelumnya, dan mendesak PM Kim untuk menghabiskan sup ginseng tersebut.
Jelas, PM Kim mencurigai sup ginseng itu beracun, karena itu dia menolaknya dengan halus. Namun Raja Yeongjo menegaskan jika PM Kim tidak ingin meminum sup ginseng itu, maka seharusnya PM Kim sudah melakukan apa yang diperintahkannya: membawa kepala orang yang melukai Pangeran Sun!
PM Kim meminta Raja Yeongjo bersabar, sebab dirinya memang sama sekali belum berniat membunuh si pembunuh. PM Kim menyebutkan posisi si pembunuh dan mereka adalah 1-1. Salah langkah, dengan membunuh si pembunuh, maka dokumen rahasia bisa jatuh ke tangan Sorong. Raja Yeongjo tampak ketakutan.
Beberapa saat kemudian, bersama kepala kasimnya, Raja Yeongjo tertawa seperti orang gila.
Ketika menemui raja, Park Mun Su menemukan Raja Yeongjo tengah menundukkan kepalanya di atas baskom air. Emosi Raja Yeongjo labil dengan tanda dia masih tertawa kala mencuci telinganya. Namun, begitu berbalik menghadap Park Mun Su, Raja Yeongjo terlihat ketakutan.
Dia mendekati Park Mun Su dan berbisik - memanggil nama depannya bak seorang teman lama, "Bantu aku. Selamatkan aku, Mun Su." Park Mun Su mencelos begitu Raja Yeongjo menyebutkan soal dokumen rahasia lagi, dan mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak bisa membantu Raja Yeongjo dengan itu. Raja Yeongjo menggenggam tangan Park Mun Su dan memohon kepada orang yang dianggapnya sebagai teman sejak tiga puluh tahun lalu untuk menyelamatkannya sekali lagi.
Park Mun Su memanggil nama Raja Yeongjo dengan nama saat masih pangeran, Yeoningun. Dia mengatakan jika ini merupakan permintaan Yeoningun tiga puluh tahun lalu, maka dia akan menghormatinya.
Kini, kita akan kembali ke masa tiga puluh tahun silam, tepatnya tahun 1724, tahun di mana Raja Gyeongjong wafat dan Raja Yeongjo naik takhta. Saat itu, Soron masih berkuasa di Joseon dan Raja Yeongjo masih bergelar pangeran-bupati. Para guru kerajaan menyatakan takkan memberikan pelajaran kepada sang pangeran mulai hari ini. Mereka memandang Yeongjo rendahan dan tidak layak untuk menduduki takhta kerajaan.
Saat Yeongjo datang ke ruang pelajaran, semua gurunya bangkit dan keluar meninggalkannya seorang diri. Hanya Park Mun Su yang hati nuraninya terketuk dan kembali untuk melihat di mana Yeongjo membuka buku sendirian tampak begitu kesepian. Park Mun Su menutup pintu dan kembali ke kursinya.
Yeongjo kemudian mengucapkan terima kasih kepada Park Mun Su karena masih mau tetap tinggal. "Tidak ditinggal sendiri merupakan kenyamanan besar," kata Yeongjo. Park Mun Su mengatakan bahwa semua orang menyebut Yeongjo pendosa. Yeongjo tidak menyangkal tuduhan itu, bahkan dia mengakui secara terbuka telah menjadi putra mahkota atas dukungan Noron - yang secara lahiriah melawan saudaranya sendiri, Raja Gyeongjong.
Park Mun Su kemudian mengatakan bahwa Yeongjo bisa saja menolak dukungan Noron. Tapi Yeongjo mengatakan bahwa dirinya tak bisa melakukannya, lebih tepatnya tidak ingin, "Karena aku mau hidup!" Yeongjo pun menangis dan mengakui bahwa Ibunya, Lady Choi, ikut bertanggung jawab terhadap kematian Jang Heebin. (Lady Choi merupakan salah satu hamba paling rendaha Ratu Inhyun yang kemudian menjadi selir Raja Sukchong. Dia adalah orang yang memberitahu Raja Sukchong tentang kejahatan Jang Heebin, yang kemudian menjadi penyebab dihukum-mati dirinya. Jang Heebin adalah Ibu dari Raja Gyeongjong, sehingga Ibunya sendirilah, Lady Choi, yang telah membuat mereka berdua bermusuhan - Gyeongjong dan Yeongjo).
Yeongjo menangis dan mengatakan bahwa satu-satunya cara dirinya bisa bertahan hidup adalah dengan menduduki takhta kerajaan. Namun, Yeongjo bisa berpikir jernih jika yang dilakukannya itu salah. Sebab, semua orang yang berdiri bersamanya tewas dalam pembersihan.
Yeongjo mengatakan dengan nada gemetar, "Bahkan jika pakaian kerajaanku harus dirobek dariku. Bahkan jika aku mati di tangan mereka. Aku tetap mau menjalankan tugasku sebagai putra mahkota. Aku tetap mau seperti ini sampai akhir. Itulah satu-satunya cita-citaku." Yeongjo kemudian menyeka air matanya.
Kembali ke masa kini, Park Mun Su mengatakan bahwa Raja Yeongjo seharusnya mengatakan yang sebenarnya padanya dan meminta bantuannya. Bukannya malah jadi boneka Noron. Raja Yeongjo terkekeh dan berteriak jika dirinya melakukan itu, sudah pasti, Park Mun Su akan diekskusi dengan tuduhan pengkhianat oleh teman-temannya dari kelompok Soron sendiri saat itu.
Raja Yeongjo menambahkan, dengan demikian, dirinya takkan pernah menduduki singgasana, walaupun dia bersumpah bahwa ini semua bukan demi kekuasaannya sendiri.
Raja Yeongjo meminta Park Mun Su mengingat semua cita-cita untuk memiliki negara impian. Dan bagaimana dokumen rahasia itu bisa mengakhiri pertumpahan darah. Hebatnya, Raja Yeongjo masih bersimpati kepada rakyat ketika mengomel.
Park Mun Su tertegun sesaat, kemudian mengakui bahwa dirinya telah ditipu oleh air mata yang sama selama tiga puluh tahun terakhir, yang masih tertipu oleh mereka dan menemukan dirinya ingin ditipu. Raja Yeongjo membiarkan air matanya meleleh saat itu, dan menangis di bahu Park Mun Su untuk meminta penyelamatannya sekali ini saja.
Begitu ditinggal pergi oleh Park Mun Su, Raja Yeongjo kembali duduk di singgasananya. Dia terlihat sangat tenang untuk seseorang yang sebelumnya berurai air mata.
Salah seorang dayang istana diam-diam mencuri sesuatu dari ruang Pangeran Sun: pisau! Hal ini sepertinya tidak disadari untuk sekarang.
Kasim Pangeran Sun senang melihat Ji Dam pulang ke gibang dalam keadaan aman. Tapi, wajahnya terlihat cemas begitu petugas Byun bersama anak buahnya menggerebek gibang.
Di istana, Pangeran Sun melihat buku sketsa Heung Bok dan menemukan karakter huruf Cina di setiap lukisan yang dibuat Heung Bok. Penasihat Chae memberitahu jika itu karakter huruf Cina, tapi Pangeran Sun mengatakan jika itu bukanlah karakter huruf Cina melainkan googyul (kata atau frasa tertentu yang ditulis di bawah karakter Cina untuk tujuan tata bahasa). Mendadak Pangeran Sun menyadari jika hwabutado bukanlah pisau. Mereka berdua kemudian pergi ke biro lukisan kerajaan, dan Shadow mengawasi gerak-gerik mereka.
Petugas Byun dan anak buahnya mengobrak-abrik gibang demi menemukan Ji Dam, dan anak buahnya menemukan Ji Dam bersembunyi di belakang. Ji Dam pura-pura tidak tahu ketika mereka membandingkannya dengan lukisan wajah Ji Dam biasanya. Woon Shim menyatakan bahwa gisaengnya takkan pernah menjadi seorang buronan.
Petugas Byun tidak bisa berdebat lebih jauh, walaupun masih curiga. Jadi dia membiarkan semua gisaeng kembali ke tempatnya, kecuali Ji Dam. Dia meminta Ji Dam, jika benar-benar seorang gisaeng, untuk melayani nafsunya malam ini. Woon Shim dan Ji Dam terjebak dalam kebohongan mereka sendiri sekarang. Pun begitu, Ji Dam mengambil keputusan, meskipun membayangkan bulu romanya merinding ketika disentuh Petugas Byun, Ji Dam setuju untuk melayaninya. Woon Shim agak ngeri mengetahui hal tersebut.
Petugas Byun - Ji Dam sudah ada di sebuah kamar. Di mana Petugas Byun menandaskan minumannya ditemani Ji Dam yang merinding ketakutan. Ketika Petugas Byun mulai meraba tubuh Ji Dam, mendadak pintu kamar terbuka tepat pada waktunya. Orang yang membukanya adalah Woon Shim yang menyatakan bahwa gibang ditutup malam ini. Ji Dam melihat ke arah Woon Shim dengan perasaan lega.
Petugas Byun keluar sambil menggerutu. Ketika dia berniat mencari tahu apa yang terjadi... dia menemukan Pangeran Sun sudah berdiri di luar. Petugas Byun segera berlutut, dan Pangeran Sun membuatnya berdiri. Dia berusaha tidak membuat Petugas Byun curiga tentang apa yang dilakukannya di gibang malam-malam dengan pura-pura bosan berada di istana dan harus mencari petualangan lain. Pangeran Sun tertawa bahwa dirinya pasti akan bersenang-senang dengan para gadis malam ini.
Kemudian Pangeran Sun menyuruh Petugas Byun pergi, untuk kemudian pergi mencari Ji Dam. Sementara itu Ji Dam sendiri masih duduk di depan kamar ketika Pangeran Sun menghampirinya. Tangan Ji Dam masih gemetar ketakutan. Pangeran Sun bertanya apakah Ji Dam baik-baik saja? Ji Dam pura-pura menguatkan wajahnya, dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Pangeran Sun menatapnya dengan penuh penyesalan dan mengatakannya dengan lembut, "Maafkan aku." Namun Ji Dam tidak menggubrisnya dan bertanya bagaimana proses penyelidikan yang dilakukan Pangeran Sun? Rasa penasaran Ji Dam mengalahkan semuanya. Pangeran Sun tak bisa menahan senyumnya lagi.
Pangeran Sun berkata dengan gembira bahwa dia akhirnya tahu apa arti hwabutado. Kemudian, dia mengajak Ji Dam untuk ikut bersamanya ke biro lukisan kerajaan, sekaligus memberitahu bahwa gibang tidak lagi aman bagi Ji Dam.
Sementara itu Shadow memberi laporan kepada PM Kim bahwa Pangeran Sun makin dekat dengan kebenaran. PM Kim memberi pisau yang dicurinya dari kamar Pangeran Sun kepada Shadow. PM Kim berniat menyingkirkan Ji Dam dan Pangeran Sun sekaligus dalam satu serangan.
Shadow kemudian memerintahkan anak buahnya bergerak. Dan tidak begitu lama anak buah Shadow menemukan Pangeran Sun dan Ji Dam yang baru saja keluar dari gibang. Beruntung Pangeran Sun memperlengkapi dirinya dengan pedang, sehingga dia bisa melindungi Ji Dam saat perkelahian tak bisa dihindari lagi.
Ji Dam sendiri membantu Pangeran Sun dengan melempari musuh apapun yang bisa didapat tangannya. Lalu, Ji Dam berada dalam kondisi terpojok ketika seorang anak buah Shadow sudah mengangkat pedang dan bersiap menyayatnya. Pangeran Sun berusaha menyelamatkannya, tapi sepertinya ada bantuan dari kelompok lain, sehingga Pangeran Sun - Ji Dam memiliki kesempatan melarikan diri.
Saat kabur, Pangeran Sun bertanya-tanya siapa lawan dan siapa kawan? Kita pun melihat dari kejauhan kepala kasim Raja Yeongjo tengah mengawasi gerak-gerik mereka.
Mereka pun mencapai biro lukisan kerajaan di mana kemudian segera mencari gambar. Pangeran Sun menjelaskan bahwa hwabutado, jika diterjemahkan, mengacu pada lukisan yang merekam kejadian besar di kerajaan. Pangeran Sun terus mencari gambar yang dicarinya - gambar yang dibuat Heung Bok untuk kali terakhirnya.
Di saat bersamaan, Raja Yeongjo mendapat laporan bahwa Pangeran Sun telah menemukan jawabannya di sebuah lukisan.
Pangeran Sun kemudian menemukan lukisan kerajaan yang dibuat Heung Bok persis sebelum dibunuh. Lalu, Pangeran Sun mengatakan bahwa pelaku pembunuhan Heung Bok ada di lukisan itu. Dia pun menyusuri lukisan itu dan mengatakan, "Pelakunya adalah..."
Bersambung ke sinopsis drama Korea Secret Door episode 7.
0 komentar:
Post a Comment