Sebelumnya baca dulu sinopsis Angel Eyes episode 16.
Sinopsis Angel Eyes Episode 17
Dong Joo yang merasa "mentok" dengan cinta dan perasaannya memilih untuk mundur. Karena itu, dia berniat hengkang untuk kali keduanya ke Boston dan nggak akan pernah kembali lagi. Sebelum pergi, Dong Joo pamitan kepada ayah angkatnya untuk terakhir kalinya. Namun baru keluar ruang perawatan, Dong Joo mendengar suara jatuh. Dong Joo membuka pintu ruangan dan menemukan ayah angkatnya sudah ada di lantai dengan beberapa benda yang pecah berantakan.
Ketika Dong Joo hendak melakukan sesuatu, Jae Beom menunjuk-nunjuk laci. Itu karena dia ingin meminta Dong Joo untuk membuka laci. Waktu Dong Joo membukanya, dia menemukan mp3 yang biasa Dong Joo - Soo Wan gunakan menyimpan pesan-pesan mereka. Dong Joo pun mengambil mp3 itu. Dan Jae Beom menyuruh Dong Joo untuk menyimpan itu di kantong jaketnya. Setelah itu, Jae Beom memegang kepala Dong Joo untuk meminta menjaga Soo Wan. Nyawa Jae Beom pun melayang.
Dong Joo buru-buru menghubungi dokter jaga. Sambil menunggu kedatangan dokter jaga, Dong Joo melakukan CPR kepada Jae Beom. Nggak berapa lama kemudian, Ji Won dan dua perawat datang. Ji Won memberikan bantuan, sementara Dong Joo memerintahkan perawat untuk menaikkan alat pengejut jantung hingga 150 joules. Perawat menuruti permintaan Dong Joo. Setelah siap, perawat memberikan alat pengejut jantung kepada Dong Joo. Ji Won menyingkir untuk memberikan Dong Joo kesempatan mengejutkan jantung Jae Beom. Dada Jae Beom pun berguncang sewaktu Dong Joo menempelkan kedua alat pengejut jantung ke dada Jae Beom. Setelahnya Ji Won melakukan CPR ulang. Hal itu diulangi hingga dua kali dengan tingkat 200 joules. Hasilnya nihil. Jae Beom tiada.
Ji Won yang masih mencoba melakukan CPR didorong Dong Joo yang sudah nggak sabaran. Dong Joo terus melakukan CPR sambil berharap ayah angkatnya itu bisa kembali hidup. Di saat itu, Soo Wan datang melihatnya dan... waktu seolah berhenti. Dong Joo - Ji Won terdiam menatap kedatangan Soo Wan. Raut wajah mereka terlihat prihatin.
"Ayah..." kata Soo Wan.
Air mata Soo Wan baru tertumpah tatkala jari telunjuknya menyentuh pipi ayahnya. Sambil menangis tersedu-sedu, Soo Wan meminta ayahnya untuk bangun - sesuatu yang nggak mungkin dilakukan lagi. Ji Won pun pergi dari sana, meninggalkan semua orang yang masih kaku dan membisu.
Rupanya Ji Won pergi menemui ibunya, dan memberitakan tentang kematian mendadak Jae Beom. Ji Won memberitahu bahwa Jae Beom nggak meninggal karena sakitnya. Tapi karena hal lain. Ji Won yang makin merasa bersalah menyatakan bahwa dirinya dan ibunya telah membunuh orang lain lagi. Ji Won pun pergi. Sepeninggalnya Ji Won, mata Young Ji tampak berkaca-kaca - menahan segala rasa yang ada di dada.
Kabar tentang meninggalnya Jae Beom pun segera menyebar ke sanak keluarga, kerabat, teman-teman, handai taulan Soo Wan. Hampir semua tokoh yang ada di serial ini pergi ke tempat perkabungan. Termasuk Dong Joo - Hye Joo, Ji Won, Chief 119 dan anak buahnya, dan Young Ji sendiri.
Saat Chief menguatkan Soo Wan, hal itu justru mengingatkan Soo Wan saat pertama kali bekerja di 119 dan pulang ke rumah dengan seragam kerja. Jae Beom sempat bertanya mengapa Soo Wan mau bekerja di tempat yang berbahaya? Soo Wan menyahut jika itu karena pekerjaan yang bisa membawa manfaat untuk orang lain. Jae Beom memandang dengan bangga putri semata wayangnya itu. Kini, semua tinggal kenangan. Yang tersisa hanyalah foto diri Jae Beom yang dipandangi Soo Wan terus-menerus dengan penuh air mata.
Di ruangannya, selepas datang ke tempat perkabungan, Ji Won merenung sendirian. Dia dulu ingat bagaimana calon mertuanya itu mengatakan padanya, jika Ji Won adalah orang yang baik juga. Ji Won mengumam pada dirinya sendiri bahwa dia bukanlah orang baik sesuai sangkaan calon mertuanya. Ji Won merasa buruk... sangat buruk. Air mata Ji Won tumpah di pipi.
Setelah semua kenalan Soo Wan dan ayahnya bertandang, Young Ji menjadi orang dari karakter kita yang bertandang terakhir ke tempat perkabungan. Menatap foto Jae Beom, Young Ji mengatakan bahwa Jae Beom bukanlah dia yang telah gagal melindungi "rahasianya". Young Ji mengatakan pada dirinya sendiri akan melindungi rahasianya sampai akhir. "Lihat saja... lihat saja, Direktur Yoon!" gumam Young Ji.
Pasca berkunjung ke tempat perkabungan, Young Ji mendatangi apartemen putra tunggalnya. Di mana, di sana, sudah menunggu Ji Won dengan raut wajah yang penuh dengan pikiran. Akibat rasa bersalah yang dialaminya. Setelah ibunya duduk Ji Won bertanya, "Ibu, Direktur, sampai akhir hayatnya, masih merasa bertanggung jawab atas kematian Ibunya Dong Joo kan? Dia mungkin nggak tahu kebenarannya..."
Young Ji memotong perkataan Ji Won. Namun, Ji Won terlalu saja mengoceh. "Pasien itu, meskipun aku melihatnya tersenyum seperti tidak ada yang terjadi, apa Ibu tahu betapa sulitnya aku? Untuk memaafkan seorang pengecut sepertiku yang kabur meninggalkan orang yang terluka. Apa kau tahu betapa sulitnya? Jadi, apa ini semua yang kau lakukan untuk Kang Ji Woon-mu? Kau menghapus memori mengerikan itu... Apa kau tahu betapa sulitnya?"
Kata-kata yang dilontarkan Ji Won menyayat-nyayat hati Young Ji. Putra yang selama ini telah ditolong dan dididiknya dengan baik mengatakan hal yang paling menyakitkan. Young Ji nggak tahan lagi mendengarkannya. "Benar! Aku melakukannya demi dirimu. Meskipun aku bilang padamu kalau dia baik baik saja, kalau dia nggak terluka parah, kau tetap merasa tersiksa karena kau yang menabraknya. Kau orang semacam itu. Bagaimana aku bisa memberitahumu kalau orang yang kau tabrak itu sedang koma? Kalau dia akan mati? Haruskah aku bilang kalau dia meninggal? Bisa kau menghadapi itu? Kau nggak akan bisa jadi dokter, dan rasa bersalah akan tetap menghancurkanmu! Apa kau bilang... Seharusnya aku menyaksikan kejadian itu? Bahkan jika aku punya 12 kesempatan untuk menghidupkannya kembali saat itu, aku tetap akan melakukan hal yang sama. Aku tidak... Punya penyesalan apapun."
Ji Won nggak sanggup berkata apa-apa. Dia menatap ibunya dengan perasaan nggak percaya. Kata demi kata pun terlontar kembali dari mulut Young Ji, "Apa kau tahu berartinya dirimu bagiku? Apa kau tahu perjuanganku membesarkanmu? Semuanya akan baik dan bahagia. Itu yang kuingin kau dapatkan. Aku berusaha keras. Jadi, Kang Ji Woon, lebih dari siapapun di dunia, akan tetap jadi orang yang baik dan manis. Orang yang akan aku banggakan. Menjadi pria sejati yang kusayangi. Bagaimana? Bagaimana bisa aku mengacaukan semua ini?"
Dahi Ji Won berkerut. Dia nggak mengerti jalan pikiran ibunya dengan mengatakan semua omong kosong ini. Nggak ada jalan lain bagi Ji Won untuk meminta ibunya sadar dari kesalahan yang telah diperbuatnya - kesalahan yang telah mereka perbuat. "Ibu, kumohon. Kumohon, sadarlah. Lihatlah apa yang telah kita lakukan. Park Dong Joo, Soo Wan dan bahkan Ayah. Mereka semua. Semua menderita karenaku..." tukas Ji Won.
Young Ji tetap merasa benar atas apa yang dilakukannya. Yang salah, di mata Young Ji, adalah Jae Beom - orang yang telah mengaku membunuh Jung Hwa. "Kenapa itu salahmu? Kau hanya menabraknya. Ibu Park Dong Joo masih hidup. Direktur Yoon yang membunuhnya pasca operasi. Kau nggak membunuhnya. Direktur Yoon yang melakukannya," ucap Young Ji memperjelas maksudnya.
Namun bagi Ji Won, semua itu adalah kesalahannya - kesalahan mereka bersama. Ji Won mengancam ibunya akan mengaku kepada Soo Wan - Dong Joo tentang kebenaran ini. Setelah itu menyerahkan diri ke polisi.
Young Ji nggak mau Ji Won melakukan itu. Soalnya nggak berguna. Seandainya Ji Wo melakukannya pun nggak akan mengubah apapun. Toh, Jung Hwa dan Jae Beom tetap tiada, nggak bisa hidup kembali?
Pun demikian Ji Won nggak bergeming dan tetap akan melakukannya. Dia sudah beranjak.
Air mata Young Ji meleleh. "Apa kau tahu. Apa yang telah kulakukan untukmu? Seberapa jauh aku melakukannya? Bagaimana kau bisa melakukan ini?" Young Ji berkata sambil terisak. Ji Won melihat ibunya dengan tatapan heran - rahasia-apa-lagi-yang-disimpan-ibunya?
Min Soo juga datang ke tempat perkabungan ayah sahabatnya. Dia menyuruh Soo Wan untuk menangis. Seolah pikirannya nggak waras, Soo Wan tetap tenang dan berbicara bahwa sejak dulu dia selalu meminta kepada ayahnya. Sementara dia sendiri belum sempat memberikan apapun kepada ayahnya. Karena itu, setelah pemakaman ini, akan ada banyak hal yang Soo Wan mau lakukan untuk ayahnya. Min Soo pun berlalu dan keluar. Saat itu, dia melihat Dong Joo juga tengah tercenung sendirian di luar.
Setelah Min Soo meninggalkannya sendiri, Soo Wan memeluk foto ayahnya sambil berkata sendiri. "Ayah. Apa kau sudah bersama ibu? Kau sangat merindukannya. Apa kau senang sekarang? Kita kan berjanji untuk di penjara dan neraka, selalu tetap bersama. Bagaimana kau bisa meninggalkanku? Kau sangat egois. Tidak apa, Ayah. Kau harus melupakannya. Selama kau senang, itu sudah cukup bagiku. Itu sudah cukup," demikian ratapan Soo Wan sendirian.
Sementara itu, Dong Joo pulang ke rumahnya. Saat ke kamarnya, Dong Joo teringat dengan mp3 yang ada di kantong jaketnya. Dong Joo pun mengambil dan mendengarkannya. Suara Soo Wan yang mengatakan bahwa semua yang dikatakannya bohong belaka pun terdengar. Ya, apa yang dikatakan Soo Wan kala menyuruh Dong Joo untuk pergi menjauh adalah sebuah kebohongan. Faktanya, Soo Wan tetap merasa rapuh saat Dong Joo meninggalkannya. Suara Soo Wan sungguh menggetarkan hati Dong Joo. Sehingga Dong Joo nggak kuasa menahan air matanya lagi.
Keesokan harinya, Dong Joo pergi ke makam di mana Soo Wan juga ada di sana. Soo Wan berdiri di depan makam ayahnya, dan teringat bagaimana dirinya dulu sempat berujat nggak akan memaafkan ayahnya. Nggak berapa lama kemudian, Soo Wan pingsan. Dong Joo yang berdiri nggak jauh dari Soo Wan segera berlari menghampirinya. Kemudian membawanya ke rumah sakit.
Saat membuka matanya, Soo Wan merasa nggak bisa melihat. Seluruh matanya gelap. Dia merasa buta kembali. Untuk memastikannya, dokter menyuruh Soo Wan untuk melakukan serangkaian tes. Bahkan sampai diwawancarai segala untuk mengetahui penyebabnya. Dokter yang mewawancarai Soo Wan kemudian mengabarkan kepada Dong Joo bahwa dirinya nggak mendapatkan apa-apa. Karena itu, nggak bisa menemukan penyebab pastinya. Dugaan awalnya, setelah mengetahui riwayat pasien, Soo Wan mengalami gangguan konversi. "Trauma mental. Dalam hal ini, rasa bersalah yang dia miliki mempengaruhi pengelihatannya. Dia menghalangi kemampuannya untuk melihat," jelas sang dokter.
Dong Joo menanyakan bagaimana kemungkinan penyembuhannya dan berapa lama? Dokter tersebut mengatakan tentu saja Dong Joo lebih mengetahuinya. Meski begitu nggak ada yang pasti berapa lama proses pemulihannya. Soalnya apa yang dialami Soo Wan adalah gangguan psikologis. Jadi pengobatan psikologis jauh lebih baik.
Keadaan makin runyam, apa yang terjadi dengan mereka semua? Baca sambungannya di sinopsis drama Korea Angel Eyes episode 17 part 2.
0 komentar:
Post a Comment