Kamu bisa membaca sinopsis Secret Door episode 1 part 1 dulu sebelum melanjutkan.
Sinopsis Secret Door Episode 1
Raja Yeongjo hanya terkekeh ketika para menteri Norons memberitahunya keputusan Pangeran Sun mengizinkan percetakan dan distribusi buku. Karena tidak ada reaksi dari Raja Yeongjo, para menteri Norons mengadakan pertemuan lain, membahas tentang apa yang harus mereka lakukan terhadap titah Pangeran Sun.Para menteri Soron berkumpul untuk membicarakan tentang keputusan yang diambil Pangeran Sun. Jika hal tersebut terjadi, maka itu akan menyeret rekan-rekan Noron yang lain, khususnya mereka yang ikut dalam menaikkan Yeongjo menjadi raja. Meski begitu para menteri Soron ini tidak begitu peduli dengan apa yang akan terjadi pada para Noron. Mereka hanya melihat kesempatan untuk bisa naik dengan mendukung pangeran.
PM Kim menambahkan komentar tak menyenangkan kepada Park Mun Su tentang Pangeran Sun. Dia menyindir dengan merasa "khawatir" untuk keselamatannya, padahal sebaliknya dirinya yang berada dalam bahaya.
Pangeran Sun masih berada di atas angin ketika Park Mun Su mengunjunginya. Saat itu Mun Su menilai bahwa apa yang dimenangkan Pangeran Sun hanyalah tindakan, di ranah politik Pangeran Sun kalah. Pangeran mempertanyakan maksud kata-kata Mun Su. Dan Mun Sun menjawab bahwa Pangeran takkan bisa melegalkan distribusi buku. Sebab, dalam penilaian Mun Sun, politik bukan hanya tentang memenangkan sesuatu, melainkan juga tentang persuasi.
Pangeran Sun berpendapat bahwa pelegalan distribusi buku itu sederhana saja. Tapi Mun Su yang dihormati Sun sebagai gurunya menyatakan bahwa ada alasan pelarangan distribusi buku tersebut masih terus berlangsung dalam 400 tahun terakhir. Lagipula, jika Pangeran Sun ingin berhasil membuat hukum pelegalan distribusi buku, maka dia harus menjadi raja terlebih dulu. Dengan demikian, Sun takkan dinilai sebagai musuh kerajaan. Saat itu Sun mengatakan jika penilaiannya sebagai musuh merupakan tuduhan yang serius.
Di sinilah letak ketidakpahaman Park Mun Su menilai Pangeran Sun. Keputusannya membuat hukum pelegalan distribusi buku adalah lantaran dirinya adalah Pangeran-Bupati. Karena itu, dia harus ikut serta mengatur ranah politik secara serius. Dan Pangeran-Bupati ini ditunjuk sendiri oleh Raja Yeongjo. Dengan demikian, apa yang dilakukannya, semata-mata hanya ingin melaksanakan perintah Raja.
Raja Yeongjo menerima laporan bahwa putra mahkota mungkin telah bertindak melampaui batas. Tapi, orang yang melaporkan hal tersebut merasa diacuhkan Yeongjo yang terlihat santai dan malah membicarakan ikan yang berhasil dipancingnya. Ini membuatnya frustasi. Sebenarnya, biar bagaimana pun Yeongjo mendengarkan laporan tersebut. Bahkan, raut wajahnya memperlihatkan dia sedang serius. Masalahnya, apa yang dia pikirkan?
Di dalam kamarnya, sang Pangeran terlihat duduk sementara seorang seniman melukis dirinya. Awalnya kita akan mengira seperti, padahal sebaliknya. Yap, pangeran yang duduk ternyata Heung Bok, sedangkan seniman yang melukis adalah Pangeran Sun. Mereka berganti pakaian soalnya.
Pangeran mencoba fokus dengan pekerjaan lukisnya. Tapi sejurus kemudian dia melempar kuas ke samping. Tampaknya dia masih kesal dengan kata-kata Mun Sun tadi. Dia bertanya-tanya karena sama sekali tidak mengetahui bagaimana hal yang sederhana, membaca buku, bisa menjadi ancaman bagi ayahnya?
Heung Bok mengajak tukar pakaian kembali. Sun menahannya. Dia merasa cocok dengan pakaian tersebut. "Sepertinya aku memang ditakdirkan sebagai seniman," Sun mendesah. Heung Bok mengingat supaya Sun tidak mengatakan hal itu pada orang lain, soalnya nanti dikira tidak tahu terima kasih.
Pangeran Sun bertanya apa Heung Bok bercita-cita menjadi seniman terbaik di Joseon? Heung Bok menggeleng. Cita-citanya amatlah sederhana: tidak khawatir tentang biaya obat-obatan saat Ibunya sakit dan menikahkan adiknya dengan baik.
Istri Sun, Putri Hyegyeong tiba di luar tempat tinggal Pangeran Sun. Dia meradang begitu salah satu dayang memberitahunya untuk tidak mengganggu pangeran, karena dipesan seperti itu. Putri Hyegyeong meradang. Dia bertanya, "Apa kau menganggap aku ini seseorang yang mengganggu istirahat pangeran?
Putri Hyegyeong langsung menerabas masuk begitu saja. Begitu Pangeran Sun melihat istrinya masuk, Heung Bok segera menjatuhkan dirinya di lantai. Sun menyeringai, tapi terlihat tenang menghadapi protes istrinya tentang buku pinjaman. Sun menyadari bahwa itu tindakan tidak benar, ilegal malah, tapi dia menekankan bahwa buku pinjaman itu benar-benar memberinya penghiburan. Heung Bok buru-buru pergi.
Sun kemudian menginformasikan kepada Hyegyeong bahwa masuk ke kamarnya tanpa izin merupakan tindakan ilegal. Namun Hyegyeong punya pendapat sendiri, yang merasa menghentikan kejahatan jauh lebih penting ketimbang hanya meminta izin Sun untuk masuk kamar. Dia menilai membaca buku-buku ilegal tersebut bisa membuat masalah dengan negara mereka. Hyegyeong terlihat kaku dengan prinsip dan kebenaran
Sun bertepuk tangan dan mengucapkan selamat atas kecerdasan politik istrinya. Dia menuding bahwa istrinya pasti sedang dijadikan informan untuk melaporkan tiap tindakan yang sedang dirinya lakukan? Hyegyeong menantang pernyataan suaminya, "Apakah suatu kejahatan bagiku mengetahui apa-apa saja kegiatan suamiku sendiri?" Sun marah, dan mendekati wajah istrinya, "Kau tertarik padaku atau pada jubah pangeranku?" Pertanyaan itu membuat Hyegyeong gemetar. Dia pun akhirnya pergi tanpa kata-kata.
PM Kim bertemu dengan seorang pejabat tinggi lainnya (Ayah Putri Mahkota Hyegyeong) dan bereaksi begitu dilaporkan tentang seorang seniman bernama Shin Heung Bok yang telah mendengar percakapan mereka. Sepertinya ini mengacu pada adegan awal saat seorang seniman mendengar pembicaraan dan menemukan dokumen perjanjian yang sebelumnya mereka lakukan. Hal ini, tentu saja, menjadi pemberitaan yang mengkhawatirkan.
PM Kim tiba-tiba meninggalkan kantor tanpa pemberitahuan dan memberitahu kroninya itu bahwa para Norons memang punya kekuatan untuk memposisikan raja di singgasananya, dan juga bisa melakukan sebaliknya.
Pada sore hari, ketika Yeongjo disuguhkan obat-obatannya sehari-hari, dia tahu kalau PM tiba-tiba mohon diri. Para menteri meminta Yeongjo untuk meminum obatnya, dan Yeongjo memainkan mereka sebelum akhirnya mengambil mangkuk.
Tidak diketahui secara pasti apa yang mereka lakukan terhadap obat yang akan diminum Yeongjo, yang jelas Yeongjo mencurigainya. Ketika mau meminum obatnya, Yeongjo menghampiri seorang kasim baru dan berbicara padanya menanyakan nama dan usia. Si kasim memberikan namanya, tapi tidak usianya. Dia justru mempertanyakan kenapa Yeongjo mau tahu usianya. Yeongjo kemudian menyuruh kasim muda itu minum obat. Jelas si kasim menolaknya. Karena dia tahu ada apa-apanya obat tersebut. Yeongjo akhirnya yakin ada sesuatu di dalam obatnya.
Yeongjo melempar obat ke muka menterinya dan mengeluarkan kata-kata yang cukup keras kepada menterinya bahwa dirinya sepertinya tidak lagi dihormati. Menteri meminta Yeongjo tenang. Pasalnya ada petugas mencatat yang akan mencatat setiap detail kejadian. Yeongjo murka. Dia bertanya apa dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi raja? Bila iya, maka dirinya bisa melepaskan takhta. Yeongjo melemparkan mangkuknya ke udara.
Bersambung ke sinopsis drama Korea Secret Door episode 1 part 3.
0 komentar:
Post a Comment